BAB XVIII TASYAKURAN DI RUMAH BAPAK

15 2 0
                                    


          Rombongan keluarga Umie Siti beserta bunda Nisa sudah sampai ke rumah Bapak yang juga tempat tinggal bunda Nisa beserta anak-anaknya. Owh iyah, malahan bunda Nisa beserta anak-anaknya yang numpang di rumah orang tuanya Nisa, juga kakek-nenek bagi anak-anaknya Nisa.

         Semenjak almarhum suamiya sakit hingga meninggal, Nisa bersama anak-anaknya numpang di rumah orang tuanya. Rumah peninggalan suaminya untuk sementara kosong tak berpenghuni, pun tidak disewakan atau dijual. Sebuah rumah yang besar dan mewah di kawasan Batununggal Indah kota Bandung.

         Segeralah rombongan turun dari mobil CR-V hitam, mulai dari bunda Nisa, Umie Siti beserta ketiga anaknya juga 3 nasi tumpeng yang masing- masing bisa untuk 10 porsi. Lalu, diletakkan 3 nasi tumpeng itu di ruang tengah yang juga ruang keluarga, cukup untuk lesehan 50 orang dewasa melingkar. Sebelumnya, ibu-ibu yang biasa bantu usaha katering bunda Nisa berinsiatif untuk menggelar 6 gulungan permadani.

          Lalu cek kehadiran, mulai dari Ibu & Bapak 2 orang, lalu keluarga teh Rina 4 orang, keluarga bunda Nisa 3 orang, keluarga Umie Siti 5 orang, Uwak putra dan Uwak putri dari pihak Ibu 2 orang, Paman dan Bibi dari pihak Bapak 2 orang, mang Asep tukang kebun 1 orang, mang Tatang supir keluarga 1 orang, ibu-ibu komplek 8 orang, hadir pula Pak DKM juga Pak RT setempat. Pas 30 orang tepat sesuai dengan 3 nasi tumpeng yang sudah dipersiapkan Umie Siti.

        Beberapa menit lagi waktunya adzan Maghrib, sehingga semua yang hadir dipersilahkan untuk berwudlu. Ada 4 toilet yang bisa digunakan, 2 di lantai 1 dan 2 di lantai 2, 1 lagi di ruang cuci pakaian yang ada mesin cucinya, ruang yang terbuka bisa menatap langit di sini.

       Setelah semua selesai berwudlu, dan ada beberapa ibu-ibu yang tidak sholat karena halangan, semua mengambil posisi berdiri 2 shaf untuk laki-laki dan 1 shaf buat perempuan. Pak DKM bertindak sebagai imam dalam sholat magrib berjamaah itu. Adapun Ustadz Robby yang mengumandangkan Iqomah.

        Sebaik-baik imam dalam sholat berjamaah di rumah adalah laki-laki dewasa yang bertindak sebagai tuan rumah, paling fasih bacaannya, paling faqih dalam pemahaman agamanya. Tentunya Bapak yang dalam keadaan udzur segera mempersilahkan kepada Pak DKM untuk mengimami sholat.

           Selama pelaksanaan sholat Maghrib berjamaah, Alhamdulillah sah dan lancar secara syarat dan rukun. Setelah itu imam memandu jamaah untuk membaca istighfar 3x setelah salam, lalu membaca tasbih, tahmid, takbir, dan tahlil masing-masing sebanyak 33x, lalu membaca sholawat dan doa untuk kebaikan semua, ditutup dengan membaca surah Al-Faatihah untuk keberkahan semua.

         Dan acara tasyakuran pun sudah siap dilaksanakan setelah selesai sholat magrib berjamaah. Sekitar 30 orang sudah duduk dalam posisi melingkar, Ustadz Robby membaca pesan di WhatsApp dari bunda Nisa tentang rundown acara.

         Dan isi rundown acara tersebut adalah : Pembukaan oleh Pak DKM yang bertindak sebagai MC dari jam 18.15 - 18.20, Sambutan dari Shohibul Bayt oleh Bapak dari jam 18.20 - 18.30, Tawshiyah dan Doa oleh Ustadz Robby dari jam 18.30 - 18.50, Penutup oleh MC dari jam 18.50 - 19.00, dan ramah tamah atau makan-makan dari jam 19.00 - selesai.

           Secara materi tawshiyah dari Ustadz Robby cukup singkat, padat, dan Jelas. Berhubungan dengan keseharian kita antara Iman dan Taqdir, shabar serta syukur. Umat Islam dalam menyikapi keimanan harus disertai dengan penerimaan dan pengakuan.

         Ini pun berhubungan dengan sikap terhadap taqdir baik dan buruk yang menimpa setiap orang, harus disertai dengan pengakuan dan penerimaan dari setiap individu terlebih dahulu. Bahwa Allooh-lah yang mempunyai skenario terhadap kehidupan setiap orang, adapun kita sebagai makhluk hanya bisa mengakui dan menerima saja. Segala sesuatu yang datang dari Allooh untuk kehidupan ini akan berdampak baik bagi siapa saja yang bisa mengambil pelajaran dan hikmahnya, dan di tangan Allooh-lah berkumpul semua kebaikan.

          Perkara shabar dan syukur adalah 2 tools yang saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Shabar ketika tertimpa mushibah dan syukur ketika mendapat nikmat. Bahkan para Nabi dan Rosul terdahulu, bisa membalikkan 2 keadaan ini seperti apa yang terjadi pada Nabi Sulaiman as ketika bershabar dalam kesuksesan, juga apa yang terjadi pada Nabi Ayyub as ketika bersyukur atas sakit yang menimpanya. Sehingga shabar dan syukur adalah satu paket yang tidak terpisahkan dalam menyikapi mushibah ataupun nikmat yang Allooh berikan.

         Selesai tawshiyah, Ustadz Robby memimpin doa mohon ampunan kepada Allooh swt atas dosa-dosa yang telah diperbuat yang disengaja atau tidak disengaja oleh diri sendiri, keluarga, muslimin dan muslimat, yang masih hidup atau sudah meninggal. Mohon doa kepada Allooh swt untuk keselamatan dalam beragama, kesehatan badan, bertambahnya ilmu, berkahnya rejeki, kesempatan bertaubat sebelum kematian, rahmat selama proses kematian, dan ampunan setelah kematian, juga minta dipercepat dalam proses sakaratul maut, dan dijauhkan dari neraka, dan ampunan selama hisab kelak di hari akhirat. Ini doa berlaku khususnya buat yang hadir, juga umumnya muslimin dan muslimat seluruh dunia.

         Alhamdulillah, acara tasyakur binni'mah berlangsung khidmat dan khusyu' dari semenjak pembukaan hingga penutupan. Ada rasa haru bercampur bahagia, khususnya bagi Bapak yang baru pulang dari rumah sakit melihat keadaan keluarganya, dari hari ke hari makin membaik.

        Bagi yang hadir dari pihak keluarga juga tetangga yang dekat sangat berempati dengan keadaan Bapak juga bunda Nisa yang beberapa bulan lalu ditinggal suaminya.

        Kehadiran keluarga Ustadz Robby juga Umie Siti membawa hangat suasana di rumah itu, karena anak-anak mereka langsung akrab secara alami. Masing-masing pegang gadget, dan memperlihatkan aplikasi-aplikasi juga media sosial di handphone-nya.

          Bunda Nisa serasa punya tandem dengan Umie Siti dalam hal masak-memasak juga asyik diajak ngobrol sebagai temen curhat. Karena dunia mereka adalah dunia ibu-ibu yang sedang membesarkan anak-anaknya. Walaupun secara usia, Umie Siti lebih muda lima tahun dibandingkan dengan usianya menjelang 43 tahun.












Ustadz Juga ManusiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang