Sore itu Song Hwa bertanya pada Yoon Se Ri apakah dia baik-baik saja, membuat Yoon Se Ri sadar bahwa ia harus kembali bertingkah wajar. Minggu lalu Hana juga sudah bertanya masalah apa yang sedang dihadapi Yoon Se Ri.
"Ya, tentu sa..." jawabannya terputus saat melihat kedua sepupunya Song Hwa dan Hana menatapnya cemas.
Tiba-tiba ia tidak bisa berbohong lagi. "Yah, sebetulnya tidak," Yoon Se Ri mengaku,"Ada apa? Ceritakan pada kami. Kami akan membantu mu." Tanya Hana.
Yoon Se Ri menggeleng pelan. "Kalian tidak bisa membantuku." Namun tatapan mendesak dari kedua sepupunya membuat ia akhirnya mengaku, "Aku sudah melakukan hal yang sangat bodoh... jatuh cinta pada seorang lelaki. Dia selalu ada di pikiranku, membuatku tidak bisa memikirkan hal lain lagi."
"Oh, Se Ria!" desah Hana.
"Lalu bagaimana perasaan lelaki itu?" tanya Song Hwa yang bersifat paling praktis di antara ketiganya
"Sepertinya dia tidak mau tahu," jawab Yoon Se Ri.
"Apa? Aku tidak percaya!" seru Hana. "Siapa pun yang mengenalmu pasti mencintaimu," tambahnya. Lalu mereka tertawa.
"Katakan saja padanya," sahut Yoon Se Ri disela tawanya.
"Goo Seo Jin?" tanya Song Hwa.
Tawa Yoon Se Ri berhenti, dan menatap Song Hwa. "Bagaimana kau bisa tahu?" tanya Yoon Se Ri kagum.
"Kau kelihatan agak lain sehabis mengantarnya," jawab Song Hwa.
"Oh, ya? Well, rasanya aku takkan pernah mengantarnya lagi," kata Yoon Se Ri. Masih melekat dalam ingatannya Waktu itu Seo Jin menyetir sampai rumahnya. Lalu, seolah ciuman mesra dan memabukkan itu tidak pernah terjadi, dengan kasar dia menyuruh Yoon Se Ri mengembalikan Jaguar itu ke kantor.
"Kau ingin membicarakan hal ini?" tanya Hana, menyadarkan Yoon Se Ri dari lamunannya.
Yoon Se Ri menggeleng, dan ia makin menyayangi sepupu-sepupunya karena mereka tidak ikut campur tapi justru memberitahu bahwa mereka akan selalu mendampinginya, kapan pun dan di mana pun juga.
"Bagaimana kalau kita ke sesion malam ini?" Usul Song Hwa.
"Ide bagus Song Hwaya, kita juga sudah lama tidak keluar bersama."
"Kalian saja, aku sedang tidak berminat." Yoon Se Ri menolak. Ia ingin menyendiri saat ini.
"Hey, ini malam minggu. Kau harus menikmati hidupmu. Jangan biarkan masalah lelaki membuatmu murung sehingga tidak keluar rumah." Hana menyemangati.
Yoon Se Ri terlihat menimbang-nimbang perkataan Hana. Benar, ia harus keluar dan mencoba mengenyahkan Seo Jin dan pikirannya. Tapi bagaimana caranya?
Tadi pagi, saat di Daegu mariot hotel, setelah melesat keluar dari kamar mandi, Yoon Se Ri bergegas berpakaian, merias wajahnya sedikit, dan menyisir rambut. Pemandangan di luar jendela menunjukkan cuaca tidak seburuk kemarin, meskipun sebenarnya ia berharap cuacanya lebih baik. Yoon Se Ri memutuskan menunggu Seo Jin di lobi hotel.
Yoon Se Ri tidak perlu menunggu lama. Tadinya ia pikir dirinya akan sangat malu saat bertemu Seo Jin lagi setelah percintaan membara barusan. Tapi jelas kelihatan dari ekspresi Seo Jin yang dingin bahwa lelaki itu menyesali kejadian tersebut.
"Aku yang nyetir," kata Seo Jin. Nadanya wajar, dengan sedikit ketegasan yang seakan berkata jangan membantah.
Terserahlah, batin Yoon Se Ri marah. la membenci Seo Jin karena sanggup membuat emosinya naik turun. Bisa-bisanya ia tadi duduk di sana sambil merajut mimpi-mimpi indah bahwa Seo Jin akan mengajaknya bertemu di luar jam kerja supaya bisa lebih mengenal satu sama lain. Lupakan saja semua itu! Seo Jin memang tertarik padanya,
Yoon Se Ri tahu itu. Tapi haruskah Seo Jin membuatnya begitu jelas bahwa semua itu daya tarik fisik semata? Bahwa emosi pria itu tidak terpengaruh?
Bahwa sesungguhnya dia tidak ingin mengenal Yoon Se Ri lebih jauh?
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely driver (ketika Cinta bersemi di jalan)
FanfictionYoon Se Ri tidak bisa berhenti memikirkan Go Seo Jin, seorang direktur rewel juga angkuh yang berhasil menarik perhatiannya. Awalnya Yoon Se Ri tidak tahu apa yang dirasakannya sampai mereka mengalami kecelakaan yang nyaris fatal. Yoon Se Ri tidak p...