Megan tersentak, dia membulatkan matanya dengan lebar.
"Tunangan?!" Ujar Megan dan Cristie berbarengan.
Kedua orangtua itu melihat anaknya dengan heran "Iya, sesuai permintaan kamu." Ayah Megan tersenyum kearah Cristie.
"Saya ga mau." Ujar Megan datar.
Ayah Cristie tersentak "Maksud kamu?"
Megan menatap tajam kearah lelaki itu "Saya ga mau tunangan sama anak Om."
"Megan!" Tegur Ayah Megan dengan penekanan.
Ayah Cristie mendengus pelan "Tapi kenapa? Bukannya kalian saling suka—"
"Saya ga pernah suka sama Cristie."
Cristie menelan salivanya dengan rasa sakit yang menyarang di hatinya. Pengakuan Megan yang begitu terang-terangan membuat hatinya hancur. Tangannya mengepal erat.
Ayah Cristie menatap Ayah Megan dengan bingung "Maksudnya apa? Bisa lo jelasin? Kok jawabannya ga ngenakin gini?" Tanyanya dengan suara yang mulai marah.
Ayah Megan mencoba menenangkan "Mungkin terlalu kaget, Megan mau kok tunangan sama Cristie—"
"Ga." Megan segera meninggalkan mansion keluarga Cristie dengan tergesa-gesa. Ayahnya memanggil namanya berulang kali namun Megan tidak memperdulikannya.
Cristie menatap kepergian Megan dalam diam, kemudian dia segera memasuki rumahnya meninggalkan kedua orang tua itu yang masih bertanya-tanya dalam benaknya dengan perasaan yang marah.
***
Megan menghentikan mobilnya di perkarangan apartemennya. Nafasnya masih memburu, karena emosi. Wajahnya bengis menatap lurus, lalu dia memukul-mukul stirnya dengan kencang.
Megan menggeleng, dia tidak ingin bertunangan dengan Cristie. Dia harus mencari solusi untuk membatalkannya. Megan membuka pintu mobilnya lalu menutupnya kembali, kakinya segera melangkah menuju apartemennya, namun dia merasa bingung ketika pintunya terbuka lebar, wajahnya terlihat heran dan waspada. Tubuhnya siap untuk bertarung jika di dalam adalah seorang perampok.
"Siapa?" Tanya Megan dengan cepat ketika melihat seorang wanita yang memunggunginya.
Wanita itu membalikan wajahnya, dan betapa terkejutnya Megan melihat wanita paruh baya itu menatapnya dengan senyuman yang lembut.
"Ma—Mama?"
"Hai sayang." Ibu Megan melangkah menuju kearahnya lalu segera memeluk Megan dengan erat. Bibir Megan bergetar, menahan tangis yang meledak. Matanya memerah dan lambat laun air matanya terjun bebas.
"Mama." Lirih Megan, tangan besarnya melingkupi tubuh mungil sang Ibu. Memeluknya begitu erat.
Megan menangis, menyembunyikan wajahnya di bahu kecil sang Ibu. Wanita yang masih terlihat cantik nan muda itu pun ikut menangis. Tangannya mengelus-elus lembut punggung anaknya.
"Megan kangen Mama, kangen banget." Bisiknya dengan parau.
"Mama juga sayang, maafin Mama baru bisa ke Indonesia. Maafin Mama ninggalin kamu bertahun-tahun. Maafin Mama sayang." Sang Ibu menangkup kedua anak semata wayangnya, mengusap pipi Megan dengan lembut, menghapus air mata yang terus mengalir.
Megan tercekat, dia tidak tahu harus berbicara apalagi. Pikiranya dipenuhi oleh pertanyaan yang membuatnya bingung harus memulai dari mana. Hatinya bahagia namun sakit bersamaan. Air matanya terus mengalir setiap meneliti wajah ibunya.
"Mama." Paraunya. Megan masih tidak menyangka jika Ibunya sekarang ada di hadapannya.
Mama Megan mengelus lembut pipi tirus anaknya. "Kamu kenapa kurus begini?" Sang Ibu menangis dengan menyetuh bahu anak semata wayangnya, menepuknya dengan pelan. Meneliti tubuh Megan yang tinggi namun terlihat lebih kurus. Mengingat bertahun-tahun Megan hidup seorang diri, tanpa kasih sayang orangtua. Hanya bermodalkan uang transferan dari kedua orang tuanya. Tidak ada yang memperhatikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐎𝐕𝐄 𝐀𝐌𝐈𝐃𝐒𝐓 𝐂𝐇𝐀𝐎𝐒 (SELESAI)
Teen Fiction[𝐁𝐑𝐎𝐌𝐀𝐍𝐂𝐄 𝐒𝐄𝐀𝐒𝐎𝐍 𝟐] ╔═════════════════╗ 𝗗𝗮𝗿𝗶 𝗯𝗿𝗼𝗺𝗮𝗻𝗰𝗲 𝗷𝗮𝗱𝗶 𝗽𝗮𝗰𝗮𝗿 𝗱𝗮𝗻 𝗯𝗲𝗿𝘂𝗷𝘂𝗻𝗴 𝗯𝗲𝗹𝗮𝗵𝗮𝗻 𝗷𝗶𝘄𝗮, 𝗻𝗮𝗺𝘂𝗻 𝗮𝗽𝗮𝗸𝗮𝗵 𝗸𝗮𝘁𝗮 𝗰𝗶𝗻𝘁𝗮 𝗮𝗸𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗹𝗮𝗹𝘂 𝘁𝗲𝗿𝘁𝗮𝗻𝗮𝗺 𝗱𝗶 𝗵𝗮𝘁𝗶 𝗺...