Chapture 8

1.9K 150 8
                                    

Arka Sekarang menuju kota Jakarta dengan motor sportnya, ia harus tahu kebenarannya. Sebenarnya Arka pernah mendengar ucapan sang nenek dan bundanya saat umurnya 14 tahun.

Yang hanya Arka dengar kalau ia dan Arza punya saudara tiri yang seumuran dengan mereka.Apa orang tuanya bercerai karena orang ketiga? Atau bundanya yang merusak rumah tangga orang lain? Tapi Arka tidak yakin bundanya yang merusak.

4 jam lebih ia menempuh perjalanan dari kota Bandung ke kota Jakarta, Sekarang di depannya berdiri sang Kakek.

Arka langsung ke perusahaan kakinya itu, Harus yang melihat cucunya tiba-tiba datang ke Jakarta sangat terkejut.

"Jadi ada apa Arka datang kemari? Tanya Haris melihat cucunya yang terlihat kelelahan.

"Bisakah kakek memberitahuku kenapa anak kakek itu dan bunda bercerai? Benarkah mereka bercerai karena tidak saling mencintai? Kenapa bunda melarang kami untuk menemui anak kakek?" Tanya Arka bertubi-tubi.

"Dia itu ayahmu Arka," 

"Terserah."

"Baiklah, kakek akan menceritakannya, tapi kakek mohon tahan amarah," Ujar Haris mengingat, Arka benar-benar mirip Arga.

Haris menarik nafasnya sejenak, menghembuskan pelan, "Sebenarnya yang di bilang Revan itu tidak benar jika mereka bercerai karena tidak saling mencintai, hanya Arga saja yang sudah tidak mencintai Revan dengan  alasan bosan, mereka menikah sudah lima tahun tapi belum dikaruniai seorang anak, Arga selingkuh sekertaris dan ketahui oleh Revan, Arga tidak merasa bersalah malah dia menceraikan Revan saat itu juga, Revan sudah menolak tapi dia kalah telak karena sekertarisnya telah mengandung anak Arga."

Haris melihat Arka yang sedang menahan amarah, tangannya terkepal kuat dan matanya merah.

Arka menyenderkan tubuh ke kursi, memejamkan matanya sejenak untuk meredamkan amarahnya, ia tak menyangka ia mempunyai ayah sebrengsek itu.

Setelah amarahnya mereda ia kembali bertanya, "apa anaknya yang sekarang benar-benar anak kandungnya?"

"Ya, kakek dan nenekmu sudah melakukan tes DNA di dokter kepercayaan keluarga kami, dan hasilnya 99,99 persen cocok dengan ayahmu." Jelas Haris.

"Berarti dia seumuran denganku?"

"Ya, dia laki-laki, namanya Jevan Aditya Mahendra."

Arka mengangkat sebelah alisnya, "Mahendra?"

"Ya, kakek dan nenekmu hanya menyanyanginya tapi tidak dengan orang tuanya, bagaimanapun di situ ada darah keluarga Mahendra."

"Bisakah aku menemui mereka?"

Haris terdiam sejenak, "kenapa?"

"Aku hanya ingin melihat wajah mereka seperti apa." Jawab Arka dengan tatapan datar.

Tok tok tok

"Permisi pak, sebentar lagi Rapat akan di mulai yang lain sudah menunggu."

Haris hanya mengangguk, langsung berdiri dari duduknya, ia menoleh ke arah cucunya.

"Saat jam makan siang, kita akan menemui mereka, nenekmu juga akan menyusul ke sana, kau istirahat saja dulu" Setelah itu Haris langsung melenggang pergi.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sekarang Arka dan Haris sampai di rumah Arga, Arka melihat Halaman Rumah ayahnya yang lumayan luas

Di sana ia melihat neneknya yang menyambutnya dengan senyuman hangat, "Ayo masuk," Ajak Yuli.

Saat di ruang tamu, Arka melihat Seorang wanita berpakaian modis dengan dandanan yang cukup berlebihan menurutnya. Ia tebak pasti dialah yang merusak rumah tangga bundanya. Oh!!! Jangan lupakan tentang anak seumurannya yang ada di samping si wanita. Itu pasti Jevan yang kakeknya ceritakan.

Tradimento√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang