6. Hujan

14 15 8
                                    

Assalamualaikum

Typo bertebaran

Vote terlebih dahulu

Happy Reading
*
*
*

"Lo bilangin gue apa tadi haaa.." sarkas Ella yang entah sejak kapan berada di situ.

"Anu.. eh neng mau makan nggk, nanti gue yang traktir." Ken mencoba membujuk Ella.

Mendengar tawaran dari Ken, Ella mengurungkan niatnya untuk memarahi kaka kelasnya itu.

"Benar yah, awas kalau lo boong. Gue makan pala lo.." ancam Ella.

"Iyah benar Ella, pesan sepuas lo.." ucap Ken dengan senyum paksa.

"Oke kalau gitu, zifa dan kakak kelasku yang tampan kecuali ken silahkan pesan nanti gue traktir keano yang bayar." Tutur Ella mulus tanpa dosa.

Ken yang mendengar itu membulatkan matanya, Nyesal gue batin Keano.

Sedangkan teman-teman ken dan Ella Hanya menggeleng kan kepala, merasa bingung dengan sikap keduanya.

***

Cuaca terik siang hari berubah menjadi gelap, berganti dengan awan hitam yang sebentar lagi akan menjatuhkan bulir beningnya.

Hujan semakin lebat, membuat keadaan jalanan menjadi sepi.para pejalan kaki pun berlari menacari tempat perlindungan.Begitupun Zifa, tadi ketika ingin pulang kerumahnya dengan berjalan kaki ia dihadang hujan yang begitu lebat, alhasil ia berteduh di halte agar tak terkena guyuran hujan.

Sudah sekitar satu jam ia Menunggu kendaraan yang lewat, namun nihil tidak ada satupun angkot ataupun bus yang berhenti. Naik taxi pun percuma karna ia tak memiliki uang sepeserpun.

Zifa memeluk dirinya sendiri akibat kedinginan, bibir nya bergetar dan perutnya mulai terasa kosong. Ia menghidupkan ponselnya, berniat untuk menelpon Ayahnya.

Baru saja panggilan tersambung, Zifa sudah di suguhi bentakan dari Ayahnya.

"Kenapa kamu belum pulang, mau keluyuran lagi haa. Mau jadi apa kamu kedepannya." Bentak Fares di sebrang sana.

Zifa menahan tangisnya. "Ma..maaf pa, zifa terjebak hujan, bisa jemput zifa?."

"Saya lagi sibuk, pulang sendiri. kamu sudah dewasa zifa seharusnya tidak perlu lagi minta bantuan dari saya."

Tut

Tut

Panggilan putus sepihak.

Sakit

Zifa memegang dadanya yang terasa sesak, sebegitu tidak pentingnya kah dirinya sekarang? Hingga meminta bantuan saja dirinya di abaikan.

Gadis itu melangkah dari tempat berteduhnya, mendekati jalanan yang terguyur oleh hujan yang begitu lebat.ia berlutut di atas aspal jalanan, air matanya turun bersama guyuran hujan yang mengenainya.

"Akhkkkk..." Zifa berteriak sekeras mungkin, meluapkan semua kesedihannya serta kerinduan terhadap sosok ayah dan ibunya.

"GUE BENCI HIDUP GUE SEKARANG, GUE BENCI.."

Dia Zifana (Slow Update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang