Han Sooyoung memegang pegangan pintu, dia berpikir, bagaimana jika tidak ada apapun dibalik pintu ini? Bagaimana jika semuanya hanya kebohongan yang manis?
Dia menoleh ke arah Yoo Jonghyuk yang juga menatapnya, dia menangguk meyakinkan. Di belakang mereka anggota party mendesaknya untuk segera membuka pintu.
Tangannya gemetar, sambil menutup matanya dia membuka pintu dengan gerakan lemah.
Saat mata itu terbuka pandangannya tertuju di lantai, itu adalah kertas manuskrip yang tersebar dengan acak.
Angin yang masuk dari jendela menerbangkan tirai putih yang tergantung.
Di kasur itu, dijadikan tempat tidur selama empat tahun oleh Kim Dokja.
Baik Han Sooyoung, Yoo Jonghyuk dan anggota party lainnya tidak bisa melihat apapun kecuali punggung Lee Seolhwa dan Aileen yang berdiri di samping tempat tidur. Tangan keduanya tampak mengerjakan sesuatu dengan tergesa gesa.
Bantal putih yang selalu dijadikan Kim Dokja sebagai bantalan kepalanya sekarang kosong.
Jantung Han Sooyoung berdetak kencang, "Tidak mungkin.. Itu tidak mungkin terjadi..."
Lee Gilyoung dan Shin Yoosung menjatuhkan diri mereka ke lantai bersamaan, air mata mereka terurai deras.
Suara lemah Shin Yoosung terdengar, "Ahjussi..."
Bertepatan dengan itu Lee Seolhwa membalikan badannya, melihat ke arah party yang berderai air mata. Shin Yoosung dan Lee Gilyoung yang terduduk dilantai, Lee Hyunsung yang menenangkan Jung Heewon dan Lee Jihye, Yoo Sangah yang terlihat hancur, Han Sooyoung yang menatap kosong, dan yang terakhir Yoo Jonghyuk dengan eskpresi rumit yang tidak bisa dijelaskan.
Lee Seolhwa tersenyum, "Kalian datang" kemudian menggeser tubuhnya.
Anggota party mengangkat pandangan mereka perlahan.
Disana, helai rambut hitam terbang tertiup angin.
Wajah yang selalu ada di pikiran mereka perlahan menoleh ke arah mereka.
Senyum yang selalu ada walau pemiliknya sedang dalam kondisi menyedihkan, senyum yang mereka ingat sebagai senyum bisnis setelah pemiliknya melakukan hal picik, sekarang tersenyum dengan versi terbaik yang pernah mereka lihat.
Senyum itu memudar, bibirnya bergerak, lalu terdengar suara yang sudah lebih dari empat tahun tidak mereka dengar.
"Sudah lama"
[Fable "Life and Death companions" wants to continue]
Shin Yoosung berteriak, dia bangkit dibantu oleh Lee Gilyoung. Keduanya berlari tanpa menghiraukan apapun.
Disana, orang yang menyelamatkan mereka kembali. Orang yang tidak pernah membuang mereka, orang yang selalu melindungi dan menyayangi mereka.
Dia adalah orang tua, sahabat, dan rumah mereka.
Kim Dokja merasakan pelukan erat dari dua sisi, tangannya terulur mengusap rambut Lee Gilyoung dan Shin Yoosung.
Saat Kim Dokja mengangkat pandangannya terlihat bola yang nampak terbuat dari wol mengambang didepan wajahnya.
"Bah-at!"
[Ayah...]
"Aku kembali, Biyoo"
Kim Dokja mendengar derap langkah mendekatinya, terlihat anggota party dengan wajah mereka yang basah oleh air mata. Bahkan dibawah hidung Lee Hyunsung tampak cairan yang keluar.
Kim Dokja tersenyum lagi, "Apakah semuanya berjalan dengan baik?"
Han Sooyoung dengan tangan yang menutupi wajahnya berkata, "Kim Dokja, kau benar benar orang paling bodoh yang pernah aku temui"