06

11 5 2
                                    


Happy reading 📖

Kini gelapnya malam sudah digantikan
dengan cerahnya sinar sang mentari. Kicauan burung terdengar bersahut-sahutan, namun juga terdengar sangat merdu. Daun-daun dan rumput-rumput yang basah terkena embun pagi, dan udara dingin nan sejuk yang mendominasi. Seolah-olah pagi ini menjadi kebahagiaan setiap orang yang merasakannya.

Sama seperti seorang gadis yang tengah duduk santai di keramik teras yang dingin. Tapi sepertinya dinginnya lantai tidak mempengaruhi dirinya untuk beranjak dari situ. Ia justru malah menikmatinya. Menjadikan dinginnya lantai sebagai ketenangan.

Jika dipikir-pikir ia sudah lama tidak berada dalam posisi ini. Melamun, memikirkan hal-hal yang menurutnya mustahil untuk dia capai. Seperti berada di lingkungan keluarga yang harmonis, penuh canda tawa, dan penuh dengan kasih sayang yang melimpah. Namun sekali lagi. Itu hanya khayalan belaka.

Keysha, ya gadis itu adalah Keysha Glazora. Ia tersenyum pedih saat mengingat bagaimana kacaunya kehidupannya dulu. Bertahan hidup di dalam kegelapan, kekecewaan, kekerasan. Hinaan, cacian, makian, tamparan, pukulan, tendangan, sudah menjadi makanan sehari-harinya. Bahkan ia tidak mengenal apa itu senyum dan tawa. Ia hanya mengenal tangisan, isakan, air mata, dan tatapan penuh kebencian. Keysha sendiri lupa kapan terakhir kali dirinya bisa tertawa lepas seolah tiada beban yang ia pikul. Ah, sepertinya tidak pernah.

Tanpa sadar butiran kristal bening jatuh dari mata indahnya. Kristal bening itu semakin deras mengalir kala ia teringat dengan sosok abangnya. Keysha merindukan kakaknya, sangat!

"Zora kangen bang... Hiks"

Zora adalah panggilan khusus yang abangnya berikan padanya. Karena nama Zora terlihat kuat. Dan abangnya ingin dirinya menjadi wanita yang kuat.

"Gue emang adek yang nggak berguna banget ya bang? Bahkan sampai sekarang gue nggak tau dimana tempat peristirahatan terakhir lo." Keysha terisak pilu. Mengapa keluarganya sejahat ini kepadanya? Memangnya apa salah Keysha hingga diperlakukan seperti ini?

Sampai-sampai keluarganya sama sekali tidak memberi tahu dimana Kelvin, abangnya dimakamkan. Tapi di sisi lain entah mengapa Keysha merasa bahwa abangnya masih itu kini masih hidup. Keysha sendiri juga tidak tahu mengapa dirinya berfikir seperti itu. Mungkin karena ikatan batin seorang kakak dan adik.

"Tapi gue janji. Gue bakal cari tau dimana lo di makamkan. Dan gue juga janji, gue bakal..." Keysha menjeda ucapannya. Lalu detik berikutnya ia tersenyum miring bak psikopat.

"Ba-"

"Apa? lo mau ngapain? Balas dendam sama keluarga lo, iya?" tanya Alva memotong ucapan Keysha.

Keysha terkejut saat tiba-tiba mendengar suara Alva. Ia lantas menoleh ke sumber suara. Dan dilihatnya Alva berdiri dengan bersandar di pintu. Entah sejak kapan laki-laki itu berada disana. Dan apakah Alva mendengar semua perkataannya?! Keysha buru-buru menghapus sisa air matanya. Berharap tidak terlihat oleh Alva.

"Ck, ngagetin aja lo!" ujar Keysha sinis.

"Jawab dulu pertanyaan gue Key! Lo beneran mau-"

"Iya! Kenapa?!"

"Huhh.... Gimana pun juga mereka itu keluarga lo Key. Keluarga kandung lo. Yang udah ngerawat lo dari bayi. Dan kalo lo mau balas dendam sama mereka, lo bodoh namanya!" nasihat Alva menusuk.

"Mereka emang memperlakukan lo dengan tidak pantas. Tapi seenggaknya lo inget kebaikan mereka walau sedikit. Mereka pasti punya alasan ngelakuin itu." ujar Alva lagi. Ia menatap Keysha dalam dan kasihan.

KEYSHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang