~ 11 ~

1.5K 107 11
                                    

Selamat membaca

Bella merasa tidak percaya dengan penglihatannya. Dihadapannya kini sudah hadir sosok yang sebenarnya ia rindukan. Tetapi lagi lagi Bella enggan untuk menunjukkannya.

"Kamu pasti kaget dan gak nyaman ya aku ada disini. Maaf ya, aku cuma sebentar kok." ucap Rio dengan berbisik kemudian Rio melangkah menghampiri calon mertuanya.

"Rio. Kamu nih beneran langsung datang ya. Padahal tante becanda aja pas minta kamu buat datang. Kamu lagi sibuk di Amerika ya. Gimana kerjaan kamu disana? Lancar kan?"

"Iya tante. Rio dapat proyek besar, kerjasama dengan Orlando Lorenzo."

"Wah. Hebat kamu Rio. Calon menantuku emang hebat banget." Berlina menoleh pada putrinya. "Bella kalian harus makan malam untuk merayakan keberhasilan Rio."

"Tar yang nungguin mama ga ada." sahut Bella mencari alasan.

Seandainya dirinya tidak terhalang rasa takut mencintai, Bella akan dengan senang hati makan berdua dengan kak Rio. Karena jika hanya ada mereka berdua saja, Bella kuatir kejadian yang lalu bisa saja terjadi. Bella tidak akan pernah lupa dengan peringatan dari kak Rio. Tetapi iapun tak bisa menjamin dirinya bisa tahan dengan keberadaan kak Rio yang membuat dirinya bisa terlena.

"Iya, kapan kapan aja kita makan bersama kalo tante sudah keluar dari rumah sakit." Rio mencoba untuk membujuk calon mertuanya.

Rio sudah tidak terkejut lagi jika ia selalu mendapat penolakan dari Bella. Rio juga berpikir untuk kebaikan Bella. Dirinya langsung dilanda krisis kepercayaan diri setiap dihadapan Bella. Sebisa mungkin Rio menghindari suasana yang hanya ada dirinya dan Bella.

"Kalian kan jarang punya waktu untuk berdua. Mama bisa sama perawat. Ayolah Bell, kamu ajak Rio makan malam." ucap mamanya dengan tatapan penuh harap pada putrinya.

"Iya ma. Bella akan makan malam sama Kak Rio." Bella menoleh pada lelaki yang masih terdiam. " Kalo Kak Rio gak sibuk, malam ini kita makan berdua. Gimana Kak?"

"Are you sure?"

"Yeah. Do you mind?"

"No. I dont. So lets go now?" tanya Rio dan Bella mengangguk.

"Ma. Bella ama Kak Rio pergi ya." Bella mencium pipi mamanya.

"Tante istirahat ya. Saya akan bawa Bella makan malam sebentar."

"Lama juga gak apa apa." ucap mamanya sambil tersenyum lebar.

Berlina tersenyum melihat anak dan calon menantunya yang tampak saling canggung dihadapannya. Ia berharap Rio bisa merubah sudut pandang Bella. Tidak semua pernikahan akan bernasib sama. Dan Berlina berharap nantinya putrinya tidak akan mengalami kegagalan seperti yang ia alami.

.....

Dengan kikuk dan canggung, Rio berjalan bersama Bella. Tidak ada satupun yang memulai pembicaraan. Setelah masuk ke dalam mobil, Rio segera memasang GPS menuju ke sebuah restoran yang ia dapatkan informasinya dari Samuel.

"Kata temenku makanan di tempat itu lumayan enak dan suasananya juga bagus. Tapi tempatnya agak jauh, sekitar satu jam perjalanan. Gak apa apa kan? Atau kamu ada keinginan makan dimana?" tanya Rio.

"Gak apa apa kak. Ini juga belum waktunya makan malam. Kita kesana aja." sahut Bella menyanggupi.

"Oke. Kalo gitu."

Rio kemudian melajukan mobilnya. Suasana kembali sunyi diantara mereka. Sesekali Rio mencuri pandang ke arah Bella. Rio berpura pura melihat spion ketika Bella memergokinya sedang menoleh pada Bella.

Bukan Sang Pewaris (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang