zero

1.5K 92 24
                                    

Happy Reading
....

He love me, he give me all his money
That Gucci, Prada comfy
My sugar daddy

Beberapa potongan lirik yang terngiang dipikiran Cui, saat berangkat menuju ke kampus pagi hari tadi tiba tiba taksi yang ditumpangi nya memasang lagu tersebut, membuat dia sedikit kecandungan dengan potongan lirik yang ditangkapnya.

"Mengapa aku harus melanjutkan pendidikan ku, padahal aku mempunyai skill yang sangat bagus dalam men desain pakaian." Kalimat yang selalu diutarakan Cui kepada temannya Yana, sampai sampai si Yana bosan mendengar keluh kesah sang kawan nya itu. "Terkadang kita sebagai anak harus mengikuti keinginan orangtua agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan." Ucap Yana mencoba menasehati Cui agar mampu menerima kenyataan bahwa dia harus melanjutkan pendidikannya. "Aku malas belajar, apalagi dosen kita tidak ada yang menariknya sama sekali aku benar benar muak Yana. Padahal ibuku memiliki toko butik yang besar dan memiliki beberapa cabang Oppa ku juga memiliki restoran, kurang apalagi sih hidupku. Seharusnya aku santai santai saja." Yana menghela nafas panjang nan sabar mendengar omongan Cui.

"Kau sangat cantik Cui bahkan senior dan junior banyak yang menyukai mu, tapi sangat disayangkan kau benar benar wanita pemalas." Cui yang tadinya menatap kosong kearah pemandangan didepan mereka seketika bangkit dan hendak menampar Yana. "Diam mulutmu Yana! Aku bukan gadis pemalas, tanya saja pada ibuku aku selalu membantu nya aku bisa memasak, membersihkan rumah, mencuci pakaian, me-"

"Cukup Cui! Ya aku hanya bercanda. Apa salahnya kau menerima kenyataan bahwa kau memang harus melanjutkan pendidikan mu aku bosan hampir setiap hari mendengar keluh kesahmu, selalu dan selalu 'mengapa aku harus kuliah?' kau pikir aku tidak lelah. Ayolah kawan kita sudah semester tujuh butuh satu semester lagi agar kita lepas dari dunia perkuliahan ini." Cui kembali duduk dan menghela nafas panjang.

Umur sudah dua puluh dua tahun terakhir kali Cui memiliki kekasih saat umur tujuh belas tahun, tidak bohong sebenarnya ini satu faktor dia malas kekampus. Hampir di setiap sisi kampus dia melihat pasangan yang bermanja ria membuatnya iri dan sangat ingin merasakan kembali sayang sayangan dengan kekasih. "Saat umur dua puluh tiga tahun nanti aku hanya ingin memiliki kekasih." Rengek Cui tiba tiba membuat Yana tidak habis pikir akan perubahan jalan pikir temannya itu.

"Tenang temanku yang paling cantik wish mu itu akan terkabul nantinya." Ucap Yana dan mencubit gemas pipi Cui sehingga sedikit memerah.

"Kalau bisa aku ingin dapat rich boy." Ucap Cui tanpa ada beban dalam pengucapan nya.

"Tidak deh Sugar Daddy juga tidak apa apa." Tawa Yana pecah ketika Cui mengatakan itu.

"He love me, he give me all his money
That Gucci, Prada comfy
My sugar daddy.." suara mereka menyatu menyanyikan potongan lirik lagu itu diakhiri dengan tawa licik dari keduanya.

"Kalau kau dengan sugar Daddy kau harus siap selalu, apalagi saat dia membutuhkan mu." Ucap Yana bercandaan. "Ah.. itu mudah aku mampu melakukannya tinggal teriak ahh..Daddy aku menyukainya. Sudah, rekeningku penuh." Tawa keduanya pecah benar benar, jika cerita mereka miring sedikit pasti akan jatuh ke hal itu.

"Sudah sudah.." ucap Cui sembari meremas perutnya akibat tawa yang keras. "Lagian aku mana mau jadi seperti itu, ibuku mampu membiayai ku ditambah Oppa ku." Ucap Cui.

"Awas nanti tiba tiba jadi babby sugar" goda Yana

"Yana!!"

Silent and SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang