Chapter 0/21

6K 907 16
                                    

Sebelum baca vote dulu yaaa

Bila ada kesalahan dalam penulisan boleh tandai dikolom komentar

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞

Madeline gadis itu menikmati angin yang berhembus menerpa wajahnya. Tangan kekar yang tengah ia genggam terasa dingin membuat gadis itu tak rela melepaskan barang sedetik pun.

Carlos tertidur dipangkuannya, tangan pemuda itu ia genggam erat. Setetes air mata jatuh dari kelopak matanya, sementara yang lain membelai rambut lebat pemuda itu.

"Aku selalu berfikir, mungkin hanya aku yang sakit disini. Aku sangat egois ya Kak? Rasa sakit ini tidak seharusnya terbagi dengan orang yang aku sayang," ujar Lumia.

Lumia membelai pipi Carlos yang tirus, pemuda itu terlihat semaki kurus. Tatapan matanya sering sekali kosong, membuat hati Lumia teriris. Pemuda dalam pangkuannya benar-benar terlihat kehilangan arah.

"Aku hanya kesepian, aku terlalu takut untuk ditinggal sendiri sedangkan kalian bersama. Michelina tidak perlu berusaha untuk kalian sayang. Padahal tanpa aku sadari kebahagiaan yang sebenarnya tidak harus terletak dari sekedar perhatian." tuturnya melolong sendiri. Lumia mengangkat tangan Carlos dan mengecupnya.

"Selamat tidur, kakak tersayang." bisik Lumia pelan.

Gadis itu tak berhenti membelai rambut putih milik Carlos hingga dirinya sendiri ikut tertidur dengan posisi duduk menyandar pada kursi.

Saat gerakan lembut itu hilang mata Carlos terbuka secara perlahan.

Matanya menyorot teduh pada gadis didepannya. Satu tangannya yang lain masih di genggam erat. Aroma lavender menyeruk membuat jantung Carlos berdebar.

Rasa rindunya semakin besar, pikirannya bertanya-tanya mengapa gadis didepannya itu mengatakan semua hal itu. Itu benar. Ia tidak benar-benar tidur, Carlos mendengar semuanya.

Ia mendengar semua pengakuan Lumia. Pengakuan yang membuatnya merasa kembali punya tujuan untuk hidup. Harapan dihatinya menggebu.

"Aku berharap kalau adalah Delina, adik yang paling aku sayangi." gumam Carlos pelan, begitu lirih hingga hanya dirinya yang dapat mendengar.

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞

Marquess Luzian menatap dokumen dihadapannya dengan sorot khawatir, setelah menerima surat peringatan dari Kaisar Diolaronza hatinya resah. Kaisar memberi peringatan resmi, bahwa kekaisaran akan melakukan pengeboman besar-besaran untuk meredam masalah yang terjadi.

"Kaisar gila itu! Dimana pikirannya, bagaimana dengan nyawa ribuan rakyat." Marquess Luzian segera menulis surat permohonan untuk mempertimbangkan rencana yang sudah dicetuskan oleh sang kaisar.

"Papa ..." Rosesa menyodorkan kopi, gadis itu juga datang dengan Ilene yang membawa beberapa cemilan.

Marquess menoleh sebentar. "Terimakasih Rosesa, tolong taruh dimeja sana saja. Papa sedang memeriksa dokumen penting."ujar sang Marquess kembali menuduk sibuk dengan dokumen didepannya.

Rosesa mengangguk, gadis itu menyimpan dengan baik cangkir kopi yang ia bawa. "Apa ada masalah yang serius? Papa terlihat sangat khawatir."tanya Rosesa, penasaran.

Marquess Luzian terdiam.

"Ada masalah serius, kau mau membantu Papa?" tanya Marquess dengan serius, pertanyaan itu menciptakan keheningan.

Marquess menjelaskan rencana gilanya setelah mendapatkan anggukan mantap dari Rosesa. Gadis itu juga ingin mengambil peran besar untuk menebus rasa bersalah dimasa lalu. Saat sang Papa mendapatkan tuduhan penggelapan uang dan dia hanya diam.

Rosesa tidak ingin menjadi putri yang hanya sebatas putri. Dia ingin menjadi kebanggaan, seperti adiknya, Lumia. Yang bisa mendatangkan kebahagiaan untuk orang lain.

Ilene mengangkat alisnya. Tangan gadis itu terkepal "Papa, aku juga akan ikut membantu." ujarnya ikut menimbrung.

Marquess Luzian tersenyum, pria itu bangkit dan menghampiri kedua putrinya.

"Kalian semua harus saling menjaga dan membantu." tutur sang Marquess, Rosesa dan Ilene mendekat. Dua putri Marquess Luzian itu memeluk Papanya.

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞

Ilene dan Rosesa datang ketempat pelatihan, mereka tak lagi menggunakan gaun indah menjuntai. Baju ksatria dari baja melekat pada tubuh indah dua wanita cantik itu.

"Ksatria keluarga Tyrison! Berkumpul sekarang!" Suara Rosesa terdengar tegas. Seluruh ksatria milik keluarga Tyrison berkumpul sementara sisa ksatria dari pihak lain terlihat penasaran.

"Ksatria yang lain, tinggalkan tempat pelatihan sekarang!" Rosesa kembali mengintrupsi dengan aura yang dingin. Para ksatria maupun prajurit biasa tidak ada yang berani bertanya, mereka menurut patuh penuh hormat.

Saat semua sudah sesuai yang Rosesa intrupsikan. Rosesa mengeluarkan mana petir milik dirinya, sebuah cambuk hadir dalam genggaman gadis itu. Ada seringai mengerikan yang Rosesa lempar.

"Ku tanya sekali ini, ada yang ini berjuang sampai mati untuk keluarga Tyrison?!" Pertanyaan itu menggema, begitu mengintimidasi.

Ksatria Tyrison tidak goyah sedikit pun mereka pernah berada diposisi ini. Mereka pernah melihat dan merasakan bagaimana Rosesa berubah menjadi ksatria wanita yang kejam.

Ini artinya ada masalah serius dan nyawa mereka menjadi taruhannya.

"Kami siap mati, kami ksatria Tyrison tidak akan pernah berkhianat!" seruan itu begitu kompak membuat Rosesa tersenyum puas.

Gadis itu bersedekap dada. "Mulai hari ini pelatihan neraka dimulai!" ujarnya, dan para Ksatria mengambil sikap siap dan menjawab dengan kompak kembali.

"Semuanya akan berakhir baik, pasti." gumam Rosesa sambil menatap kagum pada deretan ksatria keluarganya.

↠↠↠↠↠↺↞↞↞↞↞
Mulai besok aku bakal update rutin lagi, terimakasih banyak yang masih stay dan menunggu cerita ini

Love you banyak banyak

Jangan lupa tinggalkan vote dan komentar terbaik kalian yaaaaaa

I'm Back for Happiness Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang