Darah segar menyiprat ke wajah Hanma kala ia menancapkan kapak ke tubuh seorang pria yang telah terkulai lemas di bawahnya. Bau anyir menyeruak di ruangan tersebut, banyak mayat tergeletak di lantai. Salah satu persembunyian Kiyomasa lagi-lagi ia datangi untuk menyelesaikan tujuannya, namun sang bos tetap tidak ada di sana.
"Aku tanya sekali lagi, di mana bos brengsekmu?" satu antek Kiyomasa yang tersisa, tubuhnya sudah penuh luka lebam karena pukulan Hanma tentunya.
"A-aku tidak tau" dengan penuh rasa takut ia menjawab, tubuhnya ia seret mundur saat Hanma berjalan mendekat ke arahnya.
"Cari mati rupanya"
Karena kesal tidak mendapat jawaban setelah mengancam seluruh bawahan di sana, ia mengambil pistol yang ada dilantai. Melepaskan peluru panas itu tepat di kepala pria yang sekarat di depannya, kemudian mencampakkan pistol tersebut.
"ARGHH"
Hanma berteriak kesal, sudah berkali-kali ia gagal menemukan Kiyomasa. Semua orang yang berhubungan dengan insiden dirinya dan Kisaki juga sudah ia bunuh, tapi tetap saja ia tidak bisa menemukan akar dari permasalahan. Waktunya semakin sedikit, bagaimanapun caranya Hanma harus menemukan Kiyomasa sebelum ia pergi dari dunia ini.
Rasa sakit lagi-lagi muncul dikepala Hanma, pria itu memijat pelipisnya pelan. Cairan merah menempel di lengannya ketika ia mengusap hidung.
"Aku terlalu banyak menggunakan tenaga"
.
.
.
Kisaki melepas syal hitamnya, melipat dan meletakkannya di meja dengan penuh hati-hati. Sebulan yang lalu Hanma memberikannya sebagai hadiah natal, dia tidak menyangka Hanma akan memberikannya hadiah. Di tahun kemarin karena terlalu sibuk mengurus sekolahnya, mereka melupakan hadiah atau semacamnya. Pada akhirnya Kisaki bisa memakainya hari ini, dia ingin sekali memakai barang berharga itu saat menghabiskan waktu bersama Hanma.
"Shuji lama sekali" anak itu menyandarkan kepalanya di meja, sudah hampir dua jam ia menunggu Hanma yang tak kunjung datang.
Hari ini Hanma bilang ingin mengajaknya jalan-jalan, namun di tengah perjalanan tiba-tiba pemuda itu mendapat telpon. Hanma memesankan beberapa makanan dan menyuruh bocah itu menunggu di cafe, katanya jangan kemana-mana sebelum dia kembali.
"Tetta" suara berat yang Kisaki kenali terdengar di belakangnya, bibir kecil itu tersenyum ketika ia berbalik.
"Ayo kita pergi"
Kisaki mengerutkan alisnya, pakaian Hanma terlihat berbeda dari sebelumnya. Setelan coat mewah dan kaos turtleneck hitam kini ia kenakan. Seingat Kisaki, Hanma juga tidak mengenakan celana berwarna terang seperti itu.
"Kenapa bajumu berbeda?" tanya bocah itu penasaran.
"Ah, tadi di kantor ada yang tidak sengaja menumpahkan kopinya di bajuku. Jadi aku harus menggantinya" tutur Hanma bohong, jelas dia tidak bisa memakai baju yang telah bersimbah darah. Bisa-bisa polisi akan menangkapnya dan itu hanya akan membuat Kisaki syok.
"Baju itu terlihat baru dan mahal" habis sudah Hanma, pertanyaan Kisaki tidak ada habisnya membingungkan dirinya untuk menjawab.
"Kenapa tidak pakai baju yang ada di kantor?"
Yang Kisaki tau Hanma sering membawa baju lain ke apartemen saat ia pulang dari kantor, Hanma berbohong soal baju yang ada di kantornya. Tentu saja dia selalu membeli baju baru atau memakai hoodie kesayangannya untuk menggantikan baju yang penuh noda darah, baju-baju sebelumnya memang ada di kantor sebagai bukti. Soal urusan membersihkan Hanma menyuruh bawahannya untuk itu, tapi tidak satupun baju yang di izinkan kembali ke apartemennya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stockholm Syndrome [HanKisa]
Fiksi Penggemar[Tamat] Perjalan hidup pemuda bernama Hanma Shuji yang menculik bocah berumur 6 tahun. Tinggal di sebuah rumah bersama seorang nenek dan merawat Kisaki di sana. Dengan waktu yang tidak ketahui, Hanma berusaha menyelamatkan bocah itu dari masa lalu...