9. What a Nice New Home, Asylum

2.2K 335 23
                                    

*play the song 👏🏻

"Halo sayang~"

Jeno membuka sedikit matanya, terusik dengan bisik yang seakan berasal dari sekeliling. Ia menegakkan tubuh dari ranjang lalu bersandar di kepalanya. Matanya awas mengedar ke seluruh ruangan, mencari siapa yang menelusup masuk dan mengganggu tidurnya.

"Mencariku, hm?"

Tirai menyibak, memerlihatkan siluet sesosok manusia di balik jendela. Dia berbalik dan mengangkat satu tangannya menyapa.

Jeno turun dari tempat tidurnya was-was. Ia eratkan jubah tidurnya lalu mengambil pistol yang tersembunyi di bawah bantal.

"Benda itu tak mempan, sayang. Tak berguna."

Jeno berkedip dan sosok itu lantas menghilang. Sang detektif langsung menghampiri jendela dan menyibak tirainya namun seperti yang ia duga, sosok itu raib tanpa sisa.

Jendela telah terbuka, membawa masuk angin malam yang membekukan tulang. Senyawa tak berwujud itu memainkan surai hitam Jeno yang memanjang selagi sang detektif melongok ke bawah dan ke atas mencari keberadaan tamu misteriusnya.

Jeno merinding sekujur tubuh. Ia merasakan ada sesuatu berdiri di belakangnya menghantarkan hawa yang sangat dingin. Berbalik pun sia-sia, yang ia dapati hanyalah kondisi kamar sepetaknya yang biasa.

TUK

Jeno berjengit kaget. Ia menahan diri menegok ke belakang karena apapun yang menyentuhnya pastilah bukan manusia biasa. Entah hewan atau- salah. Asumsinya salah besar. Sebuah tangan sepucat mayat terjulur di dekat lengannya. Berjari lima dengan kuku-kuku hitam dan urat-urat keunguan menonjol di permukaan. Jemari-jemari panjang itu menggaruk kulit Jeno lembut, membekukannya hingga tak bisa berpindah ataupun melarikan diri.

“Kaget ya?” tanya sebuah suara berintonasi rendah di telinga Jeno.

“Pengecut!” Jeno mendesis marah. “Tunjukkan dirimu dan berhenti bermain-main denganku!”

“Benarkah? Baik kalau itu maumu.”

Jeno berkedip beberapa kali, tidak memercayai matanya sendiri. Dari udara kosong satu meter di depannya mewujud sesosok mahkluk seperti manusia. Jeno menajamkan matanya untuk melihat lebih jelas, namun sayang awan mendung beriring menutupi sang raja malam. Menyembunyikannya agar tak mampu menyorotkan cahaya.

Untuk sepersekian sekon Jeno dapat menangkap figur itu berkulit pucat bak pualam. Berjubah hitam kemerahan dengan sekujur bercak kecokelatan gelap. Mata hitam seluruhnya dengan semburat merah gelap sebagai pengganti bola mata. Kepalanya dimahkotai oleh mahkota keemasan berlumur darah dan rambut pendek hitam. Pendarnya memantul kemana-mana dan menjadi tonggak Jeno untuk memperkirakan tingginya. Kurang lebih dua setengah meter, hampir mencapai langit-langit. Sosok itu menyeringai memerlihatkan gigi putihnya yang tajam.

WHOOSH

Angin ribut menguar dan menerbangkan selimut Jeno sampai tersangkut di langkan jendela. Tumpukan buku di nakasnya berjatuhan dan gelas minumnya pecah terlempar ke dinding.

“Sudah puas?” suara itu menggema menghalau ribut yang ia ciptakan. Ia terkekeh keras melihat Jeno sigap menyiagakan pistolnya dan menarik pelatuknya mundur.

“TEMBAK! TEMBAK! SEBANYAK APAPUN KAU MENEMBAKKU KAU TIDAK BISA LARI DARIKU SAYANG!”

“Who the fuck are you?!” desis Jeno.

Sosok itu berjalan mendekat. “Can’t you tell? I met you sooo many times. Hm… Kate, then, whats his name again? Justin? No- ah Jeffrey! Then the last one, your beloved Jaemin.”

CORRUPTUM || JAEMJEN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang