Four [M]

961 84 18
                                    

Cui duduk dikursi ditaman kampus seorang diri dengan dengan sepasang earphone terpasang dikedua telinganya. Sesekali Cui memandang heels yang dipakainya entah mengapa belakangan ini dia sangat suka memakai barang yang dibeli kan Jimin padanya, walaupun dia masih sangat benci kepada Jimin tetapi pria itu seolah mengerti seleranya. Cui mempoutkan bibirnya menatap beberapa orang dikawasan kampus yang berpergian menggunakan mobil, sebenarnya dia sangat ingin mengendarai mobil tapi bagaimanapun dia mengingat janjinya kepada saudara laki lakinya bahwa dia tidak akan menyetir.

"Tapi jika itu mobilku pribadi apa Oppa marah padaku?" Tanya Cui pada dirinya sendiri.

Cui berpikir sejenak dan akhirnya bergegas bangkit dari tempat duduknya lalu langsung menuju ke parkiran. "Antar saya kekantor Jimin pak." Ucap Cui pada supir pribadi suruhan Jimin untuknya.

Dengan hanya bermodel pakaian crop hitam dan rok yang pendek Cui datang menghampiri Jimin tanpa berganti pakaian terlebih dahulu. Cui merapikan sedikit riasan wajahnya saat mobil berjalan, hampir dua puluh menit Cui duduk manis dimobil mewah yang Jimin sediakan untuknya dan akhirnya sampai. Cui turun dari mobil itu ketika pintunya otomatis terbuka, dengan langkah yang anggun dan percaya diri Cui langsung masuk ke kantor megah dan mewah milik Jimin. Banyak karyawan disana menatap Cui dengan tatapan bingung, tanpa banyak tingkah Cui langsung menuju ke lift untuk keruangan Jimin tanpa ada yang menghalangi Cui sampai dilantai khusus ruangan Jimin dan sang Sekretaris dengan aman.

Cui langsung menuju ke pintu ruangan Jimin lalu mengetuk nya, mendengar ijin dari Jimin, Cui langsung membuka pintu ruangan itu.

"Jimin.." rengek Cui menghampiri Jimin.

Pria itu yang tadinya sedang menikmati kopi hangatnya terkejut dan keheranan luar biasa mendapati Cui yang tiba tiba datang. "Ada apa Ops." Pekik Jimin ketika Cui tiba tiba duduk dipangkuan dengan posisi menyamping. "Jimin.." rengekannya lagi lagi yang sedikit dilebih lebihkan. "Ada apa?. Mengapa kau datang kemari?" Tanya Jimin penasaran.

"Aku ingin mobil baru." Rengek nya dan mempoutkan bibirnya membuat Jimin gemas sendiri melihatnya. "Aku punya banyak mobil yang bervariasi di Garasi rumah, kau bebas memakai yang mana." Ucap Jimin dan mencubit lembut pipi Cui. "Tapi aku ingin mobil yang baru tidak mau mobilmu." Entahlah Jimin juga tidak tahu bagaimana dirinya saat ini tidak ada sedikitpun perasaan ingin menolak permintaan Cui. "Baiklah apa yang tidak untukmu." Senyuman lebar terbit disudut bibir Cui. "Tapi dengan satu syarat.." ucap Jimin dengan senyuman genit membuat Cui langsung mengerti.

"Apa?" Tanya Cui.

"Aku ingin menyusu." Ucap Jimin dengan mata yang menggelora menatap dada Cui yang diduganya bentuknya pasti sangat padat. "Kau sudah minum kopi Jimin ish tidak enak jika minum susu lagi." Jimin malah tertawa dan menggendong tubuh Cui lalu menghempaskan semua berkas berkas kerja dimeja kerjanya lalu mendudukkan tubuh wanita itu disana. "Tapi kalau aku mau susu mu bagaimana?" Ucap Jimin dengan intens membuat Cui gugup. "Aku sudah mau membelinya mobil bagus lho?" Wajah Cui semakin memerah dibuat oleh Jimin, sebenarnya dia mau tetapi sangat gengsi. "Dimana sikapmu yang menggoda seperti semalam?" Ucap Jimin mengingat sikap Cui yang diluar dugaannya kemarin malam.

Cui diam dan memberanikan menatap kembali mata Jimin "Boleh, tapi jika nanti sore mobilnya sudah sampai didepan rumah." Tanpa berpikir panjang Jimin megangguk dan mendapat persetujuan dari Cui.

Tanpa berlama lama Jimin langsung mengarahkan tangannya kearah dada Cui yang selama ini ingin selalu disentuh olehnya, Jimin meremas dengan sangat telaten membuat Cui sedikit keenakan. Dengan tangan yang masih meremas kedua buah dada Cui Jimin menempelkan bibirnya pada leher Cui dan menyesap kulit leher Cui. "Jim.." lirih Cui dan meremas bahu Jimin, untuk pertama kalinya dirinya dijamah oleh pria dan yang melakukan itu adalah Jimin sendiri, pria yang belum diketahuinya bagaimana sikap dan karakter aslinya. Tetapi, walaupun dibalik kelicikan Jimin yang menculiknya dengan latar belakang yang tidak jelas Cui mulai menerima Jimin meskipun kebenciannya masih terpupuk.

Silent and SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang