02.] Berjumpa

2K 473 219
                                    


[JANGAN LUPA VOTE DAN COMENT YA GAES, KARENA VOTE SANGAT BERHARGA BAGI AUTHOR]

Happy reading gaes!!

•••

“Buruan, enggak usah rapi-rapi lo, alay tau enggak?”

Amar, cowok itu menatap malas Ardi yang sedang menata rambutnya didepan cermin. Sudah lima belas menit Ardi sibuk menata rambutnya, dan belum kunjung selesai, membuat Amar sangat kesal. Pasalnya, malam ini mereka berdua mendapat tugas untuk membeli bahan makanan makan malam.

“Rambut lo berantakan juga cewek-cewek banyak yang klepek-klepek. Enggak usah sok rapiin rambut.” Amar berdiri, mendorong Ardi sehingga Ardi tergeser sedikit dari depan cermin.

“Justru itu, kalo gue rapiin rambut cewek-cewek enggak klepek-klepek sama gue.” Ardi mendorong Amar hingga terjatuh diatas lantai.

“Omong kosong. Penampilan lo rapi atau berantakan juga cewek-cewek pasti lebih milih lo yang notabene nya pangeran palsu.”

“Nyerah nih, bos?” Ardi menatap Amar meledek. “Masa iya cowok asli kalah sama cowok jadi-jadian~” Ardi berjalan meninggalkan Amar sembari bersiul pelan.

“Setan.”

“Pelan-pelan! Kaki lo masih belum sepenuhnya sembuh!” Amar segera mengejar Ardi, tak lupa menutup pintu dan menguncinya.


Amar menaiki sepeda ontel milik ibunya, dan Ardi duduk dibelakang dengan tenang. Dikarenakan motor Ardi yang rusak, dan Ardi belum boleh menggerakkan kaki nya dalam waktu yang lama, Amar pun mengajak Ardi untuk naik sepeda.

“Kertas nya sama lo, 'kan?” tanya Amar yang di angguki Ardi dibelakang.

“Inget! Kalo ada yang nyebut lo pangeran palsu, enggak usah disahutin. Gue enggak mau repot karena fans-fans lo itu.” Amar mulai mengayuh sepedanya. “Kemungkinan fans-fans lo di Surabaya masih nunggu kepulangan lo.”

“Iya... Gue enggak janji.” sahut Ardi cuek seraya membaca bahan-bahan makanan yang harus dibeli.

Di Surabaya, saat sore hari, dekat rumah keluarga Amar, suasana sangat sepi dan menenangkan. Hal yang sangat Ardi rindukan dari Surabaya. Saat Ardi dan Amar melewati beberapa tempat yang membuat Ardi mengingat masa putih-biru dulu, terlebih saat Bima mencoba lebih dekat dengan dirinya.

“Dar.”

“Apa?” Ardi menatap punggung Amar didepannya.

“Makasih.”

“Sama-sama.”

“Woi, diem dulu dong! Biar kayak orang-orang, disaat kayak gini gue ngungkapin isi hati gue!” protes Amar membuat Ardi tertawa.

“Makasih... Lo udah balik lagi ke Surabaya tanpa penyesalan sedikitpun. Maaf, karena keegoisan gue yang enggak mau lo jauh-jauh dari gue, lo harus tinggal berpisah sama keluarga lo.” kata Amar dengan menurunkan kecepatan mengayuhnya. “Makasih udah menuhin keinginan gue untuk pulang ke Surabaya.”

“Enggak usah pede. Gue ngelakuin atas keinginan gue sendiri.”

“Yaa... Intinya, makasih, Dara.”

Pangeran Palsu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang