3.Sebuah Tamparan

25 18 2
                                    

Assalamualaikum

Hargai karya seseorang, jangan lupa vote dan Coment

" Orang yang gue anggap Pahlawan, justru membuat luka yang paling Dalam"

~Zifana Alesha

Happy Reading
*
*
*

"Kesini kamu Zifa!!" Gertak seorang Pria paru baya.

Zifa hanya menunduk dan berjalan menghampiri Pria itu yang nota benenya adalah Papanya sendiri.Fares Winata.

"Dari mana saja kamu, jam segini baru pulang!!" Gertaknya lagi.

"Da.. dari rumah teman pau." Jawab Zifa dengan gugup.

"Boong Pa,Risa tadi liat Zifa jalan dengan cowok Pa."Ucap Gadis yang bernama Risa yang tengah memainkan ponsel di Sofa.

"Betul itu Zifa?"Tanya Fares menahan amarah.

"Ngg.. nggak Pa,Zifa nggak jalan sama cowok.."Zifa mencoba membela diri, yang di ucapkan saudara tirinya itu tidaklah benar.Kharisa Clarissta Winata.

Plakk.

Tubuh Zifa seketika kaku, ia mengigit bibirnya menahan tangis, lagi dan lagi Tamparan keras mengenai pipinya, sudah sering kali ia rasakan tamparan itu.

"Kenapa papa berubah?"Lirih Zifa.

"Papa nggak akan tampar kamu kalau kamu nggak buat ulah Zifana,baru sehari kamu masuk sekolah sudah berani jalan sama cowok!" Fares mencengkram kuat lengan Zifa.

"Maaf pa." Lirih Zifa,

Risa tersenyum puas melihat pemandangan yang ada di hadapannya sekarang.

"Sekali lagi kamu buat kesalahan papa nggak akan segan segan buat lakuin lebih dari ini!" Ucapnya lalu menghempas kuat lengan Zifa dan berlalu pergi.

"Cup cup cup, kasian yah lo. Udah nyokap meninggal terus bokapnya nikah lagi terus nggak di anggap lagi sama bokap sendiri!" Ejek Risa.

Zifa hanya diam, tak membalas ucapan Risa.

"Lo harusnya sadar diri, lo nggak berguna dan hanya jadi beban keluarga, gue kasih saran yah mending lo pergi aja dari keluarga ini!" Risa menghampiri Zifa yang masih berdiri di tempatnya dengan menunduk.

"Atau.." Risa menjeda ucapannya "lo pergi aja dari dunia!" sambungnya sambil memukul pelan pipi kanan Zifa dan pergi dari hadapan Zifa.

Detik itu juga Zifa menangis, ingin sekali ia pergi dari rumah ini namun tidak bisa. Banyak kenangan dari Mamanya di rumah ini bukan hal mudah untuk dia tinggalkan begitu saja.

"Ya ampun Zifa. Kamu nggak apa apa!" Panik Bi Rani, pengasuh Zifana sedari kecil.

Zifa menghapus air matanya, berusaha Tegar dengan masalah yang di hadapi dua tahun terakhir.

"Nggak apa apa bi, Zifa ke kamar dulu yah." pamit Zifa dan naik ke lantai dua, letak kamarnya berada.

"Kamu yang kuat Zifa.." Batin Bi Rani.

Dia Zifana (Slow Update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang