Chapter 8

5 0 0
                                    


Hari ini Yoon Hee sadar satu hal, bahwa tempat tersunyi di sekolah adalah tangga darurat. Jika bisa Yoon Hee ingin pergi sejauh-jauhnya dari orang-orang sinting itu. Meski bukan salah mereka untuk membenci Yoon Hee setelah segalanya terungkap, sejak awal Yoon Hee sudah menyebalkan memang.

Hanya saja, lucu sekali melihat mereka berubah secepat itu. Mereka menahan diri, memperlakukan Yoon Hee seperti ratu saat pertama datang ke sekolah ini, namun saat tahu Yoon Hee hanyalah gadis miskin yang bersembunyi di balik wajah sombongnya, semua orang memperlakukannya seperti sampah.

Dasar palsu.

Tangga berdebu menjadi tempat kaki Yoon Hee menapak. Susu pisangnya hampir habis saat tak ada lagi anak tangga yang bisa ia pijak. Langkahnya bermuara pada sebuah pintu yang menghubungkannya pada lantai tertinggi di sekolah. Atap.

Syukurlah pintu itu terbuka seolah pernah ada orang lain yang melewatinya. Akan tetapi saat Yoon Hee sampai di sana, di atas atap yang lantainya penuh lumut hitam dan genangan sisa air hujan di beberapa tempat, Yoon Hee tak menemukan siapa-siapa.

Bagus, sendirian adalah hal yang paling dia inginkan sekarang.

Kotak susu pisangnya yang telah kosong Yoon Hee lempar ke sembarang. Tarikan panjang paru-parunya mengiringi gadis itu mendekati pagar beton dan bersandar di sana menghadap udara luas. Tak ada yang Yoon Hee pikirkan sekarang, hanya sibuk mengais oksigen demi mengisi dadanya yang jujur saja masih meradang, berharap udara bisa membuatnya sedikit lebih baik.

Seluruh dunia benar-benar sudah menentang Yoon Hee. Mengambil segalanya darinya dan membuatnya terlempar jauh dari kehidupan orang-orang. Berada di tempat ini sekarang bukan lagi karena ingin mencari ketenangan, melainkan Yoon Hee lebih terlihat seperti sedang sembunyi. Seperti seorang pengecut.

Meaw~

Yoon Hee yakin sejak tadi ia sendirian, dan sebuah suara di belakangnya membuatnya terkesiap. Rambut biru Yoon Hee mengibas mengenai matanya sendiri saat kepalanya menoleh cepat. Seperti suaranya, Yoon Hee menemukan makhluk kecil berbulu sedang berlari menuju bagian atap yang terhindar dari sinar matahari, tempat yang lebih teduh. Seolah kucing berwarna putih dengan corak oranye itu sedang mengejar sesuatu.

Binatang hanya mengejar sesuatu yang di sebut makanan. Dan bagian kecil hati Yoon Hee mulai penasaran, makanan apa yang bisa kucing itu dapatkan di atap lusuh ini. Bukankah mereka mirip? Tinggal di atap dan sendirian, Yoon Hee jadi ingin tahu bagaimana makhluk kecil itu bertahan hidup di dunia yang begitu tak adil ini.

Perasaan itulah yang membawa Yoon Hee mengikuti langkah mungil si kuncing menuju sudut lain di atap itu yang sebelumnya tak tertangkap matanya. Hanya untuk dibuat terkejut saat manik coklatnya bertemu dengan manik hitam besar yang melotot sama terkejutnya.

"Kau?"

"AH!!!"

Bedanya, selain terkejut manik hitam itu panik ketakutan. Persis seperti yang Yoon Hee lihat terakhir kali di lapangan basket saat melihat Bo Ra dan komplotannya.

Mata milik Ian, laki-laki tampan yang tengah memegang toples kecil berisi makanan kering untuk kucing. Gelagapan laki-laki itu menutup toplesnya, hampir menumpahkan isinya sambil menghindari kontak mata.

"Tsk! Tenanglah, aku tak tertarik padamu."

Gelagat Ian membuat Yoon Hee seolah gadis gatal yang ingin menggodanya, ia bukan Bo Ra.

"Lalu apa yang kau lakukan di sini?" Meski menyahut, Ian tetap menolak beradu pandang.

"Sama seperti kau, menjauh dari semua orang."

Sesaat gerakan laki-laki tinggi dengan tubuh penuh gumpalan otot itu terhenti, ujung matanya melirik Yoon Hee. Namun tak lebih dari dua detik, Ian berhenti menyahut dan memilih menjauh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CAMARADERIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang