"Kau sudah mandi?" Tanya Jimin dari balik sambungan telfon mereka.
"Sudah." Singkat Cui.
"Pantas saja wanginya sampai kemari." Cui berdecih kesal menanggapi nya meskipun perutnya sedikit berbunga walaupun hanya gombalan kecil seperti itu.
"Ingin menitip sesuatu?Aku ingin pulang."
"Aku ingin kimbab boleh?"
"Tentu boleh, apa yang tidak untukmu."
Wajah Cui memerah mendengarnya "Surat Perusahaanmu saja tidak kau beri padaku." Canda Cui, terdengar tidak ada jawaban dari Jimin. "Jadi bagaimana mengapa tidak ada jawaban darimu." Tanya Cui menahan tawa.
"Jika surat Perusahaan sebenarnya boleh, tapi harus jadi istriku dulu. Bagaimana?"
"Kalau aku tidak mau bagaimana?" Tanya Cui kembali.
"Tidak apa apa nanti juga jadi istri ku." Ucap Jimin membuat Cui tidak sadar terkekeh.
"Yasudah sudah aku ingin mengerjakan skripsi ku, nanti berbicara dengan mu tidak ada habis habisnya." Omel Cui.
"Iya...belajar yang baik ya manisku."
Cui langsung mematikan sambungan telepon mereka dan melemparkan ponselnya kesembarangan tempat. "Jimin!" Teriaknya sembari menghentakkan hentakan kakinya gemas, perutnya seperti dipenuhi kupu kupu. Apa mungkin karena dia terlalu lama tidak diperlakukan seperti ini oleh pria, Cui benar benar sangat mudah terbawa perasaan. Perlahan Jimin mulai menunjukkan sikap yang manis, romantis dan penuh kejutan walaupun Cui belum terlalu mengetahui sikap sikap asli Jimin tetapi kebencian nya perlahan memudar. Ditambah Jimin mulai mengijinkannya berbicara dengan ibu dan saudara laki lakinya.
Cui bangkit dari tempat duduknya di balkon dan masuk kekamar, Cui menatap jam yang sudah menunjukkan pukul delapan malam. "Memangnya isi nya apa sih, sampai sampai Jimin selalu menutup nutupi laci ini padaku." Ucap Cui menatap penasaran laci dibawah televisi yang menyala. Dengan perlahan Cui membuka laci itu ketika terbuka alangkah terkejutnya Cui ketika mengetahui isi didalamnya. Terdapat beberapa jenis obat obatan yang tersimpan disana "obat penenang?" Suara Cui bergetar melihat banyak sekali obat penenang dilaci itu. "Apa Jimin mengidap penyakit sesuatu?" Monolog Cui, pantas saja setiap pagi Cui melihat Jimin diam diam menegak sesuatu sembari membelakangi nya. Saat ingin bertanya Jimin malah menghiraukannya atau terkadang langsung terbawa emosi jika lebih dari dua kali pertanyaan.
Butuh waktu untuk mengenali seseorang.
"Cui?"
Dengan cepat Cui menutup laci itu ketika mendengar suara yang memanggil nya. "Kau sudah pulang?" Tanya Cui dengan sedikit gugup kepada Jimin. "Mengapa cepat sekali?" Tanya nya lagi. "Sebenarnya aku sudah dijalan tadi saat aku menelfon mu, kau sedang apa?" Ucap Jimin curiga melihat gerak gerik Cui yang seperti menyembunyikan sesuatu.
Sial, laci yang dibuka oleh Cui sebelumnya tidak tertutup sempurna karena sangat susah, mau tidak mau Cui harus menutupinya. "Ah, Tidak. Aku sedang tidak apa apa." Ucap Cui dan mengulungkan tangannya pada leher Jimin untuk mengalihkan perhatian pria itu. "Kau sedang apa?" Tanya Jimin masih penasaran karena gerak gerik Cui. "Aku sedang memelukmu ingin mencium mu tapi aku kesusahan karena kau tidak menunduk." Senyum Jimin langsung muncul dia langsung memeluk pinggang Cui dan menggendong wanita itu, refleks Cui langsung melingkar kan kakinya pada pinggang Jimin. Tidak ingin Jimin curiga karena dia juga takut ketahuan oleh Jimin.
Cui menahan rahang Jimin yang Mainly dan menempelkan bibirnya pada bibir plum Jimin, saling mengecup dan menyesap satu sama lain. Suara decapan ciuman mereka terdengar seisi kamar. Dengan hati hati Jimin berjalan kearah ranjang dan menidurkan Cui dengan perlahan tanpa melepas pangutan bibir mereka. Jimin menyesap bibir Cui dengan sedikit rakus dan posesif membuat Cui susah mengimbangi ciuman mereka. Dorongan dan pukulan dari Cui dengan terpaksa Jimin harus melepaskan Ciuman mereka. "Kau cantik sekali." Ucap Jimin terpukau melihat pahatan wajah Cui yang menyihir dirinya. "Aku tidak mau jauh jauh darimu." Ucap Jimin sembari memeluk pinggang ramping Cui dan menyusupkan kepalanya pada leher jenjang Cui kembali mencium dan menghirup aroma tubuh Cui yang sangat memabukkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent and Secret
Fanfiction"Diam dan Rahasiakan." Suara dari wajah manis Jimin menggelora ditelinga Cui, setelahnya pria itu mengecup telinga Cui membuat wanita cantik itu bergetar dan mematung seketika. Story by IceEca Start: February 2022 About: Mature story appreciate and...