04

2.7K 287 52
                                    

»»——⍟——««

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

»»——⍟——««

Mendengar kabar kalau Bright sedang berada di bawah, Win dilanda kebingungan, ada secuil keinginan Win untuk sekedar bertanya

"Ngapain lo kesini?"

"Lo ngapain kesini hah? Gada rumah lo?"

"Lo ga diundang ngapain kesini?"

Tapi rasa gengsi dan rasa kesalnya lebih besar daripada pertanyaan random yang ada di pikirannya saat itu, berapa kali ia bolak balik dari pintu ke jendela ke pintu ke jendela lagi di dalam kamarnya itu, dan beberapa kali juga ia mencoba membuka knop pintu namun lagi lagi ia malah mondar mandir

Dengan menarik nafas panjang, Win memberanikan diri kebawah, jika ditanya mengapa ia kebawah alasannya, maka ia akan berkata "Haus, pengen minum" 

Win berjalan santai ke arah dapur dan melihat Bright dengan sang Ayah berbincang dengan serius namun sesekali diiringi tertawa kecil di sana, Win menggerutu dalam hatinya, Win saja tidak pernah  berbicara sesantai itu dengan Ayahnya, kenapa Bright terlihat lebih akrab dengan ayahnya ke Banding dirinya?

"Win!" Panggil Bright saat melihat Win melintas, meskipun secara sembunyi pun, Win tetap dapat terlihat oleh Bright

Win memaki dirinya sendiri karna dengan bodohnya melewati jalan yang sudah pasti dapat diliat Bright

"Hm? Ya?" Jawab Win dingin, ingat ya, Win masih dongkol dengan Bright dan sang Ayah maka jangan salahkan Win kalau ia masih jutek dengan kedua manusia itu

Papa Win pun turut menoleh saat sang anak dipanggil, lalu ia menyuruh Win untuk bergabung dengan mereka, Win jelas menolak namun tatapan jatam sang ayah membuatnya mikir dua kali untuk menolak

"Kenapa?" Tanya Win yang baru saja duduk di sofa bergabung dengan pembicaraan ayahnya dan Bright

"Papa udah kasih tau Bright, kalo sekarang yang anter jemput kamu sekarang itu Bright, yaa.. Ini untuk Meminimalisir  kamu buat pulang tengah malem kayak kemaren" Ucap Papa Win menjelaskan kepada putra sulungnya itu, Win yang memang sudah pasrah dan malas membantah, yang ada dia akan memperlambat masa sita mobilnya, hanya memilih mengangguk tanpa berkomentar

"Wahh, ini kamu kah Win? Sejak kapan ga ngebantah?" Heran Papa Win melihat anaknya yang sudah pasrah

Win itu lelah, sangat. Dari dulu Win selalu dipaksa ini dan itu oleh orang tuanya, bahkan jurusan kuliah yang diminati Win pun harus kandas karna orang tuanya yang tidak setuju, semua nampak sudah diatur oleh kedua orang tuanya, Win merasa takdirnya bukan ditentukan oleh Tuhan dan dirinya namun ditentukan oleh Orang tuanya

Sampai sekarang? Ya sampai sekarang pun, Win masih di kekang oleh orang tuanya, tidak, Win bukan strict parents, kalau kata sang ayah ia hanya ingin yang terbaik untuk Win, namun kapan sang ayah akan sadar kalau semua yang mereka pilih belum tentu baik untuknya

My Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang