Jimin keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggang nya dan keadaan rambut yang basah juga tubuh yang belum sepenuhnya kering di lap. Jimin meraih ponselnya yang sedari tadi berbunyi menandakan panggilan masuk, saat Jimin membuka ponselnya ada lima panggilan tidak terjawab dari Vee. Jimin membuka pesan yang dikirim Vee kepadanya, Jimin langsung berdecih dan meletakkan kembali ponselnya diatas laci.
"Cui?" Panggil Jimin tidak melihat adanya Cui dikamar. "Ya." Sahut Cui keluar dari walk in closet, Jimin hanya menghembuskan nafasnya sabar melihat pakaian malam Cui yang begitu menggiur. Wanita itu hanya mengenakan dress tidur berbahan satin yang memiliki sedikit renda pada kedua sisi bahu dan dadanya, terlebih dress malam itu berwarna merah ditambah terlihat dua benjolan kecil yang diyakini Jimin Cui tidak mengenakan bra didalamnya. "Kau sedang apa?" Tanya Jimin, sedangkan Cui hanya diam menatap perut Jimin yang begitu menggoda ditambah masih terdapat air yang mengalir pada perut kotak kotak Jimin itu. "Cui? Kau sedang apa mengapa tadi tidak mengangkat telfon diponselku." Cui hanya tersenyum sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Aku tidak mendengar nya Jimin, aku sedang memakai lotion tadi jadi aku tidak tahu." Ujar Cui.
"Coba aku cium dulu wangi tubuh mu jika memang kau memakai lotion." Cui memekik ketika Jimin tiba tiba mengangkat tubuhnya mengecupi leher dan bahunya. "Aku suka wanginya so sweet and expensive." Ucap Jimin lalu duduk dipinggir ranjang dan memangku Cui yang duduk menyamping dipahanya. "Siapa yang menelfon?" Tanya Cui penasaran. "Sekretarisku Vee." Cui terkagum melihat Jimin yang menyibak rambutnya kebelakang sehingga buliran air kembali turun menjelajahi tubuh bagian atas Jimin yang tidak tertutup apapun. Ayolah pikiran Cui sudah melayang jauh saat ini juga. "Ada apa? Mengapa menatapku seperti itu?" Tanya Jimin sembari meletakkan tangannya yang dingin pada pinggang ramping Cui sehingga membuat Cui terkejut. "Tidak ada." Singkat Cui dan menggigit bibir bawahnya pelan ketika tangan Jimin mulai turun sehingga meremas bokongnya.
"Aku sangat sedih dan tidak rela meninggalkan mu sendirian." Ucap Jimin membuat Cui menatapnya penasaran. "Besok aku harus kebusan karena aku harus mengurus sesuatu." Raut wajah Cui langsung berubah bagaimana tidak disaat dia sudah mulai nyaman dengan Jimin ada selalu halangan. Padahal besok Cui ingin mengajak Jimin ketoko butik ibunya dan memberi Jimin hadiah special. "Lama?" Tanya Cui dengan nada tidak ikhlas. "Belum tahu, Vee juga baru mendapat informasi itu dan langsung mengabariku." Cui mendapat satu pelajaran lagi Jimin sering sekali keluar kota karena urusan pekerjaan, terkadang Cui khawatir melihat Jimin yang begitu pekerja keras dan sangat jarang memperhatikan kesehatannya. "Jimin, boleh aku ikut?" Jimin tersenyum dan mengelus kepala Cui dengan kelembutan.
"Aku mengurus pekerjaan Cui, nanti kau akan bosan disana." Ucap Jimin. "Tapi ibu dan Oppaku juga di Busan aku sangat merindukan mereka." Ucap Cui menunduk meremas ujung dress malamnya takut Jimin marah. Jimin terdiam merasa bersalah karena terlalu egois terhadap Cui, dia baru menyadari itu sekarang. "Baiklah, kau boleh ikut." Ucap Jimin dan mengangkat dagu Cui agar menatapnya. "Asalkan saat di Busan nanti kau tidak berulah." Ucap Jimin membuat Cui tersenyum "Takutnya kau yang berulah." Ucap Cui memberanikan diri mengelus perut kotak kotak Jimin yang sedari dulu ingin disentuh olehnya, sontak Jimin terkejut atas ulah Jimin. "Tidak, aku anak yang baik." Ucap Jimin menahan tangan Cui yang mengelus elus perutnya, bisa saja libidonya naik karena sentuhan Cui. "Yakin?" Jimin mengangguk "Anak baik tidak mungkin ke club dan menyentuhi wanita lain." Ucap Cui mengingat awal tempo pertemuan mereka.
Jimin tertawa dan mengeratkan pelukannya pada pinggang Cui. "Diam dan Rahasiakan." Bisik Jimin secara sensual pada telinga Cui membuat tubuh Cui sedetik kemudian langsung merinding dan bergetar. Jimin tersenyum melihat reaksi Cui "Saat itu aku sedang kehilangan sadar jadi aku tidak sengaja." Cui berdecih dan memutar bola matanya muak mendengar pengelakan Jimin. "Jangan putar bola matamu seperti itu aku tidak suka." Protes Jimin tidak suka ekspresi Cui. "Ya terserah ku." Ucap Cui dan hendak bangkit tetapi pahanya ditahan oleh Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent and Secret
Fanfiction"Diam dan Rahasiakan." Suara dari wajah manis Jimin menggelora ditelinga Cui, setelahnya pria itu mengecup telinga Cui membuat wanita cantik itu bergetar dan mematung seketika. Story by IceEca Start: February 2022 About: Mature story appreciate and...