Jalan Pintas

277 21 14
                                    

Seakan ingin menebus cuaca yang dingin dan dan lembap kemarin, hari Minggu ini begitu cerah, matahari pun bersinar hangat. Yoon Se Ri bangun pagi- pagi, lalu mandi dan berpakaian.

Se Ri tidak tahu mereka akan pergi pukul berapa dan sadar mestinya tadi malam ia bertanya pada Seo Jin... Seo Jin? Sejak kapan ia memikirkan lelaki itu sebagai Seo Jin? Se Ri sedikit kaget karena nama itu terus menari-nari di benaknya, dan ia tahu ia harus betul-betul menjaga mulutnya. Lelaki itu pasti senang sekali jika ia bertanya, Seo Jin ssi, hari ini kita mau ke mana?

Yoon Se Ri tak bisa menahan senyum kala membayangkan ekspresi terhina di wajah Seo Jin. Tapi tak ada waktu untuk bersantai. Kalau pria itu ingin langsung pergi, kemungkinan besar ia tidak akan sempat sarapan.

Se Ri menyanggul rambutnya di puncak kepala karena merasa lebih nyaman dengan tatanan itu.

la tidak memakai tanda pengenalnya saat turun kebawah bawah untuk sarapan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

la tidak memakai tanda pengenalnya saat turun kebawah bawah untuk sarapan. la masuk ke ruang makan hotel dan langsung melihat Seo Jin. Se Ri sadar, seharusnya ia tahu lelaki itu tidak mungkin tidur sampai tengah hari.

Se Ri tersenyum lalu berjalan ke mejanya. Seo Jin berdiri dan menunggu dengan sopan sampai Se Ri duduk. la menatap bingung saat tiba tiba Se Ri teringat sesuatu dan berseru, "Oh!"

"Oh?" ulang Seo Jin. Se Ri berharap saat itu bumi terbelah dan menelannya.

"Aku akan pindah!" kata Se Ri cepat sambil meraih tasnya yang disampirkan di sandaran kursi

"Kau tidak nyaman di sini?"
tanya Seo Jin tenang.

"Aku baru sadar mestinya aku duduk di tempat lain," kata Se Ri sambil berdiri.

"Begitu ya?"

"Apa sopirmu biasa duduk denganmu dalam perjalanan semacam ini?" tanya Se Ri cepat. "Bukankah seharusnya aku duduk di pojok terpencil?"

Sudut bibir Seo Jin bergetar seolah Se Ri membuatnya geli. Tapi lelaki itu tidak tersenyum, kemudian memerintah dengan nada yang sama, "Duduklah, Yoon Se Ri. Aku tidak bisa membayangkan kau duduk di pojok terpencil."

Se Ri tidak tahu harus menjawab apa, tapi enggan duduk lagi. "Ini memalukan," gumamnya.

"Akan lebih memalukan bagiku jika kau pergi dari sini dan duduk di meja lain," Seo Jin menyakinkan Se Ri.

Se Ri pun duduk. Sambil menyantap sereal, bacon, dan telur, disusul roti panggang serta selai jeruk, ia baru menyadari bahwa Goo Seo Jin, bosnya yang pendiam, ternyata punya pesona luar biasa.

Apalagi namanya kalau bukan pesona? Untuk apa Seo Jin bilang dia akan malu jika Se Ri tidak sarapan semeja dengannya? Dia takkan rugi sedikit pun jika Se Ri pindah ke meja lain. Dari apa yang sudah diketahui Se Ri tentang Seo Jin, menurutnya lelaki itu tidak peduli di mana Se Ri makan  meski di atas atap sekalipun.

Mereka langsung berangkat selesai sarapan. Tapi sepanjang perjalanan ke Seoul, Se Ri mulai mengubah pikirannya tentang pesona Goo Seo Jin. Lelaki itu terus tenggelam di antara kertas-kertas kerjanya dan hampir tidak bergerak kecuali untuk menggerutu pada Yoon Se Ri. Jelas Seo Jin membutuhkan sopir agar tidak menghabiskan waktunya yang berharga dengan menyetir sendiri.

Lovely driver (ketika Cinta bersemi di jalan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang