Busy 2

4 1 0
                                    

Jadilah sibuk hingga kamu lupa akan rasa sakitmu adalah quote yang tepat untuk Stevany. Ia hanya terlalu menikmati pekerjaannya hingga tanpa sadar ia justru semakin terluka karena tak sempat menyembuhkan cedera hatinya.

Setiap diundang ke acara pernikahan teman kantornya, tak pernah sekalipun Stevany hadir. Ia akan memberikan kado di keesokan harinya atau sehari sebelumnya dan memiliki segudang alasan untuk tak datang di acara pernikahan itu. Stevany terlampau trauma mendengar kata menikah karena ia sadar bahwa tak akan ada lelaki yang mau menerima keadaannya yang sudah tak lagi perawan. Bilapun ada, ia yakin laki-laki itu kelak akan mengungkit keadaannya saat mereka sedang bermasalah. Stev jadi minder dan takut untuk membuka hati pada siapapun.

Dan sekarang sepertinya ia terjebak oleh keadaan ketika tetangganya yang merupakan teman masa kecilnya menikah beberapa hari lagi. Alasan apapun hanya akan terdengar seperti bualan karena Salsa, teman masa kecilnya itu tahu Stevany benci acara pernikahan. Stevany menjadi salah satu Bridesmaid dan harus menemani Salsa selama acara berlangsung.

[Aku harap nanti malam kamu pulang lebih cepat untuk fitting gaunmu, jangan mengecewakanku!]

Stevany membaca pesan dari Salsa dengan hati tak karuan. Baiklah mungkin sekali ini saja bisa dijadikan pengecualian.
Ia bergegas mematikan komputer dan bersiap untuk pulang.

Setiba di rumah Salsa, beberapa kerabatnya sudah mulai berdatangan. Stevany menyapa mereka satu persatu lantas naik ke lantai 2 untuk menemui Salsa. Rupanya sang calon pengantin sedang sibuk mematut gaunnya di depan cermin vintagenya.

"Cantik kok Salsa, mau pakai gaun apapun kamu akan tetap terlihat cantik," puji Stev seraya meringsek masuk ke dalam kamar Salsa.

"Owh, Stev syukurlah kamu datang!! Cepat cobalah gaun bridesmaidmu di gantungan itu!" tunjuk Salsa berapi-api pada sebuah gaun berwarna biru langit yang sangat anggun.

Stevany melempar tasnya ke atas tempat tidur Salsa dan menghampiri gaun yang sudah dipersiapkan untuknya. Ia memandangi gaun itu lama, entahlah ia lupa kapan terakhir kali  memakai gaun seperti ini.

"Cobalah Stev, badanmu terlihat lebih kurus sejak terakhir kali kamu melakukan fitting minggu lalu."

Stevany menolehi Salsa yang sudah berdiri di sebelahnya. Ia tersenyum sumbang dan menarik gaun itu untuk ia coba di walk in closet di kamar Salsa. Dan benar saja, beberapa bagian gaun itu nampak kebesaran di tubuh Stevany.

"Jangan diet lagi Stev, lihatlah betapa tubuhmu nampak seperti zombie sekarang!!" sungut Salsa begitu melihat Stevany keluar dari walk in closetnya dengan baju yang kedodoran di beberapa bagian.

Stevany tersenyum gugup. "Aku nggak diet, Sal, sepertinya semakin hari tubuhku semakin menciut."

"Makanlah dengan teratur, lusa gaun itu harus sudah pas di tubuhmu. Kita tidak ada waktu lagi untuk mempermaknya," pinta Salsa memohon.

"Baiklah baik, Tuan Putri, jangan khawatir lusa pasti aku akan  lebih montok dari si pengantin wanita!" goda Stevany terkekeh, Salsa memelototinya kesal.

"Akan ada beberapa saudara Chris yang datang saat hari pernikahan kami, semoga salah satunya ada yang cocok denganmu, Stev."

"Ahhh, ayolah, Sal. Aku masih muda dan belum tertarik untuk menikah!"

"Siapa yang menyuruhmu menikah? Aku hanya menyuruhmu untuk berkenalan lalu berkencan!" tukas Salsa cepat.

Stevany tak menyahut, ia kembali masuk ke dalam walk in closet untuk mengganti gaunnya. Salsa menggerutu dan menghempaskan tubuhnya ke sofa. Menyuruh Stevany pergi berkencan sama dengan menyuruhnya menenggak racun, malah mungkin Stevany akan lebih memilih meminum racun itu daripada berkenalan dengan lelaki.

"Apa kamu masih trauma dengan lelaki?" tanya Salsa halus saat Stev keluar dari ruang ganti.

Stevany tak menyahut dan memilih duduk di samping Salsa.

"Stev, tidak semua lelaki itu sama, jangan memukul rata semua yang kamu anggap buruk itu buruk," lanjut Salsa lagi.

"Aku hanya tidak ingin terjebak oleh cinta palsu lagi, Sal."

"Tidak ada yang palsu selama kamu mau mengenal mereka dengan baik, cobalah. Setidaknya jangan biarkan masa-masa mudamu berlalu tanpa mengenal cinta," tukas Salsa bersemangat.

"Menikah muda adalah impianku, setiap dari kita memiliki mimpi dan keinginan yang berbeda, tapi jangan munafik dengan perasaanmu sendiri, Stev, aku tahu kamu kesepian."

Stevany melirik Salsa keki, sejak tiba di Melbourne hanya Salsalah tempat Stevany berbagi kisah dan keluh kesah. Saat masih anak-anak Stevany menghabiskan hari-harinya dengan bermain bersama Salsa, orang tua Salsa pun memperlakukan Stevany dengan sangat baik bahkan seperti anak mereka sendiri. Stevany juga bercerita tentang tragedi bersama Aji, dan betapa terkejutnya Stevany saat tau bahwa Salsa sebenarnya pun sudah tak perawan saat usianya masih 16 tahun.

"Apa kamu masih memikirkan laki-laki beristri itu??" tanya Salsa hati-hati.

Stevany menolehi Salsa cepat. "Tidak, Sal, aku bahkan sudah lupa seperti apa wajahnya!" sahut Stevany berdusta, wajah Aji masih teringat jelas karena hampir setiap malam Stevany memimpikannya.

Salsa tersenyum lega. "Baiklah, kalau begitu bersiaplah membuka hatimu saat acara pernikahanku besok lusa!"

"Baik, Tuan Putri. Tapi ingatlah, jangan memaksaku bila aku tak suka. Kamu tahu dengan benar bagaimana seleraku akan pria!"

"Oh, Stev! Tenanglah, yang ini pasti akan membuat seluruh tubuhmu bergetar karena menginginkannya!" seloroh Salsa.

Stevany tertawa, ia melemparkan bantal yang sedari tadi ia dekap di pangkuannya. Masih bisakah ia merasakan getaran cinta itu setelah sekian lama menutup pintu hati?

Please, Be Mine!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang