Setelah lama terisak di kamar mandi, Lyodra mendengar mendengar suara ketukan dari pintu kamarnya.
"Lyly buka ada makanan,"itu Lydia yang berteriak mengalahkan suara keran air.
"Kak Lyd, kakak makan aja sendiri deh, jangan ganggu aku dulu." Lyodra malas sekali dia diganggu.
"Gue pingin makan nih makanan, tapi kalau sendiri nggak habis, mama mana suka cokelat, jadi sisa lo aja," Lydia hanya beralasan, Lyodra tahu betul Lydia hanya ingin memastikan bahwa Lyodra baik-baik saja, mungkin saja Lydia kira Lyodra hendak ingin bunuh diri saking frustasinya.
Lydia menyelonong masuk ke kamar Lyodra, dilarang juga tidak bisa, Lyodra diam saja.
Lyodra tersenyum tipis pada kakaknya yang sudah ada di kasurnya itu, rebahan dengan nyaman.
"Yang tadi ngantar benar pacar lo?"
"Nggak kak, temen,"
"Tapi lo suka?" pertanyaan dari Lydia, juga pertanyaan yang selalu berputar-putar di kepalanya.
"Apaan sih, nggak jelas kak,"Lyodra kebingungan merespon apa.
" Itu tandanya lo suka makanya bukan bilang nggak suka,"
Apa iya, Lyodra menyukai Nuca, hanya saja bagi Lyodra Nuca sudah cukup jadi sahabat, ia sangat ingin Nuca tetap ada dengannya. Membayangkan bagaimana Nuca selalu berada di saat dia senang dan sedih, Lyodra tersenyum tipis.
"Tuh kan senyum, suka kan?"
"Apaan sih kak,"
"Kalo dia suka balik nggak sama lo?"hal ini memang jadi pertanyaan yang sangat sulit diterka, Nuca selalu ada untuk Lyodra kenapa dia selalu ada untuk Lyodra, Lyodra sungguh tidak bisa menerka, apakah hanya sebatas sahabat atau lebih dari itu.
"Makin ngawur makin malam, kakak balik kamar sana,"Lyodra mengalihkan pembicaraan.
"Nggak ah, gue mau tidur di sini,"ucap Lydia sambil memakan cake cokelat di depannya.
Lyodra sangat senang kakaknya berada di sini, mereka tak terlalu dekat untuk ukuran sepasang adik kakak, Lyodra dan Lydia memang terpaut usia yang jauh, 5 tahun.
"Kalo kakak udah ada rencana nikah?"pertanyaan aneh itu keluar saja dari mulut Lyodra.
Lydia hanya diam, ia kemudian berbaring menatap langit-langit kamar itu.
" Entahlah, kayaknya engga nikah deh,"
Lyodra tetkejut mendengar itu."Kenapa?"
Tak ada jawaban sama sekali dari Lydia.
"Karena papa dan mama?"jujur kegagalan pernikahan mama dan papanya pasti memberi luka juga bagi Lydia, walaupun kakaknya itu selalu terlihat ceria dan semangat 5 tahun sejak mama dan papanya ceria, ia pasti sangat terluka.
"Lelaki itu brengsek Ly,"jawaban di luar dugaan dari Lydia membuat Lyodra terkejut, ia menatap kakaknya itu yang menatap ke atas sangat dalam.
" Nggak semua laki-laki kayak papa kak, pasti ada yang baik juga," Seperti Nuca misalnya sambung Lyodra dalam hati.
"Kayak gebetan lo itu, siapa namanya?"
"Nggak ada gebetan, adanya teman, namanya Nuca,"
"Oh Nuca, syukur deh, dia bisa nunjukkin lo ada laki-laki yang baik,"
"Ya emang ada kak!" seru Lyodra.
"Nggak kayak papa ya?"
"Ya engga lah, ya kali kayak papa,"Lyodra menyayangi papanya, tetapi untuk disamakan dengan Nuca, Lyodra rasa Nuca dan papanya sangat berbeda.
" Bagus deh kalo gitu,"
"Kakak juga suatu saat bakal ketemu cowok yang baik deh,"
"Nggak mau ketemu juga sama cowok gitu, nggak mau nikah juga,"
"Ada masalah apa sih kakak sama papa?"
"Banyak,"
"Banyak itu apa kak? kakak nggak mau cerita dan aku yang jadi tumbal, selama 5 tahun ini kakak seenaknya engga mau ketemu papa, dan harus aku terus kak yang nemuin papa setiap bulan,"Lyodra mengatakan itu dengan suara yang bergetar, sakit sekali membayangkan dia sendiri harus mengahadapi papa dan ibu tirinya.
"Gue mau lupain masalahnya, jangan diungkit lagi," suara Lydia dingin sekali.
Lydia memutar arah tidurnya membelakangi Lyodra, Lydia terisak. Lyodra terkejut bukan main, kali ini untuk pertama kalinya ia melihat kakaknya itu menangis, seumur hidupnya, bahkan saat mama dan papanya dulu bercerai dan berantem di rumah, Lydia tak pernah menangis.
"Kenapa kak, apa ada sesuatu yang aku nggak tahu?" Lyodra sangat merasa bersalah ucapannya membuat kakaknya itu menangis.
"Nggak ada dan kamu nggak perlu tahu," Lydia mengucapkan kalimat dingin itu.
Pertanyaan-pertanyaan aneh terus berenang di kepala Lyodra, kenapa kakaknya yang terlihat kuat, sangat rapuh pada masalah ia dan papanya. Lyodra kira selama ini kakaknya hanya malas bertemu papanya, kalau begini pasti ada alasan lain.
Mereka berdua diam, isakan Lydia masih terdengar pelan dan perlahan berhenti.
Lydia duduk, "Gue balik kamar gue yah,"
"Kenapa kak? Maaf untuk kata-kataku," Lyodra sangat sedih kakaknya itu menagis karenanya.
"Udah nggak udah dibahas," Lydia mengucapakan itu tanpa menatap mata Lyodra, ia beranjak keluar kamar.
Sekarang masalah dalam hidup Lyodra bertambah satu lagi, kakaknya itu sangat membenci papanya dan pasti ada kejadian yang tidak diketahui Lyodra.
"Ahhh, kampret," teriak Lyodra sambil menarik selimutnya untuk menutupi seluruh tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Story About You
General Fiction31 Desember 2021 Lyodra yang hidup di keluarga yang broken home, anak perempuan terakhir di kelurga yang pada umumnya manja sangat berbanding terbalik dengan kehidupannya. Kakaknya Lydia, selalu jadi bahan perbandingan dengan dirinya. Ayahnya yang...