3. Realization ⚠️

5.9K 443 19
                                    

*Play the song 👏🏻

"Kau perlu bercukur," ucap Jeno pelan. Jemarinya bergerak mengelus rahang Jaemin lembut, merasakan rambut halus yang tumbuh pada dagunya perlahan.

Matahari belum beranjak dan bertakhta di langit namun Jeno sudah terbangun. Ia tak bisa tidur memikirkan banyak hal, mengasumsikan berbagai alasan, dan berpikir panjang bagaimana hubungan ini akan berubah setelah melewati sesi panas semalam. Ditambah kasus yang masih mengganggu dan membingungkannya.

"Hm," lenguh Jaemin. Bulu mata lentiknya bergetar lalu bagai tirai pertunjukkan yang terangkat ke atas mempertunjukkan sebuah performance yang menawan.

Jeno tak perlu mendeskripsikan betapa indah dan berkilaunya netra sang dokter.

Jaemin menarik Jeno mendekat dan memajukan wajahnya, memagut bibir menawan yang telah menjadi candu. Pinggulnya ikut bergerak, melumat kedua lubang yang berbeda. Masih tertanam dalam disana, tak dicabut sampai ke akarnya.

"Hnggh-" desah Jeno. Analnya tak lagi basah hingga gesekan kejantanan Jaemin terasa kesat dan agak nyeri. Namun laki-laki itu mahir menekan titik-titik sensitifnya yang tersebar di dalam. Mengaduk-aduk isi perut dan menghentak prostatnya meski dalam posisi yang canggung dan paksa.

"Kau tahu apa yang paling kuinginkan selama ini?" Bisik Jaemin. Suaranya yang dalam dan serak itu tak pernah gagal membuat Jeno meremang. Apalagi bibir itu menyapu telinganya menggoda.

"Dirimu. Aku ingin dirimu seutuhnya."

Jeno menggigit bibirnya. Gerakan Jaemin pelan dan sangat menyiksa. Temponya lambat dan seakan-akan ditahan, memaksanya untuk merengek lebih dan memohon. Jeno merindukan gerakan liar semalam.

"Jaemin."

Tiba-tiba Jaemin memanuver tubuhnya hingga mengungkung Jeno. Ia menyeringai lalu membuka kaki Jeno lebar, ditahannya kaki itu tetap terbuka selagi pinggulnya menyentak-nyentak seliar kuda.

"Ah! Ahh! Nnh-"

Pagi belum juga tercapai sempurna dan Jeno kembali beterbangan menembus awan mengejar bintang-bintang. Kupu-kupu dalam perutnya melayang keluar lewat desah pelan dan nikmat yang ia kumandangkan tanpa henti.

Morning sex.

Jaemin menunduk, menambahi kulit yang lebih muda dengan memar merah keungungan, tercetak jelas di atas kulit pucatnya bagai cap kepemilikan.

"D-doctor~"

Jaemin membungkam bibir Jeno dengan lumatan panas. Lidahnya menjulur keluar masuk, menggigit birai manis, bengkak, dan empuk. Sang dokter mendonorkan salivanya ke dalam rongga mulut Jeno, memberinya asupan hasrat agar semakin kuat.

Bunyi kecupan dan becek ditumpuk dengan tamparan antar kulit paha yang bertepuk.

"Jeno," panggil Jaemin, "kau tidak bisa lari kemana-mana."

Jeno menggeleng. Tatapan sayunya diberikan secara sukarela pada Jaemin. Laki-laki itu tersenyum lebar dan manis, bahagia dengan polosnya.

"I don't plan to."

Jaemin memiringkan kepalanya, netranya berkilat senang. Ia menghentak semakin dalam mengakibatkan air mancur desahan. Lalu guyuran air ia semprotkan pada liang subur melalui selang panjangnya.

"Hhah-" Jeno terengah hebat. Ia merintih pelan karena Jaemin masih bergerak perlahan.

"Emh," geram Jaemin. Pria itu berhenti mendadak dan memejamkan matanya kuat. Kedua tangan kokohnya yang berada di kanan kiri kepala Jeno bergetar kuat, meremat bantal bertekstur empuk.

CORRUPTUM || JAEMJEN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang