Hujan

5 3 0
                                    

"Bunda, neduh dulu ya? Maaf Restu malah bawa motor, harusnya bawa mobil tadi." Sesalnya Restu sambil memberikan jaketnya pada tubuh Aiza.

Aiza tersenyum, "ngga apa-apa sayang, bukan masalah besar, ngga perlu minta maaf oke? Bunda juga ngga masalah kok, malah Bunda jadi keinget waktu masa muda Bunda dulu," kata Aiza diakhiri dengan kekehan.

Restu menatap rintikan hujan yang jatuh, "kayanya masa remaja Bunda itu seru ya? Asik banget sampe Restu aja dengernya jealous."

Mendengar itu Aiza tertawa, "hahaha, iya sangat seru sampai Bunda, apapun yang terjadi, ada emosi negatif, Bunda ngga marah marah, ya ngga ngelontarin kata negatif gitulah."

Restu menatap Aiza bingung, "maksudnya?"

"Iya... Bunda itu ngga pernah marah, paling langsung kecewa, lalu hilang respect, udah kaya yaudahlah semacam pasrah." Aiza menatap air hujan sendu.

Restu merangkul bahu Aiza, "setidaknya Bunda udah ngelakuin yang terbaik, 'kan? Bunda hebat. Restu yakin selalu ada alasan kenapa Bunda ngelakuin semuanya."

Aiza menatap kagum ke arah Restu, dia tak percaya jika Restu akan berkata seperti itu dan mempercayainya, "Nak... Kenapa kamu sangat percaya dengan Bunda? Jangan—"

"Kenapa jangan? Kenapa Restu jangan percaya sama Bunda? Restu percaya 100% sama Bunda dari siapapun dan dibanding siapapun Bunda yang Restu selalu percayai." Anak itu tersenyum, namun hati Aiza berkata lain. Dia menatap Restu nanar.

Aiza mengusap pipi Restu, "Terima kasih, Bunda sangat sayang sama kamu. Jadi tolong, jangan tinggalin Bunda sendiri ya? Bunda hanya punya kamu sekarang, kalau kamu ikut pergi seperti yang lainnya, Bunda akan nyerah."

Restu memegang tangan Aiza, "maksud Bunda apa, hm? Ada Restu, Kakek, Nenek, Ayah, Om Awan, dan yang lainnya. Kami selalu ada untuk Bunda, oke? Jangan negatif thinking ya?"

Aiza tersenyum miris,
kamu belum paham Restu.

Melihat hujan yang sudah reda membuat perhatian keduanya tertuju pada jalanan yang mulai ramai, "ayo, Bun. Kita pulang," ajaknya Restu.

Aiza mengangguk, "iya, Bunda mau pulang..." Katanya dengan penuh arti.

Aiza GumelarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang