Chapter 7

2K 164 6
                                    

*Alur di percepatan
*Arka dipanggil kakak sama Arza meskipun beda cuma 5 menit
*Maaf momen Arga sama Revan cuma dikit





17 tahun kemudian......


Sekarang Arka dan Arza tumbuh menjadi remaja tampan, meskipun rupa mereka sama tetapi tidak dengan Sifatnya.

Arka yang cuek dan nakal, sedangkan Arza yang Ramah dan sedikit pendiam.

Mereka masih ditinggal di rumah nenek Surti, nenek Surti sendiri telah meninggal ketika si kembar berumur 5 tahun karena penyakit yang ia derita.

Revan diberi amanah untuk mengelola warung mie ayam, dan sampai sekarang ia masih menjalankan amanah tersebut.

"Arza pulang~"

"Selamat datang!" Revan menyambut Arza dengan senyuman hangat.

Revan merentang tangannya, Arza yang mengerti maksud ibunya langsung memeluk ibunya.

"Dimana kakakmu Arza?"

"Tadi Arka bilang ada urusan, jadi Arza naik ojek."

Arza dan Arka tidak satu sekolah, sebenarnya itu keinginan Arza, tentu saja ditolak mentah-mentah oleh Arka dan Revan. Entah berapa kali Arza membujuk saudara kembarnya dan bundanya. Hingga akhirnya kedua orang itu menyetujui permintaan Arza.

Semua teman Arza tidak mengetahui bahwa ia  memiliki saudara kembar, berbeda halnya dengan Arka beberapa temannya sudah mengetahui jika ia punya saudara kembar.

"Sebaiknya Arza mandi dulu lalu istirahat. Jika ingin makan sudah bunda siapkan tinggal dipanaskan, bunda mau melayani pembeli dulu"

"Iya bunda."

Arza melangkahkan kakinya memasuki rumahnya, mendudukkan badannya yang terasa remuk dengan pelan, ia membuka bajunya dapat dilihat ada beberapa luka lebam terutama di bagian punggung, Beruntung bundanya tak melihatnya. Ia takut jika bundanya melihat pasti akan sedih, Arza tidak mau bundanya bundanya bersedih.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Kau akan pulang dengan keadaan seperti ini?"

Pemuda yang ditanyai menoleh kearah temannya, "Ya, lagi pula lebamnya tidak terlalu banyak dan sedikit samar." Pemuda itu berdiri dari duduknya menuju motor Sportnya.

"Kalian pulanglah." Setelah menghidupkan motornya ia meninggalkan ketiga teman itu.

Pemuda itu Arka, ia hanya mempunyai 3 teman dekat, hanya mereka yang tau ia di mempunyai saudara kembar.

Arka tiba di rumah pukul 10 malam, saat sampai di halaman rumahnya Arka melihat Revan, ia langsung menghampiri  Revan, "bunda kenapa ada di luar?"

"Bunda sedang menunggumu, kenapa pulangnya malam sekali?" Tanya Revan dengan nada khawatir yang kentara.

"Maaf, membuat bunda khawatir, tadi ada urusan, bunda."

"Mukamu kenapa lebam?" Revan tak sengaja melihat beberapa luka lebam di wajah Arka yang terluka meskipun sedikit samar.

Arka mendapatkan pertanyaan seperti itu menjadi gelagapan, tapi ia segera menutupinya.

"Tak apa bunda, tadi aku membantu seorang ibu-ibu yang kecopetan." Arka berusaha setenang mungkin agar bundanya tidak tambah curiga.

"Ah begitu, ya sudah ayo kita masuk" Revan  segera mengajak Arka masuk karena udara di luar semakin dingin.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Apa kau sudah makan?"

"Belum."

"Bunda akan memaskan makanan untukmu, kau bersihkan dirimu dulu."

"Iya bunda" Arka mulai melangkah menuruti perintah bundanya.

Tradimento√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang