~ 18 ~

1.4K 120 13
                                    

Kasih vote dulu yuk sebelum membaca

Selamat membaca

Dalam posisi setengah duduk, Rio meletakkan tangan kanannya di belakang kepalanya. Sedangkan tangan kirinya merangkul pinggang Bella yang sedang duduk ditepi ranjang dengan posisi menghadap ke Rio.

Rio tampak menikmati irisan apel yang satu persatu masuk ke dalam mulutnya dengan disuapi oleh Bella. Tatapan Rio terus menerus tertuju pada Bella dan senyuman tak juga lepas dari wajah Rio.

Setelah tiga hari Rio terbaring lemah tak berdaya,  kini Rio bisa sedikit mengangkat tubuhnya. Dan selama itu juga Bella bergantian dengan keluarganya Rio untuk menjaga Rio.

"Ngapain sih Kak ngliatin aku terus?" tanya Bella yang tampak salah tingkah.

"Kamu cantik banget." ucap Rio sambil tersenyum.

"Iya aku tau." Bella tersenyum sambil melirik Rio.

"Aku bersyukur banget liat kamu setelah dua kali aku berhadapan dengan maut." ucap Rio sambil mengelus tangan Bella. Bella menghela napas dan kemudian meletakkan tangannya ditelapak tangan Rio.

"Aku juga takut Kak.  Aku takut banget kalo terjadi sesuatu sama Kak Rio. Syukurlah luka Kak Rio gak parah." ucap Bella dengan sungguh sungguh. Rio mengerjapkan mata,  berharap yang di dengar nyata bukan halu semata.

"Aku gak salah denger nih, kamu kuatirin aku?" senyum di wajah Rio semakin mengembang.

"Iya gimana gak kuatir calon suamiku celaka, masa aku bersukacita." sahut Bella. Rio tersenyum dan menjadi salah tingkah.

"Aku boleh lompat lompat kegirangan ga? Tapi jangan jatohin lagi perasaanku yang udah melayang ini."

"Kak Rio belum pulih, ga boleh lompat lompat dong."

"Wah gila. Ini beneran Bell? Aku boleh minta cium ga klo memang ini beneran."

"Cium ya? Itu agak.." Bella melirik ke arah sofa, ada Arya dan mamanya Rio yang sedang menyuapi Arya.

"Gak pa pa kok. Dunia milik kalian berdua. Kami disini cuma penonton aja. Abaikan abaikan." ucap mamana Rio sambil mengaduk aduk nasi dan lauk diatas piring.

"Ehem. Oma,  Aku pengen makan sambil main ayunan di taman." ucap Arya.

"Kamu cucu oma pinter banget. Ayo kita duduk di taman." ucap Natasya kemudian menoleh pada Bella. "Bell, mama titip Rio ya. Kalo ada apa apa kabari mama ya."

"Iya tante."

"Kok masih manggil tan. Panggil mama dong. Latihan dari sekarang ya Bella."

"Iya ma." ucap Bella dengan canggung.

"Rio jangan macam macam.  Kamu masih masa pemulihan. Jangan bikin Bella capek."

"Iya mama."

Setelah memberikan pesan, Natasya melangkah keluar dan bertemu dengan Dena tepat di depan pintu.  Dena yang hendak masuk pun langsung mundur saat melihat mamanya Rio melarangnya untuk masuk.

"Kenapa tan?" tanya Dena.

"Jangan masuk dulu. Rio lagi berduaan ama Bella." ucap Natasya dengan berbisik.

"Oh gitu. Trus ni pada mau kemana?"

"Mau ke taman. Kamu mau ikut?"

"Oke." ucap Dena kemudian mengikuti Arya.

Setelah Rio merasa kondisi aman karena tinggal mereka berdua, Rio mengusap wajah Bella dengan lembut.

"Kalo sekarang boleh gak aku minta di cium?" tanya Rio dengan wajah penuh harap.

Bukan Sang Pewaris (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang