Siang hari ini, Lyodra sudah berada di rumah papanya, rumah yang dulunya menjadi tempat tinggalnya.
Ia sudah duduk di meja makan, karena papanya benci orang yang telat, ia dari sekolah lansung ke rumah papanya.
"Wajah kamu pucat ya, kurang segar gitu," sungguh sambutan yang kurang ramah dari ibu tirinya.
Dan ini menjadi salah satu alasan Lyodra yang jadi tumbal oleh mama dan Kakaknya ia bertemu dengan ayahnya, kata mama Lyodra, mukanya sangat memelas pantas sekali untuk dikasihani.Lyodra diam untuk beberapa saat, memperhatikan saja makanan yang ada di depannya.
"Makan Nak, di rumah kamu makanan ngga sebanyak ini ya,"Lauren mengeluarkan ucapan sombongnya lagi dan lagi.
" Jawab Mami kamu!"suara papa Lyodra yang sangat dingin itu turut membuat keadaan makin dingin.
Dengan malas Lyodra mengangguk saja.
"Masih bisa ngomong kan?"lanjut papa Lyodra lagi dengan suara sedikit kesal.
"Iya Tante,"dengan suara bergetar Lyodra menjawab.
" Pangil Mami, sudah berapa kali papa bilang panggil Mami, jangan tante."bentak papa Lyodra.
Ingin sekali Lyodra menangis, tapi ia tidak mau menangis di depan papa dan ibu tirinya.
"Ih, pa. Ngga apa kok aku dipanggil Tante, kalo Lyodra belum nyaman manggil aku Mami ngga apa kok pa," Lauren melembut-lembutkan suaranya.
Lyodra ingin muntah mendengar perkataan Lauren.
Selesai makan dengan pembicaraan yang selalu ingin Lyodra lewatkan, Lyodra ingin sekali buru-buru pulang.
"Eh, udah mau pulang ya, padahal Mami mau ngobrol banyak,"Lauren menekankan pada kata Mami.
"Lain kali aja,"kata Lyodra "dan tidak ada lain kali untuk mengobrol denganmu ibu tiri menyebalkan" sambung Lyodra dalam hatinya.
"Mami!" suara papa Lyodra menyisaratkan Lyodra memanggil Lauren dengan Mami.
"Lain kali aja Mami" dengan berat hati Lyodra mengatakan itu, bukan untuk pertama kalinya, tapi tetap sangat sakit memanggil perempuan paling busuk di dunia yang ia kenal dengan Mami. Ia hanya ingin cepat pulang dari rumah itu.
"Oh gitu, uang kamu udah Mami transfer ya, banyak makan makanan bergizi ya, muka kamu pucat." Lauren berkata dengan nada menyebalkan yang sungguh dibenci Lyodra.
"Apa kurang ya uangnya pa?" tanya Lauren pada papa Lyodra.
"Kalau uang nya kurang kamu bilang aja sama papa ya,"papa Lyodra malah mendukung istrinya itu.
" Iya pa aku pulang ya."Lyodra segera menyudahi basa-basi yang menyebalkan itu.
"Kalo uangnya kurang kamu bilang aja ya,"papa Lyodra mengingatkan lagi.
Uang, uang dan uang, kenapa hanya itu yang jadi fokus papa dan mamanya.
Dengan wajah yang kecewa Lyodra hanya mengangguk dan beranjak pulang. Ia mengambil ponselnya, mencari satu nama "Nuca" Ia meminta Nuca bertemu dengannya.
Cafe sepi menjadi tempat pertemuan Nuca dan Lyodra.
"Gimana tadi?" Nuca sudah yakin betul bahwa Lyodra tidak baik-baik saja tadi itu kenapa ia ingin bertemu Nuca.
"Kacau, seperti biasanya..." Lyodra berhenti sejenak untuk meminum kopi di depannya. "... Gue manggil dia mami," selesai kalimat itu tangisan Lyodra pecah. Ia tak tahu bagaimana perasaannya saat ini, hancur sehancurnya.
"Gue benci wanita itu, benci," Lyodra terisak sambil mengucapkan kalimat itu.
Setelah 5 tahun papa dan ibu tirinya menikah, ia sama sekali tak dapat menerima kehadiran ibu tirinya itu.
Nuca memeluk Lyodra, membiarkan tangisan Lyodra pecah dalam pelukannya.
"Ini pasti sulit buat kamu Ly, it's okay."Nuca tak pernah mengatakan Lyodra lebay atau segala hal semacamnya. Nuca hanya setia mendengar Lyodra.
Setelah puas mencurahkan isi hati Lyodra pada Nuca, Lyodra menemani Nuca bermain futsal bersama teman-temannya, ia hanya malas pulang ke rumahnya dengan keadaan kacau seperti ini.
Selesai bermain futsal hari sudah jam 8 malam, Nuca mengantar Lyodra pulang.
"Makasih ya hari ini," Lyodra melambaikan tangan sebelum Nuca pergi dari depan rumahnya.
"Masih kecil udah pacar-pacaran!"Lyodra kaget dibalik pintu ada kakaknya.
" Ngga, dia teman aku kak,"
"Teman apaan, pulang malam-malan gini."
"Aku lagi malas berantem, diem kak,"Lyodra masuk ke dalam kamarnya.
" Ma, Lyodra pacaran mah, tadi di antar pacarnya,"teriak Lydia beranjak ke kamar mamanya.
Karena Lyodra belum makan malam selesai ia mandi ia beranjak ke dapur.
"Lapar baru keluar kamar," sindir Lydia begitu Lyodra melewati ruang tamu menuju dapur disana ada Lydia dan mamanya.
Lyodra diam saja dan berlalu ke dapur, namun saat Lyodra selesai makan dan beranjak ke kamarnya, mamanya menyuruhnya duduk di ruang tamu.
"Tadi kemana kamu sampai malam?" mamanya memulai percakapan.
"Tadi minum sebentar di cafe,"
"Minum sampai malam?
"Habis itu nonton futsal sama teman." Lyodra pasrah tak ada gunanya juga mengarang cerita benar atau tidak mamanya akan marah juga pada akhirnya.
"Teman apa pacar? Nganterin pulang tuh cowok,"ledek Lydia.
" Teman kak, itu teman sekelas Lyly. Udah ya ma, Lyly mau tidur. Uang papa udah masuk kan?"ingin sekali Lyodra pergi dari obrolan iiti.
"Uang kiriman papa kamu dibanyakin tuh, kamu bilang apa ke papa kamu?"
Lyodra berpikir sejenak, ini pasti akal-akalan ibu tirinya dengan dalih mukanya pucat dan kurang sehat.
"Kata Tante itu muka aku pucat, jadi suruh makanan yang bergizi gitu kali kenapa uangnya dilebihin," Lyodra menjawab malas.
"Bagus nih, lain kali kamu ke sana, muka kamu biarin aja pucat, ngga usah makan dulu sebelum kesana, biar uangnya di banyakin,"
"Mah?" Lyodra kaget, What the hell, apa yang sedang dikatakan oleh mamanya sungguh melukai hatinya. Anaknya baru saja dipermalukan oleh ibu tirinya, mamanya malah mendukung hal itu dan semuanya kembali lagi tentang uang.
Lyodra benar-benar tak menduga respon Mamanya malah terlihat senang.
"Dan satu lagi, jangan pacar-pacaran sebelum tamat kuliah, jangan sampai kamu hamil di luar nikah, masih bocah pacaran lagi, kamu mau jadi kayak wanita itu?"
Banyak sekali hal yang mengejutkan bagi Lyodra, pertama ia tak dipercaya mamanya sendiri, dan kedua dia disamakan dengan wanita yang paling ia benci di dunia itu.
Lyodra tidak merespon air matanya hendak keluar, nmun ia tahan.
"Lihat kakak kamu, bentar lagi mau tamat kuliah nggak pernah pulang malam nggak izin, memang ya SMA kamu memberi pengaruh buruk, coba dulu sekolah di SMA kakak kamu, pasti nggak bandel gini,"
"Mah ini nggak ada hubungannya sama sekolah aku, aku juga nggak mau di tempat SMA kakak,"
"Bandel ya dibilangin. Contoh kakak kamu, sekolah di tempat favorit, kuliah di universitas favorit. Dia... " mama Lyodra menghentikan omongannya karena Lyodra bersuara.
"Iya kak Lydia memang paling favorit sedunia, beda sama Lyodra, nggak ada yang bisa dibanggain dari Lyodra, Lyodra tahu ma, cukup." Lyodra berjalan cepat menuju kamarnya.
Dengan terisak Lyodra masuk ke dalam kamar mandi di kamarnya, menyalankan keran air. Karena apabila mamanya mendengar dia menangis, ia akan dibuat tambah menangis lagi, Lyodra benci itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
A Story About You
General Fiction31 Desember 2021 Lyodra yang hidup di keluarga yang broken home, anak perempuan terakhir di kelurga yang pada umumnya manja sangat berbanding terbalik dengan kehidupannya. Kakaknya Lydia, selalu jadi bahan perbandingan dengan dirinya. Ayahnya yang...