"Aroma yang kucium sungguh memabukkan, hingga aku lupa perihal sebuah kebohongan."
***
Dalam sebuah pernikahan dibutuhkan rasa saling percaya dan setia. Ada kalanya meredam ego agar perdebatan tak semakin bersua. Begitupun setiap rumah tangga, penghuninya pasti memiliki cara masing-masing untuk menyikapi hal yang menyimpang dalam tatannya. Bagaimana cara mempertahankan pondasi itu agar tidak roboh dan goyah.
Andin tengah menyeduh teh sambil memeriksa tugas mahasiswanya di halaman belakang rumah, ditemani angin sepoi-sepoi yang menerbangkan helai rambutnya. Parasnya bersinar, menampilkan bahagia yang tak lagi samar. Ia bahkan melupakan rasa pusing yang sempat melanda. Andin tak mau berpikiran macam-macam. Namun, pikirannya kembali terusik akan satu hal. Sebuah tanda tanya yang ia sendiri tak tahu harus mencari jawaban kemana.
Rossa yang melihat Andin sedang menyandarkan punggung di kursi pun menghampiri menantunya itu. Ia melepas senyum.
"Mama," ucap Andin ketika mengetahui Rossa duduk di sebelahnya.
"Are you ok? Andin...."
"Aku baik-baik aja, kok, Ma."
"Tapi muka kamu kayak pucet gitu. Mending kamu istirahat di kamar aja."
Andin hanya mengangguk. Ia pun seperti tak punya tenaga lagi untuk berbicara. Rossa pun membantu Andin membawakan laptopnya dan memapah menantunya itu. Saat Andin hendak masuk kamar, Aldebaran tiba-tiba muncul dengan raut khawatir.
"Kamu kenapa?" tanya Al sambil menangkup wajah Andin.
"Aku nggak kenapa-kenapa, Mas," jawab Andin.
"Mungkin Andin cuma kecapean, Al. Mending kamu bawa dia masuk ke dalam." Rossa menyuruh Al untuk segera membawa istrinya ke kamar agar bisa istirahat.
Di dalam kamar, Al membantu Andin berbaring. Ia pun memanggil Kiki untuk membawakan air putih dan obat. Aldebaran benar-benar menjaga istrinya itu. Bahkan Andin tak dibolehkan bergerak sedikitpun.
"Kita ke rumah sakit, ya?" Aldebaran mencoba memberi solusi.
"Nggak usah, Mas, aku baik-baik aja. Istirahat sebentar juga paling udah mendingan."
Aldebaran menggenggam tangan Andin penuh sayang. Ini kali pertamanya dibuat khawatir selain mamanya. Aldebaran tak menyangka bahwa cintanya kepada Andin sangatlah besar.
"Yaudah, kamu istirahat, ya."
"Kamu tadi abis dari mana, Mas?"
"Tadi ada meeting diluar kantor dan nggak bisa saya tunda. Makanya saya suruh Rendi jemput kamu."
Andin tersenyum, lebih tepatnya memaksa senyumnya. Ia tak tahu kenapa meragukan ucapan suaminya kali ini. Rasanya ada yang berbeda dari laki-laki di hadapannya, tapi sepintas semua lenyap karena cintanya.
Kiki mengetuk pintu, memberikan segelas air putih dan obat. Aldebaran pun membantu Andin duduk dan meminum obat tersebut. Setelah selesai, Andin kembali berbaring. Ia benar-benar tak punya tenaga lagi untuk sekadar bercengkerama. Aldebaran dengan setia mendampingi istrinya tersebut.
***
Hari sudah beranjak pagi. Andin terbangun tanpa melihat sosok Aldebaran di sampingnya. Ia pun bangun dan mencari keberadaan Aldebaran. Namun, laki-laki itu tak menampakkan batang hidungnya. Hanya sebuah note tertempel di kaca yang Andin temukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Destiny Season 2
FanficAldebaran dan Andin telah menemukan jalan pulang untuk menautkan hati. Kebahagiaan mengelilingi rumah tangga mereka. Namun, ada masa lalu yang belum usai kini tengah mengusik. Mampukan Aldebaran dan Andin melewati badai dalam rumah tangga mereka?