Take off

11 0 0
                                    

Pesawat landing di Sydney Kingsford Smith Airport di sore hari. Aji menunggu Wilma, tantenya, yang merupakan adik kandung Papanya di ruang Arrival. Hampir 7 jam perjalanan ia lalui dan rasanya tulang belulangnya remuk redam diusianya yang baru memasuki 26 tahun. Baru kali ini Aji tak disibukkan oleh pekerjaan hingga rasa letih membuatnya frustasi.

"Ajiii!!!" pekik sebuah suara melengking di kejauhan.

Aji mendongah dan mendapati Wilma berlari tergopoh-gopoh menuju ke arahnya. Senyum tipis terkembang di bibir Aji melihat penampilan tantenya yang teramat gaul di usianya yang sudah tak lagi muda. Dengan sigap Aji berdiri dan merentangkan kedua tangan untuk bersiap memeluk tantenya itu.

"Ohhh, I miss you so bad!!" rutuk Wilma sambil memeluk keponakan laki-laki satu satunya.

"I miss you too, Aunty Wil, di mana Freya? Apa tidak ikut kemari??"

"Kamu tau lah Freya seperti apa, mana bisa Tantemu ini datang tepat waktu kalo ngajak si Freya."

"Btw Tante telat 10 menit, loh!" sindir Aji terkekeh.

Wilma memelototi arlojinya. "Oh iya kamu benar, Nak! Maafkan Tantemu ini. Yuk ah, kita cepat pulang ke rumah Oma."

Aji menurut dan menarik kopernya sementara Tante Wilma membantu membawakan tas jinjing milik Aji.

Setiba di rumah Oma Donita, Aji disambut dengan hangat dan gembira. Donita memasakkan aneka makanan kesukaan Aji. Freya, sepupunya juga menyambut Aji dengan bahagia. Semasa kecil dulu Freya dan Aji sangat dekat dan sering bermain bersama ketika Aji berlibur di Sydney namun begitu tumbuh dewasa mereka berdua mulai membatasi diri.

"Makanlah yang banyak Aji, Oma seharian ini masak bersama Freya khusus untukmu!" ucap Donita saat Aji baru saja menghabiskan suapan terakhirnya.

Aji menggeleng dan mengelus perutnya yang kekenyangan. Ini adalah piring kedua yang Aji habiskan.

Freya terkekeh dan menuangkan air untuk Aji. Sementara Wilma masih menikmati makanannya dengan khusyuk.

"Freya jangan pilih kasih, tuangkan juga buat Mama!!" sungut Wilma seraya menyodorkan gelasnya yang kosong.

"Mama, tidak bisakah Mama bersikap romantis sedikit padaku," sungut Freya balik, ia menuangkan air di gelas Mamanya.

Wilma tertawa dan mengelus tangan Putrinya gemas."Oh, Anakku yang cantik, terima kasih banyak, Sayangku!" goda Wilma membuat Freya semakin merengut kesal.

Aji tersenyum melihat kehangatan di rumah Omanya ini, kehangatan yang jarang ia rasakan lagi sejak ia kehilangan Brisya.

"Aji, bila lelah beristirahatlah dulu di kamarmu di atas, Oma sudah merapikannya," saran Donita seraya berdiri dan bersiap untuk membawakan tas jinjing milik Aji.

Dengan sigap Aji ikut berdiri dan menarik tas itu lebih dulu. "Biar aku yang bawa, Oma, tas ini berat. Oma duduk saja!" Aji mengangkat tasnya dan bersiap untuk naik.

"Biar aku yang bawain kopernya, naiklah dulu, Ji." Freya mendekat ke koper Aji dan bersiap untuk menariknya.

"Tidak usah, Frey, koperku juga berat!"

"Naiklah, sebelum nanti kopermu aku bawa masuk ke kamarku!" perintah Freya cepat.

Aji tertawa dan akhirnya menurut. Ia naik ke lantai 2 dan membiarkan sepupunya yang berbadan lebih padat darinya itu membawakan koper miliknya.

********************

"Bagaimana kabarmu?" Freya muncul dari balik pintu kamar Aji saat ia sedang asyik melamun di malam hari.

Aji tersenyum. "Baik. Kamu sendiri bagaimana?" tanya Aji balik.

Freya berjalan masuk, ia naik dan duduk di ranjang Aji.

"Aku baik, seperti yang kamu lihat bahkan badanku lebih berotot dan berisi dibanding kamu!" goda Freya terkekeh.

Aji tersenyum dan mengawasi sepupunya yang sekarang nampak berbeda dari terakhir kali mereka bertemu 4 tahun lalu.

"Apa kabar Jonathan? Apa kalian masih tetap bersama?"

"Tentu saja! Jangan harap dia bisa hidup tenang bila berpisah denganku!" tukas Freya serius. "Kamu sendiri bagaimana setelah berpisah dengan istrimu?"

Aji termanggu sejenak, Freya amat sangat to the point.

"Tidak perlu dijawab bila membuatmu tak nyaman, Ji. Aku hanya ingin memastikan kamu sudah move on," ucap Freya melunak.

"Tak apa, Frey, toh sudah kejadian tiga tahun yang lalu. Aku sudah cukup kuat sekarang dibanding tahun kemarin."

"Oh ya? Tapi kenapa aku tidak mempercayaimu, ya?" goda Freya, ia memperhatikan Aji dengan seksama, "to be honest, aku lebih menyukai penampilan Aji yang datang ke sini empat tahun yang lalu!" sambung Freya jujur.

Aji terkekeh. "Aku malah lebih menyukai penampilanmu yang sekarang, Frey, kamu terlihat lebih bahagia."

"Itu karena aku sudah pasrah pada hubunganku dengan Jonathan, selama lima tahun hubungan kami tak sekalipun ia berniat untuk melamarku. Jadi apa boleh buat, menikah dengannya atau tidak bukan lagi target hidupku!" jelas Freya tegas.

Aji terhenyak lagi, lantas apa target hidupnya? Setelah berpisah dengan Brisya -yang menjadi pusat kehidupannya- seolah Aji tak lagi memiliki tujuan hidup yang pasti. Ia hanya bernapas, makan dan tidur plus bercinta dengan wanita-wanita panggilan itu tentunya.

"Jangan terus menerus berada 'di sana', Ji. Mantan istrimu sudah bahagia sekarang, lantas apa lagi yang membuatmu ragu untuk move on? Kamu pantas untuk berbahagia juga!"

Aji mengawasi Freya dan menarik ujung bibirnya tulus. "Apa sekarang kamu sudah benar-benar bahagia??" tanya Aji tak yakin.

"Yes, sure! Aku bahagia menjalani hubunganku yang apa adanya, tak lagi terpikir untuk begini begitu. Menikah bukan lagi tujuan hidupku."

"Lantas apa tujuan hidupmu?" tukas Aji cepat, "apa kamu tidak ingin memiliki anak yang lucu-lucu? Memiliki keluarga kecil yang selalu membuatmu rindu untuk pulang??"

"Nope, aku sudah punya Oma dan Mama dan itu sangat lebih dari cukup. Dan Anak?? Bukankah aku bisa mengadopsinya bila aku mau tanpa harus repot-repot hamil dan menikah, hahaha ..." tawa Freya renyah.

Aji ikut tertawa sumbang melihat hidup sepupunya yang seolah tanpa beban. Sejak kecil memang Freya bukanlah tipe pemikir. Terakhir kali Aji ke Sydney adalah pertama kali Aji melihat Freya gampang frustasi padahal sehari-hari Freya adalah wanita paling santai yang Aji kenal. Ternyata saat itu Freya terlalu banyak menuntut Jonathan dalam hubungan mereka. Tubuh Freya kurus ceking saat itu, benar-benar nampak tidak sehat dan tidak cantik.

"Ayolah, ada darah Smith mengalir di tubuhmu, harusnya kamu bisa lebih enjoy daripada aku," saran Freya berapi-api,
"Dua hari lagi Oma akan field trip bersama komunitasnya, bagaimana kalo kita ikut dan menghabiskan waktu sembari bersenang-senang, huh?!" tanya Freya memberi ide cemerlang.

"Berapa lama?" tanya Aji tak berminat.

"Hmmm, sepertinya sekitar 10 hari. Kapan lagi kita berlibur, ya kan? Tentu Oma akan senang bila kita ikut!"

Aji tak menyahut, tapi sepertinya itu juga bukan ide buruk.

"Baiklah, kita lihat saja nanti."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Please, Be Mine!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang