Hari natal telah usai, semua orang kembali melakukan akifitas masing-masing termasuk Aiden, lelaki itu kembali menyapa tugas-tugas kuliahnya yang menumpuk. Aiden mengela nafasnya, merasa lelah dengan tugas kedokterannya ditambah tugas dari perusahaan Ayahnya. Ya dia di berikan amanah untuk membantu perusahaan ayahnya.
Tangannya mengambil ponselnya dan segera menghubungi Moreo.
"Halo Den?"
"Masih dirumah Mama?"
"Masih, tapi bentar lagi pulang. Kenapa?"
"Jangan kesorean pulangnya, kayanya bentar lagi hujan. Aku juga punya kejutan buat kamu." Aiden memperhatikan awan dari kaca besar kantornya.
"Iya sih, keliatan mendung. Nunggu Mama bungkusin dulu kue, abis itu aku pulang. Kejutan apa?" Tanya Moreo senang di sebrang telepon.
"Rahasia hehe, aku juga mau pulang nih. Pekerjaan kantor udah beres tinggal di tanda tangan besok pagi."
"Yaudah, hati-hati sayang."
"Iya sayang, kamu juga."
Aiden menjauhkan ponselnya, kepalanya terasa pening dia segera membuka lacinya dan mencari obat namun lagi-lagi tubuhnya terasa lemas dan Aiden telah hilang kesadaran.
Lambat laun bola mata hitam itu terbuka, menampilkan kilatan mata yang tajam. "Sial, udah berapa hari gue ga keluar?" Aiden beranjak dari kursinya dan melangkah menuju kaca besar itu. Menatap pantulan dirinya.
"Ga semudah itu nyingkirin kembaran lo Den, seberusaha lo nahan jiwa gue, gue tetep keluar. Jangan serakah, lo harus berbagi tubuh." Aiden atau lebih tepatnya Alden tersenyum mengerikan, dia sudah menunggu dimana Aiden akan kelelahan. Seperti sekarang, Aiden sibuk sampai lupa meminum obatnya dan akhirnya kelelahan.
"Moreo?"
"Sial, kenapa harus selalu berhubungan sama cowok lemah kaya si Moreo." Gumamnya dengan cepat mengambil kunci mobilnya.
Tidak membutuhkan waktu lama, Aiden sampai di hotelnya. Menunggu Moreo untuk dia siksa, membuka gespernya, menyiapkan kursi dan beberapa tali lainnya.
Moreo membuka kamar hotelnya dengan riang, dan menutupnya kembali. Tangannya membawa bingkisan untuk Aiden, keningnya berkerut melihat hotelnya yang begitu sepi.
"Den?" Panggil Moreo dengan menaruh bingkisannya.
"Halo Moreo."
Moreo tersentak ketika melihat Aiden yang bangkit dari duduknya. Suara Aiden pun kini telah berubah.
"Kenapa telat?"
Moreo menelan salivanya dengan gugup, tubuhnya mundur beberapa langkah ketika Aiden menghampirinnya dengan tatapan yang sangat mengerikan.
"K—kamu ga bilang kalo aku harus dateng tepat waktu."
"Itukan Aiden." Aiden berdiri tepat di hadapan Moreo, jemari besarnya mencengkram kuat dagu Moreo.
"Udah lama kita ga ketemu yakan?" Aiden mendekati wajahnya dan berbisik tajam.
"Kangen ga?"
Tubuh Moreo bergetar, dia mencoba menahan bahu Aiden "D—den?"
"Alden."
"Alden, kamu ga suka aku kan? Aku bukan selera kamu, k—kamu bisa cari yang lain walaupun kamu—" Moreo tidak sanggup untuk melanjutkan kata-katanya.
"Walaupun?!"
"Walaupun kamu pake tubuh Aiden." Lirihnya.
Aiden mematapnya dengan pura-pura tersentuh. "Kasian banget kisah kalian harus tersiksa."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐎𝐕𝐄 𝐀𝐌𝐈𝐃𝐒𝐓 𝐂𝐇𝐀𝐎𝐒 (SELESAI)
Teen Fiction[𝐁𝐑𝐎𝐌𝐀𝐍𝐂𝐄 𝐒𝐄𝐀𝐒𝐎𝐍 𝟐] ╔═════════════════╗ 𝗗𝗮𝗿𝗶 𝗯𝗿𝗼𝗺𝗮𝗻𝗰𝗲 𝗷𝗮𝗱𝗶 𝗽𝗮𝗰𝗮𝗿 𝗱𝗮𝗻 𝗯𝗲𝗿𝘂𝗷𝘂𝗻𝗴 𝗯𝗲𝗹𝗮𝗵𝗮𝗻 𝗷𝗶𝘄𝗮, 𝗻𝗮𝗺𝘂𝗻 𝗮𝗽𝗮𝗸𝗮𝗵 𝗸𝗮𝘁𝗮 𝗰𝗶𝗻𝘁𝗮 𝗮𝗸𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗹𝗮𝗹𝘂 𝘁𝗲𝗿𝘁𝗮𝗻𝗮𝗺 𝗱𝗶 𝗵𝗮𝘁𝗶 𝗺...