eight

275 21 3
                                    

Aneh

Kalimat yang selalu muncul dibenak Cui, bisa bisa nya pria itu mengamuk sewaktu waktu lalu dapat berubah lembut dalam waktu sedetik. Perlahan tapi pasti sedikit demi sedikit Cui mulai mendapati sifat Jimin. Tapi sifatnya itu membuat Cui bingung dan sedikit takut. Bayangkan tiba tiba pria itu berbuat yang aneh aneh padanya. "Aku tidak seburuk dipikiran mu." Ucap Jimin yang tiba tiba datang menghampiri nya sehingga lamunan Cui bubar. "Eh, kamu sudah pulang." Ucap Cui  dan heran seolah Jimin tahu isi pikiran nya. "Yah, aku sehabis dari rumah sakit sepulang dari rapat sore tadi." Ucap Jimin santai dan meletakkan sesuatu dilaci dekat tempat tidur tepat disamping bantal Jimin. Cui hanya melihat dan tentu saja bingung Jimin meletakkan apa disana. "Itu ap-"

"Obatku." Balas Jimin dan melepas jas kemudian kemejanya. Cui sangat penasaran sebenarnya bagaimana, mengapa, dan apa sebenarnya yang terjadi pada Jimin tetapi disatu disisi dia sadar bahwa dia bukan siapa siapa bagi Jimin. Kini tubuh bagian atas Jimin sudah polos menampilkan tubuh atletisnya dengan tato nevermind ciri khasnya. "Kemarilah." Ucap Jimin mengarahkan Cui untuk duduk disampingnya, tak menolak Cui menghampiri Jimin dan duduk disamping nya. Jimin menghela nafas panjang "Aku hanya pria lemah." Ucapnya membuat Cui tentu tidak percaya melihat sifat Jimin yang begitu dingin dan tegas seperti diceritakan oleh beberapa karyawan dikantor padanya. "Maksudmu?" Tanya Cui heran.

"Aku didiagnosa terkena panic attack hanya karena kejadian beberapa tahun yang lalu." Cui mengerutkan keningnya dan semakin ingin tahu maksud Jimin. "Dulu aku memiliki kekasih yang sangat kucintai." Perkataan yang membuat jantung Cui seakan berhenti sejenak. "Aku terlalu bodoh sampai aku dipermainkan, harta emas aset semua kuberikan, ternyata tujuannya memang mengambil itu semua tanpa mencintai ku." Ucap Jimin dengan sedikit sedih dan kesal mengingat kembali momen itu. "Padahal aku sangat mencintai nya." Sial, seketika Cui merasa sesak mendengarnya, Cui yang tadinya menatap Manik Jimin dalam perlahan mengalihkan tatapannya kearah yang lain, satu sifatnya yang mudah menangis jika bertentangan dengan isi hatinya. Cui mengingat bibir bawahnya yang hendak bergetar dan menahan kelopak matanya dalam diam agar linangan air itu tidak turun.

Suara decitan ranjang menghapus kesunyian sesaat itu menyadari Jimin yang bergerak kekamar mandi hendak membersihkan dirinya. Cui langsung menghapus air matanya dan mengelus dadanya berharap agar hatinya tenang agar air matanya tidak keluar lagi. Kan, benar kata Cui sifat Jimin benar benar aneh terkadang dia sangat romantis, terkadang sangat dingin, kadang suka merayu, kadang suka memuji. Bagaimana Cui harus menghadapi nya, dia juga ingin kejelasan diantara mereka berdua terlalu menyiksa jika Cui harus bertahan dengan Jimin dalam status seperti sekarang. Bagaimana jika ibu dan saudaranya tahu, malu dan kekecewaan akan menghampiri nya. Terlebih Seokjin sangat tidak suka jika Cui memiliki seorang kekasih atau bersama pria disaat masih menempuh studi nya.

Ini sudah hampir empat bulan Cui bersama Jimin dengan berbagai alasan yang diberi kepada ibu dan saudaranya, agar tetap bersama Jimin. Dia yakin Jimin tidak akan melakukan apapun terhadap keluarganya karena Vee meyakinkan nya. Tetapi alasannya memilih lebih lama bersama  Jimin dia juga tidak tahu dan bingung, apa karena sesuatu dari hatinya berbeda sehingga dia mulai nyaman dengan pria brengsek yang menculiknya itu. Lamunan Cui bubar ketika melihat Jimin yang keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk pada pinggangnya, berjalan kembali kearah Cui.

"Kau menangis?" Tanya Jimin menyadari hidung Cui sedikit memerah dan bagian bawah mata Cui yang basah. "Ah, tidak. Aku hanya flu." Ucap Cui, dan bangkit hendak keluar dari kamar tetapi ditahan oleh Jimin. "Kau kenapa?" Tanya Jimin dan menyentuh permukaan wajah Cui meyakinkan bahwa Cui benar benar habis selesai menangis. "Tidak apa apa Jimin, aku ingin kedapur sebentar." Ucap Cui melepaskan tangan Jimin dari permukaan wajah nya. "Dimana pakaian ku?" Tanya Jimin, Cui menghiraukan perkataan Jimin dan lebih memilih keluar dari kamar.

***

Cui duduk dipinggir kolam dengan kedua kakinya yang sengaja dimasukkan kedalam air. "Padahal aku sangat mencintai nya." Kata kata yang mengingatnya membuat hati Cui sakit. "Apa dia masih memiliki perasaan pada wanita itu?" Gumam Cui. "Lalu buat apa aku disini." Gumamnya kembali, "malu sekali jika aku hanya pelariannya." Kekeh Cui dan tertawa renyah membayangkan jika itu benar.
"Kau tidak kedinginan." Lagi lagi Jimin muncul dari belakang Cui dan duduk disamping Cui dan ikut merendam kakinya. "Aku ingin berenang." Ucap Cui, membuat Jimin mengerutkan keningnya. Berenang dengan pakaian dress tidur satin yang benar saja didalam benak Jimin. "Maks-" belum selesai berbicara, Cui lebih dulu menyebur kedalam air, sedikit berenang dan bangkit dari air menyapu rambutnya yang berantakan karena terkena air.

Dengan dress yang sudah basah, ditambah terlihat dua butir seperti bola yang sangat kecil menonjol dari area dada Cui membuat pandangan Jimin tidak bisa dialihkan. Ditambah dress yang sudah basah itu sedikit menurun menampilkan sedikit tampilan bentukan asli dua buah itu. Cui yang merasa diamati hanya diam dan kembali berenang kearah tepi tetapi berbeda dengan posisi Jimin. Bodoh, dekat dengan Jimin membuatnya ingin menangis mau tidak mau dia harus berenang agar air matanya tidak terlihat. Baru saja ingin berbalik, tiba tiba seseorang memeluk perutnya dari belakang. Sial, Jimin datang. "Kau sudah mandi." Dingin Cui, Jimin malah semakin mengeratkan pelukannya pada perut Cui dan mencium aroma leher Cui. "Mandi kedua kali bukan ide yang buruk." Ucapnya sembari mengecup leher Cui jangan lupakan tangannya yang sudah mulai meremas satu gumpalan daging yang sedari tadi ingin disentuh nya. Cui meng nggit bibir bawahnya menahan desahannya. Sebenarnya dia juga sangat ingin disentuh oleh Jimin. "Aku ingin berenang Jim, lepaskan lah." Ucap Cui berusaha melepaskan pelukan Jimin. "Katakan padaku apa salahku." Ucap Jimin dan membawa tubuh Cui kembali ke tepi kolam. Cui hanya diam. "Kau akan menyesal jika tidak mengatakan nya." Ucap Jimin sensual, "ngh" desah Cui keluar ketika tangan Jimin yang memeluknya dari belakang mengelus permukaan miliknya, Sial Cui benar benar menginginkan Jimin saat ini. Lagi lagi Cui mengingat bibir bawahnya saat Jimin memainkan puting miliknya dan satu tangannya mengelus kembali miliknya.

"Tidak ingin memberitahu nya sayang?" Ucap Jimin sensual. Cui tetap diam dan meremas kuat tangan Jimin yang semakin gencar. "Akh." Desah Cui muncul ketika Jimin memasukkan satu jarinya kedalam nya, senyuman lebar muncul dari sudut bibir Jimin. "Katakan padaku apa salahku, jika kau ingin kenikmatan itu." Ucap Jimin sembari mencium bawah telinga Cui.

"S-siapa wanita itu." Ucap Cui terbata bata karena Jimin memainkan jarinya itu didalamnya. "Hanya masa laluku." Singkat Jimin "apalagi?" Tanya Jimin. "Kau masih menc- mhh!" belum selesai bertanya, Jimin menambah satu jarinya membuat tubuh Cui terengah ini gila. "Jika aku masih mencintai nya tidak mungkin aku bercinta denganmu." Ucap Jimin dengan sedikit tawa dan nada sensual yang serius. "Kan aku hanya wanita pe-" belum selesai berbicara Jimin lebih dulu membalikkan tubuh Cui dan langsung meraup bibir wanita itu, semakin mempercepat gerakan tangannya membuat tubuh Cui bergerak tak karuan. Jimin menyesap setiap bibir Cui tidak peduli jika desahan Cui terdengar satu rumahnya itu atau bahkan dilihat oleh pelayan dirumahnya. Jimin melepaskan Ciumannya menatap dalam Cui yang lemas karena baru saja mendapatkan keluaran pertama nya.  Jimin kembali meraih pinggang Cui dan mengecup bibir Cui. "Kau wanitaku, kekasihku , persetan dengan mantan atau apapun itu. Semua sudah berlalu, aku hanya menginginkan mu." Ucap Jimin yang seketika membuat Cui hendak melayang, baru saja diberi kenikmatan dan kembali dibuat melayang.

Tiba tiba Jimin mengangkat tubuh Cui keluar dari kolam. "Kau harus bertanggung jawab telah menyiksaku dari tadi." Bisik Jimin dan membawa Cui masuk kedalam rumah dengan keadaan basah.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Silent and SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang