BAB VIII MENGGAPAI KEMULIAAN DARI TUHAN

19 2 0
                                    

        Waktu menjelang malam, bunda Nisa selesai menemani anak-anaknya mengerjakan tugas dari sekolah untuk esok hari. Jam dinding di ruang keluarga menunjukkan pukul 21.00. Kakek dan neneknya anak-anak masih asyik di ruang yang sama sambil nonton TV, walaupun keduanya terkantuk-kantuk. O ya, bunda dan anak-anaknya tinggal serumah dengan kakek dan nenek. Usia Kakek sekarang 76 taun dan nenek 73 taun. Kakek seorang pensiunan pegawai dari salah satu bank milik pemerintah.

    Anak-anak sudah terbiasa, tepat jam 21.00 masuk kamar untuk tidur. Hanya kaka Affan yang beda kamar sebelahan dengan kamarnya bunda dan ade Icha. Kamarnya kaka Affan berukuran 3m x 3m, ada spring bed berukuran kecil cukup untuk 1 orang, lemari pakaian, lemari excel buat nyimpen buku-buku & kertas-kertas. Ada juga Personal Computer, monitor, dan speaker aktif yang terpasang di meja belajar dan laptop peninggalan almarhum ayahnya. Ada space buat sholat di kamar cukup untuk 1 orang. Semua barang tertata rapi, tentunya sentuhan dari bunda Nisa yang menyukai kerapihan.

        Dan bunda pun mengajak ade Icha untuk pergi ke kamarnya berdua, berukuran 4m x 4m lebih besar dari kamarnya kaka Affan. Spring bed dan bed cover terpasang rapi dengan suasana kamar yang ngejreng dominan warna gold  kuning keemasan  di dinding kamarnya. Situasinya aja yang berbeda sepeninggal suaminya, karena hanya tidur dengan ade Icha saja. Kamar yang relatif besar itu seperti masuk ke kamar hotel bintang 5, di dalamnya ada kamar mandi dan toilet yang bikin betah (kalo saja boleh berlama-lama) di dalamnya.

          Sesekali ade Icha menanyakan tentang ayahnya. Dan jawaban dari bunda pun masih tetap bahwa Ayah sedang pergi jauh. Obrolan itu selalu dialihkan dengan murojaah hafalan Surat- Surat dalam Al-Quran yang diajarkan Teh Zahra, ustadzahnya di madrasah. Sementara, waktu terus berputar dan ade Icha pun sudah terlelap. Waktu menunjukkan pukul 22.00, dan bunda pun bergegas ke kamar sebelah melihat keadaan kaka Affan.

    Ternyata kaka Affan pun sudah terlelap, tapi PC masih nyala, terdengar lantunan murottal Surat Ar-Rohman keluar dari speaker aktif. Maa syaa Allooh, si kaka tidur ditemani dengan suara murottal Al-Quran dari MP3 Player. Segera bunda mendekati kaka Affan sambil mencium keningnya lalu membacakan Al-Faatihah, Ayat Kursi, lalu membacakan doa :

"Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami dari pasangan-pasangan Kami dan dari keturunan kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”

          Diciumnya kening kaka Affan untuk kali yang kedua, semoga ada dalam pengawasan malaikat dan mohon perlindungan dari Allooh Swt, sejak tidur hingga bangun kembali. Lalu bunda keluar dari kamar kaka Affan menuju kamarnya, dan melakukan hal yang sama kepada ade Icha sama seperti perlakuan terhadap kaka Affan. Ini adalah kebiasaan baik yang dilakukan oleh almarhum suaminya kepada anak-anak, begitupun kepada istrinya selama kurang lebih 15 tahun berumah tangga.

          Terjebaklah bunda cantik dalam kesendiriannya. Ada peran yang hilang yang biasa dilakukan oleh suaminya. Qodarullooh, bukankah kita harus beriman pada rukun iman yang ke-6 yakni qodlo dan qodar Allooh yang berlaku bagi kita masing-masing, yang baik atau yang buruk sekali pun ? Baik dan buruk ternyata hanya mindset / paradigma berfikir kita sebagai makhluq. Karena segala sesuatu yang Alloh tetapkan adalah baik, segala kebaikan bersumber pada Allooh, Al-Kholiqul Baari.  

       Ia mereview lagi kejadian- kejadian di siang hari, sejak kedatangan soulmate-nya   tante Anita  hingga pulang ke kantornya. Lalu, kedatangan Robby eh Ustadz Robby  yang datang atas request-nya sendiri untuk jemput si kaka di sekolahnya hingga tak sengaja order les ngaji pun sudah deal. Yaa Allooh, ini bukan sesuatu yang kebetulan, tapi semata atas kehendak-Mu. Engkaulah yang telah mengatur seisi alam ini dengan penataan yang sangat indah (gumamnya dalam hati).

        Ustadz Robby ? Wuidih nggak banget, bukan tipe gue kellleeeuuss (pikirnya dalam hati). Cara berpakaiannya simple, baju koko di dalem jas di luar badannya, sama celana panjang ngatung. Mungkin itu pakaian syari-nya ikhwan yah ? Ha ha ha  Obrolannya simple mungkin hidupnya juga simple, gak ada yang istimewa kalo tampak luar. Koq bisa ya jadi Ustadz atau Pak DKM kalo di lingkungan rumahnya ?

Ustadz Juga ManusiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang