Part 7 : Luka

221 61 2
                                    

Selamat Membaca༶•┈┈⛧┈♛♛┈⛧┈┈•༶

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat Membaca
༶•┈┈⛧┈♛♛┈⛧┈┈•༶

Teriknya matahari diluar ruangan membuat Kinandara merasakan kantuk menjalar dimatanya. Padahal ia sedang bekerja saat ini, ditambah pelanggan kafe yang tidak henti-hentinya berdatangan membeli minuman.

Matanya kerap kali kelelahan, sebab ia bertugas di depan layar komputer sebagai kasir di kafe tersebut. Kata Dirga, lebih baik dirinya ditempatkan diposisi ini dulu karena keterbatasan dalam membuat berbagai macam rasa dan bentuk kopi yang masih terlalu minim. Sementara tiga pekerja lainnya terlihat sibuk dengan tugasnya.

Beberapa menit berlalu, pelanggan yang rata-rata isinya adalah mahasiswa disalah satu kampus mulai meninggalkan kafe. Ia sedikit lega karena bisa beristirahat walaupun hanya mempunyai waktu sebentar saja.

"Ice coffe, diminum biar enggak ngantuk." Kinandara menoleh ketika salah satu karyawan perempuan bernama Caca itu memberikan minuman kepadanya.

"Thank's," balasnya lalu menyeruput minuman dingin tersebut.

"Kalau boleh tau, kenal Kak Dirga dimana? Kayaknya kalian keliatan dekat banget pas duduk di meja sana beberapa waktu lalu," tanya Caca mengingat hari dimana anak dari pemilik kafe ini membawa perempuan disampingnya duduk disalah satu sudut meja ruangan itu.

"Dari kapan, yaa?" Kinandara terlihat berpikir sejenak, "Kurang lebih 10 tahunan pas kita duduk di kelas 3 SD kayaknya," lanjutnya menjawab pertanyaan dari Caca.

Perempuan berambut pendek itu terlihat kaget saat mendengar jawaban Kinandara. "Lama banget dong. Kok aku enggak pernah liat kamu dateng ke kafe ini? Harusnya kalau udah sahabatan pasti bakal sering ngopi disini, iya, kan?"

Kinandara hanya mengedikan bahunya. "Yap, harusnya sih gitu. Tapi karena ada sesuatu hal yang bikin hubungan kita sedikit renggang, jadi aku jarang mampir lagi ke sini," jelasnya.

Caca jadi merasa tidak enak, ia merapatkan kedua tangannya meminta maaf pada partner kerjanya itu. "Sorry, aku enggak bermaksud buat kepo ataupun ikut campur masalah kalian."

"Enggak kok, santai aja. Kalau kamu, sejak kapan kerja di sini? Diliat dari umur kamu, kayaknya masih muda banget." Kini giliran ia yang bertanya pada Caca.

"Setengah tahun kayaknya. Dan aku sebenarnya emang masih sekolah, makanya kenapa selalu datang tiap jam tiga sore." Seketika Kinandara mengernyitkan dahinya.

Ada apa dengan perempuan di depannya ini. Bukan'kah seharusnya ia pergi belajar, tapi mengapa harus bekerja sebagai waitress di kafe ini? Dan apa alasan Dirga hingga mau menerima Caca yang notabennya adalah pelajar sebagai pekerja di tempat ini?

Kinandara | Kim Dahyun ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang