2. Ketulusan si brandalan

545 89 19
                                    

Beberapa hari ini Hanma tak pulang ke rumah, itu membuat Kisaki cemas. Biasanya pria itu akan datang ke kamar Kisaki dan menanyakan apa yang dia inginkan. Namun beberapa hari belakangan Hanma tak muncul, Kisaki takut sesuatu terjadi padanya. Nenek bilang tidak perlu mencemaskan pria tinggi itu, tapi tetap saja hati tidak bisa berbohong.

Kakinya ia ayunkan di udara, Kisaki sedang duduk di bangku taman mencari ketenangan.

"Aku rindu Shuji" bocah itu bergumam.

Kisaki akui Hanma itu pria yang aneh yang menyeramkan dan menjengkelkan. Tapi dia adalah orang pertama yang sangat menyayanginya, perlakuan lembut dari Hanma membuat Kisaki nyaman. Mengatakan dirinya penculik dengan alasan yang tidak jelas, menciptakan rasa penasaran yang tidak pernah hilang dari benak si bocah.

Sebelum ia tinggal bersama Hanma dan nenek, hidup Kisaki tidak ada kata tenang. Orang tuanya selalu memaksa Kisaki melakuan hal yang tidak dia sukai, tidak jarang juga tubuh rapuh itu mendapatkan memar keunguan. Ayahnya sangat tegas pada sang anak, ia bahkan tak segan-segan menyuruh Kisaki melakukan hal kotor dan mengotori kepolosan anak itu. Namun setelah Hanma menculiknya, Kisaki lebih tau bagaimana rasanya hidup dalam kenyamanan.

"Kisaki Tetta" suara yang sangat Kisaki kenal mengalihkan atensinya pada orang yang berdiri di hadapannya.

Tubuh kecil itu seketika gemetar, ia meremat kuat tasnya. Seseorang yang berdiri di hadapannya adalah sang ayah, Kiyomizu Masataka.

Merasakan bahaya di hadapannya, Kisaki turun dari bangku taman. Keberuntungan tidak berpihak padanya kali ini, rambut hitamnya di jambak sebelum ia sempat untuk lari.

"Mau kemana?" suara berat si ayah sangat mengganggu pendengaran Kisaki, ada rasa trauma kala ia mendengar suara itu.

"Ayah... Sakit" tangan kecil Kisaki memegang lengan yang menjambaknya.

"Mau pergi dariku seperti si jalang itu?"

Kisaki sangat takut sekarang, dirinya tidak bisa melawan. Orang yang paling ia butuhkan juga tidak ada, Kisaki hanya bisa pasrah saat sang ayah menariknya untuk pulang.

"Bawa anak sialan ini pulang" tubuhnya di berikan pada bodyguard yang ada di belakang Kiyomasa.

"Kalian pulanglah terlebih dahulu, aku masih ada urusan" pria berpakaian rapi itu meninggalkan tiga orang di sana.

Tidak tinggal diam saat sang ayah pergi, Kisaki mengigit tangan yang memegang tubuhnya kemudian berlari sekencang mungkin. Tubuhnya yang kecil membuat Kisaki memilih jalan rumit agar para bawahan ayahnya tidak dapat menangkap dirinya. Tanpa sadar jalan yang di lalui, kakinya berlari ke arah gedung tua yang sudah terbengkalai. Bukannya ke tempat yang lebih ramai, Kisaki tanpa sengaja malah ke tempat yang sepi akibat rasa paniknya.

Anak itu bersembunyi di belakang sofa tua yang ada di dalam gedung, menahan napasnya sebisa mungkin agar tidak ketauan. Lembab, sunyi, dan gelap, menambah rasa takut dalam diri Kisaki. Air matanya mengalir, tubuh kecil itu gemetar. Ia tidak mau pulang, dia tidak ingin kembali ke rumah yang sebenarnya adalah neraka untuknya.

"Shuji" suara Kisaki gemetar menyebutkan nama orang yang paling ingin dia temui sekarang.

Beberapa kali tubuhnya tersentak saat telinganya menangkap suara yang amat gaduh dari kejauhan. Tembakan pistol juga dapat Kisaki dengar, ia menutup telinga rapat-rapat menggunakan telapak tangannya. Apa ada orang lain di daerah ini yang menginginkan dirinya selain bawahan si ayah?

Tidak lama kemudian, situasi menjadi hening. Kisaki tidak mendengar apapun lagi, bahkan suara teriakan atau tembakan sama sekali tak terdengar. Tiba-tiba derap langkah mendekat ke arahnya, Kisaki berteriak memohon dalam hati saat suaranya semakin dekat.

Stockholm Syndrome [HanKisa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang