Restu Gumelar

11 3 0
                                    

Nada dering ponsel terdengar, itu bukan panggilan telfon. Melainkan suara alarm dari ponsel. Sang pemilik menggeliat pelan, dia meraih ponsel yang berada disampingnya dan melihat jam. Matanya membulat sempurna. Segera dia berlari ke arah kamar mandi didalam kamarnya. Sialan, dia terjatuh.

Tak butuh waktu lama bagi dia untuk bersiap-siap walaupun tak sekolah. Segera dia menuruni tangga cepat menghampiri bundanya yang sedang menyiapkan sarapan.

Dia mengecup pipinya, "Pagi bunda," sapanya lalu duduk ditempat yang biasa dia duduki.

"Pagi Restu, hari ini jadi tanding malam?" Tanya sang bunda—Aiza memberi Restu susu putih.

Restu mengambil roti dipiringnya yang sudah disiapkan dan memakannya, "Jadi Bun, kalau Iyan ada itu 'pun."

Aiza duduk dihadapannya, "Terus gimana soal Chatty?" Tanya Aiza dengan senyuman jahilnya.

Restu memandang tak suka ke arah Aiza, "Aneh dia tuh Bun, masa dia deketin Restu tapi jaga jarak. Ngerti nggak maksud Restu gimana? Lagian ngapain bunda nanyain dia? Kaya kenal aja—bentar! KOK BUNDA KENAL SAMA CHATTY!?"

Aiza terkekeh pelan mendengar teriakan Restu. Nadeo datang tanpa mereka sadari sambil membenarkan dasinya duduk ditempat yang biasa dia duduki, "Kamu kenapa pagi-pagi gini teriak huh? Masih pagi udah teriak aja."

"Bunda tuh!"

"Loh kok bunda?"

"Iya bunda ngeseliiin!!!"

"Ngeselin gimana?"

"Ya bunda kok—aishhh tau ah!"

Tawa Aiza terdengar, "hahaha, bercanda ih baperan kamu."

"Wajarlah Restu baperan, Restu kan punya hati, emangnya setan apa ngga punya hati," gumamnya pelan.

Aiza tersenyum mendengar itu, Nadeo yang melihat senyuman Aiza tersenyum tipis. Dia menggenggam tangan Aiza. Mereka saling bertatapan, lalu saling tersenyum.

"BUNDAAAAA, AYAAAAAH! Masih ada anaknya loh ini, masih pagi ngapain mesra mesraan?" keluhnya Restu.

Keduanya tertawa.

"Ya sudah, Ayah berangkat dulu. Kamu jagain bunda ya, Tu. Nanti Ayah pulang lebih awal buat liat pertandingan kamu," Kata Nadeo sambil bangkit dari duduknya di ikuti Aiza.

Aiza meraih tangan Nadeo dan mencium tangannya, "Hati-hati ya, kabarin kalau sudah sampai dan awas matamu jelalatan."

Nadeo mengangguk mengerti, dia pergi sendiri tanpa Aiza hantarkan ke depan rumah. Tak lama setelah kepergian Nadeo, Aiza tersenyum sendu membuat Restu menatapnya heran.

"Bunda kenapa?" Tanya Restu khawatir.

Aiza tersenyum tipis, "Nggak apa-apa. Nanti kalau sudah selesai makan, suruh Mba Nisa beresin ya? Bunda mau ke kamar dulu," kata Aiza sambil berlalu pergi.

Restu yang mendengar suara Bunda nya yang terdengar lemas khawatir, "nggak biasanya bunda gini."

Sesampainya Aiza di kamar, dia meraih buku kecil bernama "Death Note". Aiza tersenyum pedih. Dia duduk di tepi kasur sambil mengusap luar buku itu.

"Dan itu hanya sekedar dulu..."

Restu masuk tanpa mengetuk pintu. Dia berjalan nyelonong menghampiri bundanya dan duduk disampingnya.

"Bunda."

Aiza menatap ke arah Restu dan tersenyum, "Kenapa masuk tanpa mengetuk pintu hm?" Aiza mengusap surai rambut Restu lembut.

"Restu kangen sama bunda. Restu ngerti, paham, dan merasakan apa yang sebenarnya terjadi. Walaupun Restu ngga tau hal apa yang buat Bunda seperti ini, Restu pengen orang yang Bunda cari itu Restu untuk membantu, setidaknya tempat Bunda untuk bersandar," ujar Restu lembut memeluk Aiza.

Aiza tersenyum. Dia tersentuh, "Anak bunda sudah besar, sudah dewasa, pengertian, dan perasa. Bunda seperti sedang bercermin. Tapi, Bunda nggak seberani kamu," Aiza tersenyum lembut.

"Bunda mau bercerita apa yang terjadi?"

"Restu mau dengar kisah masa lalu bunda?"

Restu tersenyum tipis, dia mendongak menatap ke arah Aiza, "Yeah, Restu mau dengar."

"Tapi ini sedikit menyakitkan untukmu."

"Sakitnya nggak seberapa dengan sakit yang bunda alami."

"Nak—"

"Restu selalu percaya apa yang bunda ceritain, lakuin, semua pasti benar dan ada maksud alasannya."

"Terima kasih karena percaya pada bunda disaat bunda sendiri nggak percaya diri."

"Karena Restu sayang Bunda."

Aiza menangkup pipi Restu, "Hidup bunda ngga akan lama lagi, Restu percaya?"

Restu terdiam, "maksud bunda?"

"Bunda..."

Aiza GumelarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang