Ketika Yoo Jonghyuk membuka mata, dia berada di tempat yang sudah ia hafal di luar kepala. Itu adalah sebuah kabin subway yang penuh dengan teriakan orang orang.
Suasana ini terasa sangat familiar untuknya. Saat Yoo Jonghyuk kembali mengedarkan padangan, sebuah deretan angka tipis terlihat mengambang di depan matanya.
[1866]
Ia tersadar dan langsung bangkit dari duduknya, "... Jangan bilang?!"
Sebuah bola putih mengambang di udara dan panel besar berada di belakangnya.
[Bunuh satu makhluk hidup]
Yoo Jonghyuk sangat tau apa artinya, namun ia ingat dia tidak melakukan regresi sebelumnya. Tetapi kenapa ia berakhir di kabin awal skenario?
Hanya dengan kekuatan asli tubuhnya, Yoo Jonghyuk menyingkirkan kerumunan orang-orang yang sedang berusaha saling bunuh dengan sekuat tenaga. Beberapa kali tubuhnya tersingkir dan hampir terjatuh, namun dia tidak menyerah sedikitpun. Ia harus pergi ke kabin depan bagaimanapun caranya.
Di kabin itu, ada Kim Dokja.
Sebuah pisau yang terjatuh di lantai ia ambil dengan tangan yang gemetaran. Yoo Jonghyuk membuat gerakan asal yang tidak seperti dirinya, ia tidak peduli luka apa yang akan ia peroleh karena sekarang ia harus membunuh orang lain untuk mendapatkan koin.
Sudah berapa lama dia melakukannya? Semua orang di kabin sudah menjadi mayat dengan luka yang mengenaskan.
Yoo Jonghyuk berdiri di depan pintu kabin, suara gemetarnya kembali terdengar. "Aku akan memakai semua koin untuk kekuatan"
Dengan stats nya yang meningkat secara drastis, Yoo Jonghyuk memukul pintu yang memisahkan kabin sekuat yang ia bisa. Tangannya berdarah tapi ia tidak menghiraukannya sedikitpun.
Tidak membutuhkan waktu yang lama sampai pintu itu roboh, Yoo Jonghyuk mengangkat pandangannya. Meneliti setiap wajah yang sedang menatapnya dengan penuh ketakutan.
Mereka adalah wajah yang ia kenal dengan baik.
Lee Hyunsung.
Yoo Sangah.
Lee Gilyoung.
Han Myungoh.
Dan yang terakhir.
Kim Namwoon.
Yoo Jonghyuk berdiri dengan ekspresi kosongnya, ia tidak melihat keberadaan orang yang ia cari di manapun.
Dengan kemarahan yang memuncak, ia mengangkat kerah seragam Kim Namwoon. "Di mana Kim Dokja?!"
"S-siapa kau?" balas Kim Namwoon, tubuhnya bereaksi seolah tengah memperingatkan bahwa orang yang berada di depannya adalah orang paling berbahaya.
"Jawab aku! Di mana Kim Dokja?!"
Yoo Jonghyuk terus menanyakan pertanyaan yang sama, di sisi lainnya, Yoo Sangah terduduk dengan air matanya yang mengalir deras.
Di sebuah sudut yang tidak lumayan jauh, sebuah id-card memantulkan sinar matahari. Melihat itu Yoo Jonghyuk melepaskan cengkeramannya pada kerah Kim Namwoon.
Dia berjalan tanpa kekuatan ke arah sinar, dengan tangannya yang penuh dengan darah, Yoo Jonghyuk mengambil id-card itu dengan hati-hati.
Kim Dokja.
OA Team.Seketika, tubuhnya kehilangan kekuatan. Ia berlutut di antara genangan darah.
Mata Yoo Jonghyuk dipenuhi amarah, ia mengeratkan buku-buku jarinya menyebabkan darah segar keluar karena tertancap kukunya.
Yoo Jonghyuk mengangkat pandangannya, "Aku tidak bisa mentolerir sesuatu seperti ini."
Yoo Sangah memundurkan dirinya saat melihat sinar perak keluar dari tubuh Yoo Jonghyuk.
Tanpa mengatakan apapun lagi, tubuh Yoo Jonghyuk mulai menghilang dari kabin.
Dan saat matanya terbuka, itu bukan lagi kabin yang ia ingat. Namun langit-langit yang berwarna putih.
Jantung Yoo Jonghyuk berdetak dengan kencang, tanpa ia sadari sebuah teriakan keluar dari mulutnya.
"KIM DOKJA!!"
"Oh, kau sudah bangun?"
Yoo Jonghyuk tersentak, perlahan ia menolehkan kepalanya ke arah suara tadi.
"Kenapa kau menatapku seperti itu? Apa kau menemukan alasan baru lagi untuk membunuhku?"
Yoo Jonghyuk mengedipkan matanya beberapa kali, tempat ini bukanlah kabin subway. Tetapi sebuah ruangan di Industrial Complex yang ia dan pria itu jadikan sebagai tempat untuk tidur.
"Hei, apa ada yang salah denganmu?" pria itu berjalan mendekatinya dengan raut khawatir. Bagian bawah coat putih yang ia pakai menari di udara dengan indah.
Yoo Jonghyuk kembali mendapatkan kesadaran saat tangan dingin mendarat di dahinya. Dengan ekspresi bodoh ia bertanya.
"Kim Dokja?"
"Iya"
"Kau... Kenapa kau ada di sini?"
"Yah, terimakasih pada seseorang yang tiba-tiba kehilangan kesadarannya saat menjalankan sub-skenario"
"Apa yang terjadi padaku?"
"Kau sudah kehilangan kesadaran selama beberapa jam"
Yoo Jonghyuk menatap Kim Dokja lagi, memastikan bahwa pria itu adalah Kim Dokja yang ia kenal.
Kim Dokja tersenyum menenangkan seolah tau apa yang ada di pikiran Yoo Jonghyuk.
"Apa kau barusan bermimpi buruk?"
Yoo Jonghyuk tidak menjawab, justru ia menanyakan sesuatu yang lain. "Kim Dokja, apa aku boleh memelukmu?"
Kim Dokja tidak menjawab, tetapi ia sudah bergerak mengikis jarak di antara mereka, lalu melingkarkan tangannya di punggung lebar Yoo Jonghyuk. Menepuknya pelan untuk meredakan guncangan mental pria itu.
"Aku tidak tau apa yang barusan kau mimpikan, tapi kau harus ingat bahwa apapun yang terjadi, aku tidak akan pernah membiarkan kau melawan itu sendiri"