Two

780 114 23
                                    

Cuinne Kim kini harus merasakan kejadian yang paling bersejarah dalam hidupnya, ya dua hari yang lalu dimana dia dicium dan disentuh begitu saja oleh pria bernama Park Jimin disebuah club. Kini menculiknya tanpa alasan yang jelas.

Dengan tangan yang diikat begitu kuat Cui menatap horor kearah Jimin yang tersenyum manis kearahnya. Jimin berdiri dihadapan Cui dan mengelus rambut Cui yang terawat dengan lembut "Jangan seram seram seperti itu, aku tidak takut kok." Ucap Jimin dan mengecup kening Cui.

"Aku bahkan tidak mengenal mu dan tidak pernah bertemu denganmu, mengapa kau membawaku kemari!" Teriak Cui.

"Bukankah kita sudah perkenalan diri kemarin, aku ingat kejadian itu apa kau lupa?" Jimin mengangkat dagu Cui untuk menatapnya. "Lalu mengapa kau menculik ku brengsek!" Teriak Cui dihadapan Jimin membuat pria itu tertawa. "Aku tidak memiliki masalah denganmu, untuk yang kemarin aku sudah melupakannya dan berharap tidak bertemu lagi denganmu!"

"Tidak usah teriak teriak sayang telingaku sakit." Ucap Jimin dengan penuh kelembutan membuat Cui semakin emosi menatap wajah santai pria brengsek dihadapannya itu. "Aku akan berteriak lebih keras agar orang diluar sana mendengar." Jimin tertawa keras kali ini mendengar pembelaan dari mulut wanita cantik dihadapannya. "Ekhm, begini sayang kamarku yang luas dan megah ini kedap suara, para pelayan dan pekerja rumahku diluar itu tidak akan mendengar teriakanmu yang nyaring itu." Ucap Jimin dan mengecup bibir Cui.

"Lepaskan aku!" Berontak Cui berusaha melepaskan diri.

"Tidak semudah itu sayang, kau tidak tahu bagaimana usahaku untuk berhasil membawamu kerumahku yang mewah ini?" Cui benar benar merutuki dirinya sendiri, seandainya tadi dia tidak menerima tumpangan Jimin yang menyamar sebagai supir suruhan ibunya untuk mengantarnya pulang maka dia tidak akan terjebak disini. "Katakan padaku mengapa kau menculik ku?!" Amarah Cui semakin menjadi jadi.

"Aku tertarik padamu." Ucap Jimin dan mendorong tubuh Cui sehingga tubuh Cui terlentang pada ranjang tidur Jimin. "Saat pertama kali aku melihatmu, aku langsung tertarik padamu bahkan memikirkan mu selalu." Ucap Jimin dan perlahan merangkak menaiki tubuh Cui.

Cui memberontak dan mendorong dorong tubuh Jimin yang semakin menempel padanya, tetapi apalah daya Cui bahkan tangannya diikat oleh pria itu. Jimin memasukkan tangannya kedalam mini dress yang dikenakan Cui dan mengelus perut Cui yang begitu rata dengan gerakan yang memutar membuat Cui geli. Baru saja ingin teriak bibir tipis Cui langsung disumpal oleh bibir plum Jimin, mendiamkannya lalu menyesap bibir Cui dengan perlahan dan bergantian yang dilakukan Jimin sepihak. Jimin semakin meningkat bibir Cui benar benar berbeda, Jimin merasa bibir wanita itu sangat manis dan membuatnya candu. Suara decapan indah terdengar jelas dari penyatuan bibir mereka sampai sampai Jimin berhenti ketika merasakan basah saat menyentuh pipi Cui, dengan perlahan Jimin membuka matanya dan saat itu juga dia terkejut ketika mendapati Cui yang menangis. Dengan berat hati Jimin melepaskan ciumannya "mengapa menangis, kau takut padaku?" Tanya Jimin sembari membuka tali lain yang mengikat tangan Cui.

"Tidak usah takut aku tidak berniat jahat padamu." Ucap Jimin dan menghapus air mata Cui. "M—Mengapa kau menculik ku?" Ucap Cui terbata bata dengan isakan tangis, siapapun diposisinya akan merasakan hal yang sama. Tidak tahu masalah atau apa yang terjadi tiba tiba dibawa begitu saja dan diperlakukan seperti ini dengan orang yang tidak dikenal. "Sudah kukatakan tadi aku tertarik padamu, aku ingin dirimu, aku ingin engkau tinggal bersamaku bahkan tidur bersamaku. Aku yang akan membiayai kehidupan mu." Ucap Jimin sembari menuntun tangan Cui melingkar manis pada lehernya lalu tangannya memeluk pinggang ramping Cui erat, memberikan kesan romantis diantara keduanya.

"Aku tidak mau tinggal denganmu, aku tinggal dengan ibu dan saudaraku, mereka juga mampu membiayai ku." Ucap Cui dengan sesenggukan menyelimuti dirinya. "Aku tidak suka penolakan, kau masih ingin melihat ibu dan saudara mu bukan?" Cui membeku mendengar perkataan Jimin mengerti kemana arah pembicaraan Jimin. "A—Aku tidak mau Jimin... hiks aku ingin hidup dengan ibu dan saudara ku mengapa kau mengancam ku." Cui menangis "aku tidak memiliki masalah denganmu tolong lepaskan aku." Ucapnya dibarengi air mata.

Silent and SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang