Prolog

16 3 0
                                    

Derap langkah kaki terdengar, perempuan itu tengah berlari dari ramainya lingkungan sekitar. Bahkan, beberapa pasang mata tertuju ke arahnya membuat perempuan itu sedikit risih. Saliva ia telan dengan kasar, rasa gugup menghampiri dirinya.

Akhirnya dia sampai ditempat tujuan, dia tersenyum tipis sambil mengatur nafasnya yang memburu, "h-hai, maaf ya Bunda lama. Kalian nunggu ya?" Tanya perempuan itu sambil menegang anak lelaki kecil.

Pria disamping anak kecil itu tersenyum, "nggak apa-apa sayang, udah beres?"

Perempuan itu mengangguk, "Udah." Dia menggendong anak lelaki itu.

Nada dering terdengar, ponsel dari Pria itu bergetar di saku celananya, dia mengambil ponsel dan melihat nama yang tertera, "ada telfon dari kantor, aku angkat dulu ya?" Izinnya pria itu sambil pergi meninggalkan tanpa mendengar persetujuannya.

Perempuan itu menghela nafas pelan. Terlihat anak lelaki itu bergerak tak bisa diam, "Restu? Kenapa sayang?" Tanya perempuan itu.

"Mau turun ... " katanya lirih.

Perempuan itu tersenyum, "mau turun? Kenapa ngga bilang dari tadiii," katanya sambil mengecup pipi anak kecil itu gemas.

Anak lelaki itu turun dari gendongnya, langsung digenggam tangannya. Tiba-tiba ada dua pasang kaki berdiri dihadapannya. Sontak perempuan itu mendongkak.

Pupil matanya membesar saat melihat pria itu. Pria yang sudah tama tak nampak di hadapannya. Lama tak berjumpa. Perempuan itu tersenyum tipis.

"Long time no see, Zidan." kata perempuan itu dengan suara yang pelan di iringi senyum tipisnya.

"Aiza ..."

Zidan, nama pria yang Aiza panggil menatap ke arah anak lelaki yang tangannya sedang Aiza genggam. Sebaliknya dengan Aiza yang menatap ke arah perempuan disamping Zidan.

Genggaman dari Zidan sangat erat, "Ah, sudah ku duga akan seperti ini, Zid..."

Aiza GumelarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang