Chapter 3

2K 181 8
                                    

Karyawan menatap bingung melihat Revan yang berlari sambil menahan tangis, mereka bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi? Tak biasanya Revan seperti ini. Apakah terjadi sesuatu?

Revan berhenti sambil mengatur nafasnya. Air mata yang sejak tadi ditahannya mulai berlomba-lomba turun membasahi pipinya.

Revan tak menyangka rumah tangga yang ia bangun dengan susah payah bersama Arga hancur dalam sekejap, itupun Arga sendiri yang menghancurkannya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sekarang Revan dalam perjalanan menuju rumahnya yang ia tinggalli  bersama Arga, mulai sekarang Revan akan hidup seperti dulu sebelum ia bertemu Arga dan keluarganya.

Revan anak yatim piatu, ia ditinggalkan orang tuanya karena kecelakaan di saat umurnya 5 tahun. Sejak saat itu Revan tinggal di panti asuhan. Saat umurnya 17 tahun, Revan memutuskan untuk keluar dari panti asuhan dan hidup mandiri, ia juga tidak ingin menyusahkan ibu panti. Selama itu juga Revan bekerja di cafe milik Vano, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

"Sudah sampai, tuan."

Suara milik sang supir membuyarkan lamunan Revan.

"Pak, tunggu sebentar. Saya ingin mengambil beberapa barang di dalam"

"Baik, tuan."

Setelah itu, Revan beranjak keluar mobil. Kakinya ia langkahkan masuk ke dalam Mansion yang 5 tahun ini ia tempati bersama Arga.

Revan berjalan dengan langkah pelan sambil menatap sekeliling. Banyak sekali kenangannya bersama Arga, mulai dari suka maupun duka, mereka lalui bersama.

Namun, sekarang harus Revan harus meninggalkan rumah ini. Rumah ini adalah hadiah pernikahan dari orang tua Arga.

Saat Revan masuk kedalam kamarnya dan Arga, hatinya begitu sesak. Bau parfum Arga menyeruak dalam ruangan itu, ia akan selalu mengingat aroma ini.

Revan mulai mengemasi bajunya, ia juga akan meninggalkan fasilitas yang Arga berikan kepadanya.

"Terima kasih untuk 5 tahun ini, aku kira akulah rumahmu ternyata ada rumah yang lain yang lebih nyaman, tapi tidak apa-apa jika kau  lebih nyaman di rumah yang lain, dan maaf jika keinginanmu mempunyai anak belum terwujud saat bersamaku, tapi sekarang keinginanmu itu akan segera terwujud. Selamat tinggal." Ucap Revan lirih membiarkan air matanya membasahi pipi gembilnya.

Ia mulai melangkah keluar rumah meninggalkan mansion.

"Pak, bisakah kau mengangkat koper ini ke bagasi?" Revan meminta sang supir taksi itu untuk mengangkat koper itu, entahlah kenapa tubuhnya begitu terasa lemas, tenaganya seperti terkuras habis.

Setelah selesai memindahkan kopernya kedalam bagasi, sekarang tujuannya adalah pergi ke cafe sang sahabat.

Saat di tengah perjalanan tiba-tiba ada sebuah truk yang oleng. Sehingga si pengemudi membanting stir ke sisi kanan. Namun, naasnya mobil mereka menabrak Pohon.

Beruntung Revan dan sang supir tidak mengalami luka yang cukup serius. Tetapi entah mengapa Revan merasa ada sesuatu yang mengalir dari pangkal paha menuju kakinya. Saat Revan melirik ke bawah ia mendapati aliran darah di kakinya.

Revan juga merasakan sakit di bagian perutnya. Pandangannya mulai mengabur, tidak mengindahkan suara orang yang memanggilnya. Revan menutup matanya dan tidak sadarkan diri.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Revan terbangun di ruangan serba putih dan bau obat-obatan. Revan bangkit, tapi seketika meringis merasakan pening di kepalanya.

Ia pun memutuskan untuk kembali berbaring sambil mengingat kejadian yang membuatnya berakhir di sini.
Tiba-tiba ada seseorang yang masuk ke dalam, "Selamat siang" Sapa dokter itu dengan tersenyum ramah.

"Selamat siang" Jawab Revan.

"Apa anda masih merasakan nyeri di perut dan pusing?" Tanya dokter itu lagi.

"Ya, Sedikit. Tapi apakah saya mempunyai penyakit mematikan?" Tanya Revan takut.

Revan teringat ketika darah mengalir di kakinya pada saat ia mengalami kecelakaan tersebut. Dirinya takut mempunyai penyakit mematikan yang sulit disembuhkan. Revan masih belum siap untuk meninggalkan dunia ini.

Dokter itu tersenyum, "Anda tenanglah. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Anda benar-benar sehat, begitupun dengan janin di perut anda."

"A-apa?" Revan shock, ia tidak salah dengarkan?

"Usia kandungan Anda 3 minggu, jadi Anda harus menjaga kesehatan, atur pola makan, dan yang paling penting jangan terlalu banyak pikiran. Apa Anda baik-baik saja?" Tanya dokter itu karena melihat Revan yang hanya diam saja.

Revan pun tersadar dari Keterjutannya karena pertanyaan dokter. "Y-ya saya baik-baik saja. Terima kasih."

Sekarang ia harus bagaimana? Ia baru saja berpisah dari Arga, apa harus menggugurkan janinnya? Lagi pula iya tidak akan mempunyai ayahkan?

Ah, tidak!!!! Revan tidak akan menggugurkan janinnya, ia tidak sejahat itu. Mulai sekarang Revan akan pindah ke kota lain untuk memulai hidup baru bersama calon anaknya.

Iya, hanya hidup berdua bersama calon anaknya tidak begitu buruk, Ia tidak mau terlarut-larut dalam kesedihan.

Senyum kecil terbit di wajah manis Revan. Tangannya terulur mengusap perut yang masih rata tapi sedikit menonjol keras.

"Baik-baik ya, nak. Bunda menyanyangimu," ucap Revan penuh ketulusan dan kasih sayang.

Sore ini Tujuan Revan adalah ke stasiun, Ia akan memulai hidup barunya di kota bandung. Beruntung dirinya mempunyai cukup tabungan untuk membeli tiket dan mencari tempat tinggal kecil di sana.

🐺🐻

Saat Arga masuk ke dalam rumah, ia sudah tidak melihat kehadiran Revan. Biasanya Revan akan menyambutnya, tapi kali ini berbeda.

Di kamar, Arga melihat barang-barang Revan yang ia belikan selami ini, "Hah!!! Besok aku akan
menyuruh seseorang untuk membuang ini." Monolog Arga.

Ia akan melupakan Revan dan memulai hidup baru bersama orang yang ia cintai dan juga calon anaknya. Arga pun langsung merebahkan dirinya, tak ia pun tertidur.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Malamnya Arga terbangun tidak mencium aroma masakan dan mendengarkan suara ribut dari dapur.

Lalu Arga mengambil handphonenya dinakas ternyata ada pesan dari kekasihnya.

MY LOVE ❤

Sayang apa kau sudah makan malam?

Belum

Aku akan ke rumahmu membawaka  makanan

Sekarang sudah larut malam, aku saja yang ke rumahmu

Baiklah, kau mau aku buatkan apa?

Apapun yang kau masak pasti aku makan❤

Baiklah, aku tunggu di rumah. I love you😘

I love you too🥰


Setelah membalas pesan terakhir dari Jessica, Arga langsung bergegas membersihkan diri untuk segera pergi ke rumah sang kekasih.

TBC.......

VOTE
KOMEN
FOLLOW

Terima kasih.

Tradimento√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang