"Hiks... Hiks..."
.
.
Di suatu sore, tepatnya dibawah pohon yang rindang dan sejuk... terdengar suara isak tangis ---- tepatnya seorang gadis kecil yang menangis. Ia menangis bukan karena ingin melakukannya seperti yang biasanya di lakukan anak kecil lainnya saat ingin merayu orang tua mereka untuk memenuhi permintaan mereka. Di depan sang gadis kecil, sudah terbaring seorang anak kecil pula----seorang anak laki-laki yang terlihat babak belur dengan wajah sangat lemas yang tergambar dari kedua matanya yang tertutup seperti menahan sakit.
"Hiks... Hiks... ne ne... bangunlah! Aku mohon! Hiks" Ucap si gadis kecil yang sangat cemas, sambil menggoyang-goyangkan tubuh anak laki-laki yang terkapar itu. Semakin gadis kecil itu berteriak dan memohon, semakin banyak pula air mata yang ia keluarkan dari matanya. Butiran air mata itu, turun melintasi kedua pipi sang gadis kecil hingga akhirnya menetes dan membasahi wajah anak laki-laki.
Merasakan hangatnya air mata yang terjatuh di wajahnya. Sang anak laki-laki mulai mengeluarkan suara kecil yang bahkan tidak terdengar oleh sang gadis kecil.
"Ug... ugh..." Sambil tersenyum dan mencoba menggerakkan dan mengangkat tangan kanannya.
"Hiks... Bangunlah...! Maafkan aku...! Kalau bukan karena aku... semua ini... semua ini tidak akan..." tangis sang gadis kecil sambil menutup kedua matanya dengan tangan.
TAP!
"Eh?!" respon sang gadis kecil terkejut dan menghentikan tangisannya.
Tangan kanan sang anak laki-laki yang terkapar lemah itu mulai menyentuh bahu kirinya. Bahkan sang gadis kecil sangat merasakannya. Ia merasakan sentuhan tidak berdaya yang sangat lemah di bahu kirinya.
"Go... gomenasai..." Kata sang gadis kecil yang masih menutup kedua matanya dan tidak mau sang anak laki-laki melihat wajahnya karena rasa bersalahnya.
Namun tanpa disadari sang gadis kecil. Tangan kanan anak laki-laki itu memegang tangan kirinya dan menariknya perlahan dari matanya.
"Da... daijoubu" Kata anak laki-laki sambil berusaha tersenyum walau sedang lemah.
Sang gadis kecil yang mendengar suara dari anak laki-laki terkejut. Ia seperti membeku dalam kehampaan di dalam dirinya dan bahkan tidak bisa melakukan apa-apa untuk menolaknya.
". . . . ."
"Saa... Ayo pulang" Sambil menghapus air mata sang gadis kecil....
"... u-un!" Jawab gadis kecil itu yang terlihat gugup.
"Yukito... Akashina Yukito desu! Namae wa?" Tanya Yukito ke gadis kecil.
"Mi... Minami... Minami Sonozaki!" jawab si gadis gugup
"heee... yoroshiku ne..." jawab Yukito dengan lembut
"mulai sekarang kita akan menjadi teman" kata Yukito
"h-hai'!" jawab Minami
Beberapa saat kemudian yukito merogoh sesuatu dari kantongnya.
"ini..." sebuah gantungan handphone berbentuk boneka anak kucing.
"untuk mu..." kata yukito sambil memberikannya ke Minami.
"a-arigatou..." jawab Minami.
.
.
.
Tahun demi tahun terlewati, kini sang gadis kecil dan anak laki-laki itu sudah duduk dibangku bangku SMP kelas 2.
"kita sekelas lagi ya... heheh..." jawab Yukito
"ne ne.. bagaimana kalau ki- ITTAI!!! APA YANG KAU LAKUKAN!?!?!" teriak Yukito karena kedua telinganya di jewer Minami.
"heemmmm....sejak kapan kau memakai earing??" tanya Minami sambil menjewer telinga Yukito lebih kencang.
"ITTAI!!!! YAMETE KUDASAI!!! JEWERAN MU ITU SANGAT GANAS SEKALI!!! Teriak Yukito.
Akhirnya dengan santai Minami melepaskan jewerannya.
"hahaha... gomen..gomen.. tumben sekali kau memakai earing.. ada apa gerangan?" tanya Minami.
"betsuni... aku hanya mengikuti trend saja... hehe"
"baiklah kali ini aku serius" kata Yukito. "nanti malam akan ada festival musim panas. Kali ini aku akan mentraktirmu" kata Yukito lagi.
"hontou? Baiklah kalau begitu" jawab Minami dengan senang.
"jam 7 kujemput" ucap Yukito
"hai'!"
------ akhirnya rencana ku berjalan dengan mulus ------
Namun, janji itu terbengkelalai entah kenapa, hingga sang gadis beranjak SMA...
---CONTINUE---
KAMU SEDANG MEMBACA
Kokoro No Saikai
RomansaYukito dan Minami adalah seorang sahabat masa kecil yang terus ditakdirkan bersama. Mereka selalu berada di kelas yang sama, bahkan selalu bermain bersama-sama. Namun... Awal masuk tahun SMP. Yukito pergi menghilang begitu saja dengan meninggalkan j...