Prolog :

1K 121 0
                                    

Belasan tahun yang lalu...

"Kak ino!!!!" Sebuah suara yang Lino sudah hafal diluar otak membuat Lino mencebikkan bibirnya. Ya Tuhan, bisakah sekali saja ia tidak melihat anak bocah itu terus mengikutinya.

"Nama aku Axelino! Bukan Ino."

Tapi anak kecil yang usianya hanya berbeda dua tahun itu cuma bisa menyengir hingga matanya menyipit hampir tidak terlihat.

"Aku mau panggil kamu kak Ino!"

"Tapi nama aku Lino!"

Langit—nama bocah itu—tersenyum, "aku pernah denger bunda kamu panggilnya Ino."

"Itu karena bunda sayang sama aku! Jadi bunda boleh panggil aku Ino!"

Langit masih tersenyum, kemudian ia beranjak mendekati Lino dan mengecup bibir Lino. "Aku juga sayang kak Ino, itu artinya aku boleh panggil kamu Ino."

"CIYEEEEEE LANGIT CIUM BIBIR KAK LINO! Ciyeeee. Pacaran ya kalian..." suara itu berasal dari Ayen, adik Chris yang masih berusia lima tahun.

"Ayen kamu nggak boleh ngomong kayak gitu! Kamu masih kecil, tau darimana pacar pacaran?"

"Aku kemarin liat kak Shena cium pipi kak Chris, terus kata kak Shena kalo ciuman artinya pacaran kak Lino."

"Aku nggak pacaran sama alang-alang ini!"

Langit kembali mencium pipi Lino, hingga Lino mengerucutkan bibirnya. "JANGAN CIUM AKU SEMBARANGAN ALANG-ALANG."

"Katanya kalo ciuman berarti pacaran. Aku sayang kak Ino, kak Ino pacaran sama aku yuk?"

"BUNDAAAAA! HUWEEEE INO NGGAK MAU PACARAN SAMA LANGIT. HUHUHU. LANGIT CIUM PIPI SAMA BIBIR INO, BUNDAAAAAA!"

Dan baik Bunda Lino dan Mama Langit sama-sama keluar rumah, mendapati anak-anak mereka saling bertingkah seperti itu.

Kemudian senyum di kedua orangtua itu mengembang sempurna.

You are my first Love (2Min)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang