~ 4 ~

1.8K 122 8
                                    

Selamat membaca

Rio dan mamanya bergegas pulang ke rumah saat mendengar kabar dari dokter pribadi bahwa Arya sudah terbangun dari koma. Sesampainya di kamar Arya, papanya sudah berada disana dan tampak sedang berbicara dengan dokter. Sedangkan Dena iparnya Rio beserta orang tuanya sudah ada di sekeliling tempat tidur Arya.

"Cucuku Arya, akhirnya kamu bangun nak." Natasya langsung memeluk cucu semata wayangnya itu. Arya hanya terdiam saat dipeluk tatapannya tampak kosong.

"Sebentar lagi ada psikiater yang datang untuk memeriksa kondisi Arya pasca koma. Arya belum bicara sama sekali sejak dia bangun." ucap Ranti besan Natasya.

"Arya, ini oma. Kamu ingetkan sama oma?" Natasya menatap wajah cucunya yang masih pucat sambil mengusap pipi Arya. Namun Arya hanya menatap kosong tanpa bicara.

"Arya, ini om Rio. Kamu mau main sama om?" Rio tersenyum melihat keponakannya yang terus menatap ke arahnya.

Senyum Rio semakin lebar saat melihat Arya mengulurkan tangannya. Rio menyambut uluran tangan itu kemudian memeluk Arya.

Semua orang yang berada diruangan merasa lega karena Arya masih memberikan respon walaupun hanya pada satu orang.

"Mari semua keluar dulu, beri waktu untuk Arya untuk tenang. Mas Rio boleh disini dulu menemani Arya." ucap Mahardika mertua almarhum Roy.

Setelah semua keluar, Rio tinggal berdua dengan Arya. Rio berbaring ditempat tidur sambil memeluk Arya.

"Ar. Coba panggil nama om." ucap Rio dengan lembut.

"Om. Ma-mama papa mana?" tanya Arya dengan terbata.

Rio tak sanggup menjawab pertanyaan Arya. Ia kemudian memeluk Arya dan menahan air mata yang hendak keluar dari matanya.

"Rio. Ada apa? Psikolog udah datang." ucap Kelvin papanya Rio.

Rio memgangguk dan melirik ke arah lelaki seumurannya yang tidak asing baginya.

"Arya. Dengarkan om. Nanti om akan ajak kamu ke tempat papa mama mu berada. Sekarang ngobrol dulu sama om Andreas ya." ucap Rio kemudian mengusap lembut kepala Arya.

Selama Arya melakukan sesi dengan Andreas, semua anggota keluarga berada di ruang tengah. Setelah sekian lama kedua keluarga tidak berkumpul sejak kejadian itu.

"Apa yang kamu bicarakan dengan Arya?" tanya Kelvin.

"Arya bertanya dimana mama dan papanya. Aku gak tau harus jawab apa."

Semua yang diruangan itu tampak menghela napas.

"Pelan pelan akan kita kasih tau." ucap Natasya.

"Kelvin. Jika Arya membutuhkan perawatan yang lebih baik, aku akan membawanya ikut ke Amerika." ucap Mahardika.

"Iya pasti. Aku juga ingin cucuku segera pulih. Terima kasih Dika." ucap Kelvin.

"Jangan sungkan. Dia juga cucuku." ucap Mahardika.

Setelah satu jam mereka menunggu, akhirnya Andreas keluar dari kamar Arya. Semua orang menanti dengan harap harap cemas. Andreas kemudian duduk di salah sofa dan siap untuk menceritakan hasil observasinya.

"Saat ini Arya sedang tidur setelah sesi tanya jawab. Tidak ada yang perlu dikawatirkan. Dari hasil observasi semua menunjukkan hal yang baik. Dia hanya masih syok. Kejadian kecelakaan itu baginya baru saja terjadi. Tetapi bagi kita itu sudah dua tahun yang lalu. Arya memang butuh waktu untuk beradaptasi." ucap Andreas.

"Syukurlah. Apakah dia ingat dengan kecelakaan itu?" tanya Kelvin.

"Iya kurang lebih dia bisa mengingatnya. Namun rasa pusing masih beberapa kali ia rasakan. Mungkin sebaiknya dokter melakukan ct scan lagi untuk mengetahui detailnya."

Bukan Sang Pewaris (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang