10. Spesial : Aku mencintai penculikku

581 56 5
                                    

Seorang pemuda bersurai pirang tengah sibuk berkutat dengan laptopnya, jari itu terus memencet satu-persatu tombol agar pekerjaannya selesai. Malam ini agak berbeda dari biasanya, sebisa mungkin Kisaki tidak menghiraukan orang lain yang ada di ruang kerjanya. Setelah pulang dari rumah sakit, Hanma datang ke kantornya tanpa memberi kabar, bahkan rela sampai menunggu larut malam seperti ini.

"Kisaki ayo pulang" ajaknya pada si bos yang terus sibuk dengan dunianya.

"Kau pulang saja dulu, masih ada beberapa pekerjaan yang harus ku urus" balasan dari Kisaki membuatnya tidak senang.

"Ini sudah larut, kita harus segera pulang" bujuknya lagi.

"Kita tidak satu rumah seperti dulu, aku tidak punya waktu untuk berdebat. Pulanglah, tubuhmu perlu istirahat" Kisaki menghela napas kasar, Hanma Shuji tetaplah Hanma Shuji. Keduanya sama-sama orang yang menjengkelkan.

"Benar juga, ini berbeda seperti 18 tahun yang lalu. Kalau begitu aku akan menunggu supaya bisa mengantarmu pulang" Hanma merogoh saku, mengeluarkan rokok yang ada di dalamnya. Untungnya tubuh ini masih memiliki kebiasaan yang sama.

Melihat Hanma ingin merokok, Kisaki menghampiri pria yang tengah duduk santai di sofa. Saat batang rokok akan di masukkan ke mulut, si iris keabuan merampasnya.

"Jangan merokok di ruanganku" ujarnya dengan wajah datar.

Kisaki menekan ujung rokok yang menyala pada asbak di meja, dirinya tidak suka benda itu apalagi ketika Hanma menghisapnya. Saat ingin kembali ke meja kerja, Hanma menahan lengannya. Pria itu tersenyum sambil menyodorkan kaleng bir.

"Istirahat dulu"

Hanma bergeser agar Kisaki mau duduk di samping. Dia sengaja melakukan hal tadi karena ingin melihat reaksi sang bos, ternyata setelah dewasa Kisaki masih tetap seperti Kisaki yang dia kenal dulu.

"Ada yang ingin ku tanyakan padamu" lanjut Hanma.

Mata abu itu memicing, setelah berpikir sejenak akhirnya Kisaki mengambil kaleng bir di tangan Hanma kemudian duduk sembari menyesap minuman berkadar alkohol tersebut.

"Kenapa kau tidak melupakanku? Bukahkah seharusnya tidak ada yang mengingatku di tubuh asli yang dulu?" sejujurnya Hanma sangat penasaran dengan jawaban ini, yang dia tau hidupnya tidak akan di ingat oleh siapapun.

Ingatan tentang dirinya yang dulu harusnya musnah karena dia sudah mengubah masa depan. Tidak ada lagi Hanma Shuji yang asli, hanya Hanma Shuji yang hidup tanpa tau hubungan apapun antara dirinya dengan Kisaki.

"Semua orang memang melupakanmu, mereka hanya mengingat satu Hanma" Kisaki meletakkan birnya di meja, begitu juga kacamatanya.

"Tapi tidak untukku dan Kazutora, kami masih bisa terus mengingat orang yang pernah kembali ke masa lalu untuk melakukan hal bodoh" ia menatap Hanma di sampingnya, wajah itu seperti menahan rasa kesal.

"Lalu apa yang terjadi diantara kalian? Kenapa aku bisa terbangun di tubuh ini?"

"Perusahaan yang ku ajak kerja sama berusaha membunuhku untuk mendapatkan keuntungan. Salah satu dari mereka menembakkan peluru panas ke arahku saat rapat mulai kacau. Tapi di waktu itu juga Hanma melindungiku dengan tubuhnya, sama seperti kejadian 18 tahun lalu" di kepalanya terlintas kembali kejadian serupa ketika kedua Hanma melindunginya.

"Jadi kematiannya mirip denganku"

Takdir memang tak bisa di tentang, Hanma telah memilih cara kematiannya sendiri, bahkan itu berpengaruh pada tubuh lainnya.

"Dia berhenti bernapas di pelukanku, bahkan senyumannya masih membekas di kepala. Tapi suatu keajaiban datang, Hanma terbatuk saat aku menangis"

"Dan saat itu juga, aku bertukar tempat dengannya..." tabakan itu tidak di balas Kisaki, dia masih terus menundukkan wajahnya.

Stockholm Syndrome [HanKisa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang