64- Selamatkan Dia!

149K 13.8K 4.6K
                                    

Tap 🌟

Aduh gue takut nge-scroll lagi gimana dong?

Jangan lupa buat isi komentar di setiap chapter kalo enggak aku ngambek nih༎ຶ‿༎ຶ

Spam pake emot fav kalian!

Absen dulu dari kota mana aja yang baca!!

Bacanya jam berapa nih?

Tolong buat baca di situasi tenang, damai, tidak dalam keadaan emosi🙏

Part spesial untuk hari spesial..

Besok kita udah ketemu di Tahun yang baru. Semoga Tahun 2022 jadi tahun yang penuh kebahagiaan...

So, aku mau tau apa aja harapan kalian di tahun 2022?

•••

Mendengar suara Ambulans bersahutan dengan suara histeris dari orang-orang di sekitarnya membuat kepalan Alan semakin pening.

Pikirannya seolah blank. Dadanya sangat sesak melihat banyaknya darah di sekujur tubuh gadis itu.

Alan memandang perawat-perawat itu menerobos masuk ke dalam lingkaran yang dibuat orang-orang sekitar Alan dan mengangkat Olivia di brankar yang telah disediakan.

Alan dengan rasa setengah hati melepaskan tangannya dari tangan berlumuran darah gadis itu. Dengan susah payah ia berdiri mengikuti perawat itu.

"S-saya ikut," ujarnya bergetar. Perawat itu mengangguk singkat lalu membiarkan Alan masuk ke dalam Ambulans.

Dua perawat itu bergerak cepat mengendarai Ambulance dengan suara yang membuat telinga orang-orang berdenyut.

Alan memandang Olivia dari atas hingga ujung kaki.

Banyaknya darah di sekujur gadis itu membuat kepala Alan runtuh mengenai wajah gadis itu.

"S-sakit, sayang....sakit," lirihnya nyaris tak terdengar.

Ia merasakan air matanya lolos tanpa izin. Tangannya terulur mengelus pipi gadis itu dengan sayang.

"Kenapa lo? Bukan gue? ujarnya sendiri dengan suara tercekat.

Nafasnya memburu, air matanya terus lolos tanpa sadar.

Alan mencium lama tangan gadis itu yang berada di atas perut.

"I will always wait for you to heal, baby," gumamnya.

Deg

Jantung Alan berpacu lebih cepat dari biasanya. Tangannya yang menggenggam tangan gadis itu gemetaran. Dengan refleks kepalanya terangkat dari bibir yang mencium tangan gadis itu.

Bukan ini bukan halusinasi, tapi ia merasakan tendangan kecil di tangan gadisnya dan berlalu di tangannya. Ia sangat sadar 100% ini bukan akal-akalan. Namun, tendangan dari mana pertanyaannya?

"I don't know whose kick it was, I wish you all the best," bisik Alan mencium kembali tangan gadis itu.

Lalu beralih mencium lama kening Olivia seraya mengucapkan, "I will not let you like this, I will always try, you must always be by my side like you promised yesterday. I will never be sincere if you are sick. You are mine, always"

Entahlah, setelah mengatakan hal itu jantungnya berdegup kencang dengan hati yang terasa sesak.

Cup

Cup

Cup

Kecupan demi kecupan ia layangkan mulai dari leher, rahang, dan yang terakhir untuk paling lama dari sebelumnya di bibir manis gadis itu.

ALAVIA (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang