Sebelum baca vote dulu yaaa
Bila ada kesalahan dalam penulisan boleh tandai dikolom komentar
↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞
Lumia dibuat pusing dengan Papa dan Mamanya yang tak berhenti memberikan arahan ini itu. Ini karena wabah sialan yang entah kenapa bisa menyebar, wabah yang mengingatkannya pada iblis Ericsson.
"Lumia ada dua keluarga yang berada dikastil kita nantinya, itu adalah—"
"Mama aku satu kastil dengan kedua kakak ku saja sudah membuat ku harus memutar otak agar bisa bertahan hidup! Lalu kau menambah beban ku seenaknya!"gerutu Lumia tak terima.
"Tidak ada penolakan! Kau harus bisa memperlakukan mereka dengan baik terutama pada Christian," ujar Marchioness Thifanny tak mau dibantah, membuat Lumia berdecak kesal.
Marchioness Thifanny menatap dua putrinya yang lain. "Mama ingin kalian kompak dan menjaga satu sama lain! Jangan sampai ada laporan bahwa salah satu dari kalian ada yang terluka, mengerti?!" tegas Marchioness.
Rosesa dan Ilene hanya mengangguk, mata Rosesa sesekali mencuri pandang pada adik keduanya yang kini tengah menggerutu sebal. Lumia.
Marquess berjalan dengan tergesah gesah. "Ini gawat putra Mahkota dan tunangan juga akan ikut mengungsi ke dalam kastil kita!" Luzian nampak panik.
"Astaga bagaimana ini?!" Marchioness Thifanny ikut panik dan malah mondar mandir dihadapan Lumia sambil menggigit kuku dengan gelisah.
Wajah Lumia menggelap setelah mendengar hal tersebut. "Ini bencana!" Lumia menampilkan wajah bergidik ngeri.
Marchioness Thifanny mengangguk mengiyakan. "Benar, bagaimana jika ketiga putri kita tidak bisa melayani putra mahkota dengan baik!"
Lumia menoleh cepat, bung, bukan itu maksudnya. "Mama sudah gila! Untuk apa memperlakukan bajingan itu dengan baik, ini bencana, aku takut khilaf dan membunuhnya ditengah malam lantaran kesal!"ujar Lumia dengan berapi-api.
"Apa yang kau katakan?! Jangan meracau tidak jelas Lumia!" tegur Marquess Luzian dengan tegas.
Ok-e Lumia hampir lupa bahwa yang ia bicarakan ini adalah putra mahkota.
Marquess Luzian mendesah gelisah. "Cepat kalian bersiap! Kalian tidak punya banyak waktu, kalian akan sampai dalam 3 hari untuk sampai ke kastil tersebut dan menyiapkan tempat juga untuk anak bangsawan lainnya juga." Jelas sang Marquess.
Rosesa menatap Marquess dengan cemas. "Bagaimana dengan Papa dan Mama? Kenapa kalian tidak ikut?" tanyanya dengan gugup.
Marquess menatap putri pertamanya, ia mengusap surai semerah kelopak mawar sang putri yang mirip dengan nya itu. "Kami akan baik-baik saja, kau jaga adik-adikmu dengan baik ya Rosesa. Papa percaya pada mu," mendengar itu membuat hati Rosesa berdenyut nyeri.
Orang tuanya tidak pernah pilih kasih, mereka hanya menempatkan porsi perhatian yang sepantasnya dan tepat. Karena mungkin sejak awal, disini dirinya lah yang kurang bisa untuk bersikap dewasa.
"Papa dan Mama menyayangi kalian semua setara, Papa tidak ingin kejadian yang menimpa Lumia terulang kembali. Ini kesempatan terakhir mu Rosesa, jadi jaga dengan baik!"
Lumia yang berada disana mendelik melihat drama haru keluarga harmonis dihadapannya. Meski tidak dipungkiri baik Marquess maupun Marchioness adalah orang yang manis dalam memperlakukan anak-anak nya.
"Baiklah, untuk persediaan makan dan pangan bagaimana Papa? Kita butuh kepastian, jadi berhenti melakukan peran sebagai Papa yang begitu manis disituasi sekarang," sarkas Lumia tak tanggung tanggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Back for Happiness
FantasyI'm Back for Happiness. Kebahagiaan tidak datang saat dirinya menjadi anak dari seorang Duke, dirinya belum merasakan kebahagiaan seutuhnya saat menjadi seorang Madeline Alexsandra Lawrence. Bahagia itu tidak datang, sekalipun penderitaan datang ter...