"Bukan begitu caranya bicara dengan calon istrimu!"
Kemudian Seo Jin bangkit dari kursinya, menatapnya dengan ekspresi betul-betul tercengang, dan Yoon Se Ri tidak tahu siapa di antara mereka yang lebih kaget. Yoon Se Ri menduga inilah pertama kalinya Seo Jin mendengar hal ini--bahkan mungkin dia tidak ingin mendengarnya. Inilah saatnya, Yoon Se Ri sadar, untuk segera pergi dari tempat ini!
Melihat raut muka Seo Jin yang benar-benar tercengang, Yoon Se Ri tahu lelaki itu sama sekali tidak ingat pernah melamarnya. Ia baru menyadari bahwa saat itu Seo Jin berada di bawah pengaruh obat tidur, dan seharusnya ia tidak mengungkit hal itu.
"Aku... minta maaf," ucap Se Ri gugup sebelum Seo Jin sempat berkata apa-apa, lalu beranjak pergi.
Tapi sungguh mengejutkan betapa cepatnya Seo Jin bergerak, karena tiba-tiba saja lelaki itu sudah menduluinya dan berdiri di depan pintu sembari menggenggam pegangan pintu, mencegah Yoon Se Ri membukanya.
Mata Seo Jin berkilat tajam dan waspada. "Jelaskan padaku," perintah lelaki itu.
Tidak! Tapi Seo Jin kelihatan pucat. Apakah lelaki itu pucat pasi karena kaget mendengar Yoon Se Ri mengatakan dirinya adalah calon istrinya--bukankah hal semacam itu akan membuat lelaki mana pun pucat pasi-ataukah dia memang sudah pucat sejak tadi?
Ingin sekali Yoon Se Ri menyentuh wajah itu. Namun, tidak dilakukannya. "Kau belum sehat betul?" seru Se Ri, cemas akan kesehatan Seo Jin.
"Jangan mengalihkan pembicaraan. Aku sudah dinyatakan betul-betul sembuh sejak kemarin."
"Aku tidak mau merepotkanmu," sahut Yoon Se Ri gugup,
"Kau sudah merepotkan aku sejak pertama kali aku bertemu denganmu," jawab Seo Jin. Matanya menatap Yoon Se Ri lekat-lekat, mencoba membaca isi hati wanita itu.
"Yah, aku juga berpikir begitu!" Yoon Se Ri mencoba menjawabnya dengan santai, tapi rasanya tidak berhasil. la benci raut wajah Seo Jin yang licik dan penuh perhatian itu. Lelaki itu cerdas serta berintuisi tajam, iya tahu itu. "Y-yah, lebih baik aku pulang. Aku hanya mampir untuk melihat keadaanmu."
Seo Jin menatap dengan spekulatif dan Yoon Se Ri betul-betul membenci tatapan
Itu. "Sopir-sopirku selalu begitu," jawab Seo Jin kering, matanya tidak pernah lepas dari wajah Yoon Se Ri.Sialan! "Tapi kelihatannya dirimu baik-baik saja!" sembur Se Ri ketus dan berharap Seo Jin segera beranjak dari depan pintu supaya ia bisa keluar. Yah, aku mencintaimu tapi aku harus pergi, ejek Yoon Se Ri, tapi dalam hati mengerang saat mendengar ucapannya. la tidak ingin menggunakan kata "cinta" Seharusnya tadi ia tidak bilang begitu, sama sekali tidak.
" Duduklah, tidak perlu buru-buru," ucap Seo Jin tenang, "aku akan memesan kopi untuk mu. Kelihatannya kau membutuhkannya."
Kopi! Yoon Se Ri terlihat resah. "Ini bukan kunjungan antarteman," katanya buru-buru. la harus segera keluar dari sini--sekarang juga.
"Oh, bukan ya?"
"Ki-kita mengalami kecelakaan," Yoon Se Ri mengingatkan Seo Jin, meski ia tahu hal itu tak perlu diingatkan lagi.
Seo Jin berdiri tepat di depan Yoon Se Ri, dan saat lelaki itu terus menatapnya tanpa berkata apa apa, Yoon Se Ri rela memberikan apa pun yang di milikinya untuk mengetahui apa yang sedang dipikirkan
Seo Jin, apa yang ada di benak lelaki itu, karena ia tahu otak Seo Jin yang cerdas tidak pernah berhenti bekerja.Mata Seo Jin terus menatap menatap Yoon Se Ri lekat-lekat, dan setelah menarik napas panjang, dengan hati-hati dia berkata, "Rasanya ada sesuatu yang terjadi di antara kita selain kecelakaan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely driver (ketika Cinta bersemi di jalan)
Fiksi PenggemarYoon Se Ri tidak bisa berhenti memikirkan Go Seo Jin, seorang direktur rewel juga angkuh yang berhasil menarik perhatiannya. Awalnya Yoon Se Ri tidak tahu apa yang dirasakannya sampai mereka mengalami kecelakaan yang nyaris fatal. Yoon Se Ri tidak p...