Selamat membaca
Rio membaca pesan singkat yang dikirimkan oleh Adit. Setelah Bella pergi, Rio meminta Adit untuk mengantarkan Bella pulang. Bukannya Rio ingin mengikuti permainan Angel, tetapi karena Samuel yang menahannya karena Samuel ingin membahas hal penting lainnya. Rio baru merasa lega setelah mengetahui dari Adit bahwa Bella sudah sampai di toko.
"Boleh gak Kak kalo foto foto hasil jepretan Kak Rio yang belum dipublish itu dijadiin lelang amal? Aku juga pajang hasil lukisanku. Udah lama lho kak karyamu gak muncul di masyarakat umum." ucap Angel yang kemudian membuat Rio teringat bahwa mereka bertiga masih dalam proses pembicaraan penting.
"Iya, mau sampai kapan kamu vakum?" ucap Samuel menimpali.
Rio berdiri sambil bersedekap, menyandarkan tubuhnya di sofa. Pandangannya tertuju pada kakak beradik yang duduk di sofa dengan nyaman.
Sebentar lagi tepat peringatan seribu hari meninggalnya Roy dan istrinya. Sejak kecelakaan itu, Rio memang belum membongkar kameranya. Entah mengapa ada rasa yang tertahan di dalam hatinya.
Membahas foto yang belum ia publish, membawa ingatan Rio pada perjalanan terakhirnya di London. Rio memenuhi salah satu undangan dari seorang profesor sosiologi yang meminta bantuannya untuk membantu salah satu risetnya. Kemudian diakhir perjalanannya yang mempertemukan dirinya dengan Bella.
Berapa kali rasanya Rio ingin kembali pada saat itu. Saat ia hanya memuja wanita semalamnya itu sebagai my butterfly.
"Kak. Kamu baik baik saja?" tanya Angel dengan perlahan. Sekali lagi Rio tersadar dari nostalgia peristiwa itu.
"Aku belum sempat membongkar foto foto itu. Semua masih tersimpan di dalam kamera. Aku ga yakin apakah masih tersisa atau sudah rusak." jawab Rio.
"Ups. Maaf kak Rio aku gak bermaksud." Angel menutup mulutnya dengan tangan.
"Its ok. Aku tadi hanya sedang mengingat dimana aku meletakkan foto foto itu." ucap Rio dengan tersenyum tipis.
"Angel. Apakah urusanmu dengan Rio sudah selesai? Karena aku dan Rio ingin membicarakan hal yang lebih pribadi." ucap Samuel dengan sedikit mengusir adiknya itu.
"Aku ga boleh ikut nimbrung nih?"
"Tugasmu untuk memanaskan suasana antara Rio dengan Bella sudah selesai. Jadi my beloved sister, please tutup pintu dari luar." ucap Samuel.
"Oh well. Bye bye Kak." ucap Angel dengan wajah murung kemudian melangkah keluar dari ruangan.
"Ada apa lagi Sam?" tanya Rio penuh selidik. Rio kemudian duduk di salah satu sofa panjang dan mengangkat kakinya.
"Aku sudah selesaikan permintaanmu. Kamu ga perlu kuatir, aku sudah pilihkan yang paling baik di Jerman. Punya mama seorang dokter, bisa membuat semua urusan kesehatan lebih cepat diselesaikan." ucap Samuel.
"Makasih Sam. Sampaikan salamku untuk Om dan Tante. Keluarga kalian dah banyak bantu keluargaku."
"Jangan sungkan bro. Kita sudah berteman lama, dan kerjasama keluarga kita juga sudah turun temurun."
.....
Bella menarik napas kemudian menghembuskannya perlahan. Ditengah kegiatannya yang sedang membuat desain sebuah gelang, alunan simphoni musik dari Mozart membahana di dalam studio seni miliknya.
Namun demikian, alunan indah musik klasik yang biasanya bisa membantu Bella untuk fokus, kali ini tidak berfungsi. Kejadian pagi tadi diruangan Rio, masih mengusiknya.
Bella meringis menatap miris coretan tangannya itu yang bukannya menorehkan sketsa motif ukiran gelang, melainkan sebuah tulisan tulisan yang memaki dan mengumpat Rio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Sang Pewaris (Completed)
RomanceWarning 21+ Sebagai anak kedua Rio Narendra (Rio) sudah tahu bahwa dirinya tidak akan menjadi pewaris bisnis yang dibangun oleh ayahnya. Roy Narendra sebagai anak pertama sudah dipersiapkan untuk menjadi sang pewaris. Akhirmya Rio memutuskan untuk b...