Chapter 6

2K 180 9
                                    

Usia kandungan Revan memasuki 9 bulan, sebentar lagi anak yang ditunggu ya akan melihat dunia. Ia tak sabar menantikan hal itu.

Tangan Revan bergerak mengusap perutnya yang membuncit. Ia menyanyikan lagu untuk sang anak.

Hampir setiap malam ia selalu bernyanyi dan berinteraksi dengan anaknya.

Semenjak kandungan Revan memasuki usia 9 bulan, ia tidak di perbolehkan nenek Surti bekerja di warung karena takut terjadi yang tak diinginkan.

Revan sudah membeli perlengkapan bayinya dari sebulan yang lalu, ia juga sudah mengetahui jenis kelamin anaknya yaitu laki-laki.

Saat ini Revan di ruang tamu sedang mengusap perutnya, tiba-tiba ia merasakan mulas dan sakit disaat bersamaan.

"Akh" Revan memegangi perutnya, seperti ia akan segera melahirkan. Nenek Surti yang baru saja keluar kamar dan melihat Revan kesakitan menjadi panik.

"Astaga Revan!!!! Apa kau sudah mau melahirkan?!!" Revan hanya mengangguk, wajahnya pucat pasi.

"Tunggu sebentar" Nenek Surti segera mengambil keperluan untuk di bawa ke rumah sakit.

Setelah itu ia membantu Revan berdiri, dan nenek Surti meminta bantuan tetangganya untuk segera membawa Revan ke rumah sakit.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Nenek Surti menunggu Revan yang sedang di operasi, ia berdoa semoga Revan dan bayinya selamat.

Tak lama nenek Surti mendengar suara tangisan dan susul tangisan lainnya, ia langsung berdiri dari duduknya.

"Bagaimana keadaan Revan dan bayinya dokter?" Nenek Surti langsung bertanya ketika dokter keluar dari ruang operasi.

Dokter itu tersenyum, "apa anda keluarga pasien?"

"Iya"

"Kondisi keduanya sehat, anda bisa melihat pasien saat sudah dipindahkan." Ujar sang dokter.

"Terima kasih banyak dokter"

"Itu sudah kewajiban saya nek, kalau begitu saya permisi dulu."

Nenek Surti melihat Revan yang tertidur karena pengaruh obat, dibelakang ada si kembar yang sudah dibersihkan, mereka akan segera dipindahkan ke ruang rawat inap.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Revan membuka matanya secara perlahan. Ia berkedip beberapa kali untuk membiasakan cahaya yang masuk ke dalam kornea matanya.

"Sshh," desis Revan memegang kepalanya yang berdenyut pening.

Nenek Surti yang melihat Revan sudah sadar langsung mendekati Revan.

"Revan, apa kamu menginginkan sesuatu?"

"Air," lirih Revan.

Nek Surti dengan cepat mengambil air di gelas yang berada di atas nakas. Kemudian membantu Revan untuk meminum air tersebut.

"Apa kamu pusing?" tanya Nek Surti melihat Revan beberapa kali meringis sambil memegangi kepalanya.

Revan mengangguk samar.

Nek Surti dengan cepat menekan tombol merah di samping brankar Revan untuk memanggil sang Dokter.

Tak lama kemudian pria berjas putih masuk. Pria itu menanyakan keluhan Revan.

"Apa yang Anda rasakan?"

"Pusing."

Dokter itu mengangguk paham, lalu memeriksa keadaan Revan.

"Tak perlu khawatir, ini adalah efek samping dari obat bius. Beberapa menit lagi pusing di kepala anda akan mereda," jelas sangat Dokter.

Tak lama ada dua orang perawat masuk dengan membawa bayi. Revan baru tersadar kalau perutnya kembali rata.

Tradimento√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang