Chapter 4

2.1K 176 2
                                    

Akhirnya Revan tiba di kota tujuan, sekarang ia akan mencari tempat tinggal. Setelah beberapa jam keliling akhirnya Revan telah menemukan tempat tinggal yang cocok untuknya.

Ia akan membereskan barang-barangnya besok saja karena sudah larut malam, badannya juga terasa sangat lelah karena perjalanan jauh.

"Besok Aku harus cari kerja, tapi kerja apa?" Monolog Revan yang sudah membersihkan diri dan merebahkan tubuhnya di kasur.

"Ahh sudahlah lebih baik aku tidur saja!" Tak lama suara dengkuran halus pun terdengar.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Paginya Revan mulai membereskan barang-barangnya, setelah selesai ia langsung pergi ke kamar mandi.

Sebelum Revan mulai mencari pekerjaan, ia akan mengisi perutnya

"Bu, nasi ramesnya satu sama teh hangat"

Tak butuh waktu lama, makanan yang Revan pesan pun datang. Ia makan begitu lahap, karena dari kemarin siang ia belum makan.

Ia tak menyadari ada seseorang yang memperhatikan di seberang jalan, orang itu menyipitkan matanya guna memperjelas penglihatannya tak salah.

"Revan?!!"

Uhukk......

Uhukk......

"Maaf......maaf, aku mengagetkanmu" Sesal orang itu sambil menyodorkan minuman ke Revan.

"Chris? Kenapa kau ada sini?" Tanya Revan terkejut.

"Aku ada pekerjaan di kota ini, kau sendiri kenapa ada disini?" Tanya balik Chris, ia manarik kursi dan duduk di depan Revan.

"Oh, aku tinggal disini mulai sekarang, Sendiri!!!" Jawab Revan santai.

"Hah? Kau meninggalkan Arga di sana" Tanya Chris terkejut.

"Aku yang meninggalkannya? Hahahaha tidak, dia yang meninggalkanku" Ucap Revan yang masih santai.

"Apa maksudmu?" Tanya Chris tak mengerti.

"Arga selingkuh dengan sekretarisnya dan sekarang selingkuhannya itu sedang mengandung anaknya."

Chris? Terkejut tentu saja, ia tak menyangka rumah tangga sahabatnya yang harmonis di sudah hancur karena orang ketiga.

"Bajingan!!! Bisa-bisanya dia meninggalkan istri cantiknya demi seorang jalang. Meskipun istriku lebih cantik dan seksi." Monolog Chris dan segera meralat kata-katanya saat sadar jika ia memuji orang lain selain istrinya.

Revan yang mendengar itupun hanya memutar bola matanya malas.
"Kau tidak bekerja?" Tanya Revan.

"Tadinya ada meeting, tapi ditunda jadi besok" Jawab Chris

"Oke......kembali ke topik awal, Apa Devano yang paling cantik, manis, seksi, dan montok itu sudah tau?" Tanya Chris sambil memuji istrinya.

"Belum" Jawab Revan singkat

"Kenapa?"

"Aku lupa"

"Sekarang beri tahu dia"

"Aku sudah tidak mempunyai handphone"

"Kemana handphonemu?"

"Semua barang yang Arga berikan aku kembalikan, termasuk handphone." Jelas Revan.

"Pantas saja dari kemarin saat terakhir kau bertemu dengannya, Vano uring-uringan. Baiklah kalau begitu, kau bicaralah dengan Vano pakai handphoneku." Saat Chris ingin menghubungi Vano seketika terhenti saat mendengar ucapan Revan

"Jangan dulu, untuk sekarang hanya kau saja tau."

"Kenapa?" Tanya Chris heran

"Aku hanya belum siap, nanti jika aku siap aku sendiri yang mengatakannya pada Vano"

"Baiklah, kalau begitu aku tidak akan memberitahukan kepada siapapun."

"Kalau begitu aku pergi dulu" Revan baru sadar kalau ia harus mencari pekerjaan

Chris yang melihat Revan terburu-buru pun jadi bertanya "pergi kemana, Biar ku antar?"

"Tidak usah, aku harus mencari pekerjaan" Tolak Revan

"Oh ya, satu lagi" Revan menatap Chris

"Apa?"

"Tolong bayarkan makanan yang aku pesan tadi. Terima kasih." Setelah itu Revan benar-benar pergi meninggalkan Chris.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hari mulai siang, Revan masih belum menemukan pekerjaannya. Dari tadi Revan mencoba melamar tapi belum ada yang mau menerimanya.

Saat Revan mau balik ke kontrakannya, ia melihat sebuah warung mie ayam yang ramai, yang menarik perhatian Revan adalah seorang nenek penjual yang sepertinya kewalahan.

Kali ini Revan akan mencoba di warung mie ayam, "permisi nek, saya butuh pekerjaan, saya melihat nenek kewalahan melayani pembeli apa nenek butuh karyawan?" Tanya Revan dengan sopan.

"Sebenarnya nenek tidak butuh karyawan, tapi jika kau sedang mencari pekerjaan kau bisa bekerja di sini." Jawab nenek itu dengan senyuman.

"Benarkah, kalau begitu kapan saya bisa mulai bekerja?"

"Kau bisa bekerja mulai besok, datang jam 5 pagi karena aku akan mengajarimu cara membuat mie ayam. Tapi aku tidak bisa menggajimu dengan gaji yang besar, apa kau mau masih bekerja disini?"

"Berapa pun gajinya saya akan menerimanya nek, kalau begitu saya permisi dulu."

Setelah berpamitan Revan langsung kembali ke kontrakannya, di perjalanan ia bersenandung kecil sambil mengelus perutnya.

Revan rasanya masih belum percaya jika dalam tubuhnya ada nyawa lain, "Cepatlah tumbuh besar, bunda tak sabar melihatmu." Gumam Revan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Revan terbangun pukul 04.30 pagi, ia akan mulai bekerja hari ini dan Revan segera bersiap-siap.

Membutuhkan waktu 30 menit bagi Revan untuk sampai di tempat kerja barunya.

Jika saja ia mempunyai cukup uang untuk menaiki ojek, mungkin dirinya akan lebih cepat sampai di sini. Tapi apa daya, uangnya tidak cukup untuk membayar kendaraan umum karena ia juga harus berhemat,jadi Revan putuskan untuk berjalan kaki.

Saat Revan sampai di warung, ia sangat nenek "Astaga nek kenapa di luar? Disini dingin!"

"Nenek sedang menunggumu. Nenek kira kau tak akan datang."

"Tentu aku akan datang nek." Ucap Revan.

"Kalau ayo kita masuk ke dalam." Ajak sang nenek

"Ngomong-ngomong nenek belum tau namamu nak."

"Ah ya!!! Nama saya Revan Aldanio Adijaya, nenek bisa memanggilku Revan."

"Baiklah, Revan. Kamu bisa memanggilku nenek Surti."

Setelah perkenalan singkat itu Revan mulai diajari membuat mie ayam dengan menggunakan resep ala nenek Surti.

Saat sudah selesai semua, Revan membantu Nek Surti menyiapkan beberapa barang seperti mangkuk, sendok dan garpu.

Dirasa semua sudah siap, Nenek Surti mulai membuka warung miliknya.




TBC.........

VOTE
KOMEN
FOLLOW

Terima kasih.

Tradimento√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang