Chapter 1

3.5K 185 1
                                    

Arga Verland Mahendra  dan  Revan Aldanio Adijaya  pasangan suami istri, hubungan mereka selalu dipenuhi kebahagiaan bahkan hampir tidak ada pertengkaran, meskipun tanpa anak.

5 tahun pernikahan mereka belum juga dikaruniai seorang anak, tetapi mereka di tidak pernah putus asa untuk berdoa kepada tuhan agar secepatnya diberi keturunan.

Mereka menikah karena mereka saling mencintai, Arga mengenal Revan saat Revan menjadi mahasiswa baru di sebuah kampus yang kebetulan sama dengan Arga, sejak saat itu Arga selalu mendekati Revan.

Revan adalah pria tampan sekaligus cantik, hampir seluruh kampus telah mengenal Revan termasuk Arga, tidak hanya karena kecantikannya Arga juga ramah kepada siapapun.

Hanya butuh 2 bulan Arga mendekati Revan dan mengambil hatinya, akhirnya Revan menerima Arga menjadi kekasihnya.

Saat Arga lulus ia langsung bekerja diperusahaan sebagai CEO untuk menggantikan ayah, ia dan Revan jarang ketemu dan hanya bisa berkomunikasi dengan Handphone karena kesibukan masing-masing.

Setelah Revan lulus Arga memutuskan untuk melamar sang kekasih saat itu juga.

"Revan Aldanio Adijaya maukah kau menjadi istriku." ucap Arga dengan lantang sambil berlutut didepan Revan sambil membawa cincin yang sangat indah dan disaksikan semua orang termasuk orang tua Arga.

Revan yang masih dalam keadaan terkejut pun hanya bisa mengangguk dan menangis haru, Arga yang tahu Revan menerima lamarannya pun langsung memakaikan di jari manisnya dan langsung memeluknya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Pagi ini Arga membuka matanya menatap samping tempat tidurnya kosong, mungkin Revan sedang masak pikirnya.

Ketika ingin bangun tiba-tiba ia dapat pesan dari seseorang, kemudian Arga tersenyum saat membaca pesan tersebut, setelah membalas pesan itu Arga langsung ke kamar mandi untuk segera berangkat bekerja.

Saat Revan selesai memasak, ia melihat Arga menuruni tangga sudah siap untuk berangkat bekerja, Arga duduk di meja makan dan langsung makan dalam diam, melihat itupun Revan bingung dengan sikap Arga tapi Revan tidak terlalu memikirkan itu.

Setelah sarapan selesai seperti biasa Revan mengantarkan Arga sampai depan pintu, ketika Revan ingin membenarkan dasi Arga tangannya langsung ditepis oleh Arga.

"Tidak usah, aku bisa sendiri." ucap Arga dingin, ia langsung mengambil tas dari tangan Revan dan pergi begitu saja tanpa berpamitan kepada Revan.

Revan yang menyadari sikap Arga yang akhir-akhir ini berubah tentu sangat heran 'mungkin karena masalah kantor' pikir Revan dan kembali kedalam rumah untuk mengerjakan pekerjaan rumah.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Siang ini Revan di kafe untuk menemui sang sahabat, sekaligus menceritakan dan meminta saran kepada sahabatnya itu.

"Hai Revan," sapa orang itu.

"Hai Vano," sapa balik Revan

Vano langsung duduk di hadapan Revan, "Sudah lama?" tanya Vano.

"Tidak." jawab Revan.

"Kenapa kau belum pesan sesuatu?" Tanya Vano ketika tidak melihat pesanan Revan.

"Tidak, aku sedang tidak ingin apapun, kau saja yang pesan."

"Baiklah."

Vano segera memanggil pelayan, "Victoria Sponge Cake nya satu."

Setelah menyebutkan pesanannya ia segera memfokuskan dirinya ke temannya itu, "Ada apa?, tidak biasanya kau mengajakku bertemu, kadang aku dulu yang harus memaksamu untuk bertemu." tanya nya mulai percakapan.

"Akhir-akhir ini Arga berubah," ucap Revan.

"Berubah bagaimana maksudmu?"

"Dia begitu dingin dan cuek, tidak seperti dulu yang hangat dan penuh perhatian."

"Mungkin karena perkerjaan."

"Aku pikir begitu, tapi meskipun ada pekerjaan dia tidak seperti" ucap Revan lirih.

" Apa kau sudah tanya ke suamimu?"

"Belum."

"Coba kau pergi ke kantornya," saran Vano sambil memakan cakenya.

"Baiklah, aku ke kantornya sekarang. Kalau begitu aku pergi dulu," ucap Revan segera beranjak dari kursi.

"Hey, kau mau langsung pergi?" tanya Vano Ketika melihat Revan akan segera pergi.

"Iya, kenapa?"

"Aku baru datang, kita bahkan belum 15 menit mengobrol."

"Mungkin lain kali, aku harus menyelesaikan masalah ini dulu," Jawab Revan tak enak hati.

"Baiklah hati-hati dijalan," ucap Vano pasrah.









To be continued...

Tradimento√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang